It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
idem ... klo updet mensen yak ...
hihihi
yg dua sudut pandang lebih ke buat memperjelas ceritanya aja sih, agak aneh emang tp gpp lah yah hehe
Ditunggu ya mas bro,, suka ma cerita mu
sbnrnya udh ngetik dua chapter, niatnya mau posting langsung empat chapter gt, cuma blm ada waktu, mending post dua dlu deh, hehe..
"Tan, gimana hari pertama sekolah kamu? Nyaman? Ada yang rese gak?"
"Hari pertama aku lancar kak, disini orangnya baik-baik. Aku betah deh!"
"Baguslah, aku seneng dengernya, kamu udah makan tan?"
"Udah kok kak, tadi udah makan malam sama mama, kakak udah makan?"
"Udah tadi barusan, aku kangen kamu deh tan!"
"Iya kak, aku juga kangen sama kakak, kapan-kapan mampir dong ke Bandung, kita jalan-jalan,"
"Iya tan, nanti kalo ada libur panjang aku pasti ke Bandung temuin kamu!"
"Kakak lagi sibuk apa belakangan ini?"
"Huh lumayan capek sih tan, aku harus ikut bimbel untuk persiapan UN dan SNMPTN, tapi aku semangat soalnya kalo lolos aku bisa kuliah di Bandung dan makin dekat sama kamu!"
"Iya kak, semangat ya belajarnya, semoga kakak dapet di ITB dan aku sudah gak sabar nunggu kakak disini!"
Obrolan pun berlanjut sampai saatnya aku pamit tidur kepada kak Daniel. Aku memandang langit-langit kamar dan bergumam bahwa aku sudah menemukan orang yang tepat. Kak Daniel adalah sosok yang tepat buatku. Saat perpisahan di Bandara kemarin kulihat matanya sedikit berkaca-kaca. Aku melihat bahwa kak Daniel sangat tulus dan sayang padaku. Aku akan setia menunggunya sampai kapanpun.
Bel istirahat berbunyi. Seperti biasa Tyo langsung menarikku untuk langsung ke kantin karena jika terlambat sedikit kita sudah tidak dapat tempat duduk yang enak. Di sekolah ini aku cukup dekat dengan beberapa orang. Namun, Tyo lah satu-satunya orang paling dekat denganku saat ini. Badannya berisi dan tinggi besar. Kontras denganku yang kurus. Maka dari itu aku merasa nyaman jalan bersamanya. Aku merasa seperti dilindungi. Sudah sebulan ini dia mengajakku ke beberapa tempat menarik di kota Bandung. Dan jalan bersamanya cukup membuat pikiranku fresh dan sedikit melupakan semua kejadian yang dulu.
"Mau makan apa lo tan?"
"Gue batagor aja deh, sama jus alpukat!"
"Bentar ya gue pesenin dulu!"
Tak lama Tyo datang dengan membawa nampan berisi makanan. Kita lantas makan dan dilanjutkan dengan mengobrol sedikit sebelum jam istirahat habis.
"Jadi gimana nih kesannya sebulan di Bandung, betah gak?"
"Yah lumayanlah, cuaca disini cukup bersahabat, lebih sejuk dibanding Surabaya yang panas!"
"Kalo makanannya gimana?"
"Makanannya ya kadang ada yang asing sih buat lidah gue, cuma ya dibiasain aja, ntar juga doyan!"
"Baguslah, eh anyway lo udah punya pacar belom sih?"
"Hmm belom sih, emang kenapa lo mau kenalin gue sama cewek Bandung?"
"Haha enggak, takutnya klo lo udah ada pacar jadi susah buat diajak jalan!"
"Lagian kan gue baru sebulan disini, masa udah dapet pacar aja, kalo lo gimana?"
"Sama, gue juga belom ada pacar, belom ada yang nyantol nih!"
Aku sebenarnya cukup heran. Dengan penampilan fisik Tyo yang cukup menarik. Menurutku bukan hal sulit baginya untuk mendapatkan pacar. Entahlah, mungkin Tyo juga mencari sosok yang tak kalah sempurna seperti dirinya. Tak lama bel masuk berbunyi dan kita berdua kembali lagi ke kelas. Sebelum beranjak menuju kelas Tyo memanggilku.
"Tan, pulang sekolah starbucks dulu yuk, lagi pengen gue, males juga kalo langsung pulang!"
Aku mengacungkan jempol tanda setuju dan lantas bergerak menuju kelas karena sebentar lagi kelas dimulai. Pulang sekolah, dengan mengendarai motornya, Tyo memboncengku ke Paris van Java. Kita langsung menuju Starbucks dan aku memesan minuman favoritku Frappuccino blended ice. Kita kemudian duduk dan berbincang sekedar melepas lelah.
"Tan, kalo gue liat keknya barista yang itu ngeliatin lo mulu deh!"
"Masa sih?" tanyaku tak percaya.
"Iya, terus cowok yang duduk disamping kita ini daritadi curi-curi pandang terus kearah lo!"
"Aah bisa aja lo!"
"Eeh beneran, cie.."
Aku memang tak memungkiri jika dari tadi aku merasa ada yang memandangiku. Tapi aku tak mau ambil pusing.
"Tan, menurut lo gimana pandangan lo tentang kaum gay?"
Aku kaget mendengar pertanyaan Tyo. Karena tidak seperti biasanya dia menanyakan hal seperti ini. Apakah mungkin Tyo tau bahwa aku adalah juga seorang gay. Aku menjawabnya dengan hati-hati.
"Hmm.. ya menurut gue sih, mereka juga makhluk ciptaan tuhan, cuma punya preferensi seksual yang berbeda dari kebanyakan orang. Menurut gue cuma itu yang membedakan mereka dari orang normal, selebihnya sama aja!"
"Trus kalo ada orang terdekat lo yang gay, reaksi lo gimana?"
"Hmm.. gue sendiri sih fine aja, karena itu kan pilihan mereka, asal kita sama-sama respek, gue gak masalah kok!"
"Hmm.. jadi gini loh tan, sebenernya.."
"Kenapa..?"
"Sebenernya I'm one of those people we're just talking about! Gue gay tan, maaf gue langsung ngomong gini kek elo!"
"Hmm.. sejak kapan?"
"Dari SMA sih awalnya, gue suka aja liat cowok yang lebih dewasa dari gue. Kesannya terlindungi banget, ini semua gak lepas dari gue yang emang udah gak punya bokap sejak kecil,"
"Gue nanya tentang gay tadi karena gue berharap gue bisa cerita semua ke elo dan ternyata respon lo cukup positif, selama ini kalo gue cerita soal gay pasti gak lama gue dijauhin sama orang itu, gue harap lo gak begitu ya tan!"
"Hmm.. sebenernya gue juga mau jujur tentang satu hal sih,"
"Gue juga sama kayak lo kok yo, gue juga gay!"
Kulihat keterkejutan jelas terlihat dari wajah Tyo.
"Jadi, lo juga begitu tan?"
"Iya hehe, dan sekarang gue berterima kasih sama tuhan karena dikasih sahabat yang benar-benar sehati sama gue!"
"Trus tipe cowok lo gimana tan? Atau lo udah punya cowok?"
"Hmm.. tipe gue sih kurang lebih sama kayak lo, yang lebih dewasa, yang bisa bimbing gue,"
"Sekarang sih lagi deket sama kakak kelas gue waktu di Surabaya, kita intensif kontakan tiap malam, lo sendiri?"
Hmm.. nice lah klo gitu, gue juga lagi ngincer kakak kelas kita, si Haris, kenal kan?"
"Ooh yang ketua ekskul tenis itu, iya sih lucu orangnya!"
Aku akhirnya menghabiskan waktuku dengan berbincang tentang banyak hal terutama pengalaman selama di dunia gay. Tak kusangka aku bisa mendapat sahabat yang senasib denganku disini. Tak terasa gelap mulai merambati langit kota Bandung. Kita berdua lantas memutuskan untuk pulang. Setelah sampai rumah aku langsung membuka laptop sekedar browsing dan mengecek twitterku. Tak lama handphone ku berdering. Ada sms masuk dari kak Daniel, dia mengajakku untuk ber-sykpe-an. Aku dengan antusias langsung mengiyakan dan sejurus kemudian kita sudah terhubung masing-masing. Kulihat kak Daniel masih tak hilang aura ketampanannya meskipun aku tidak melihatnya langsung.
"Hai tan"
"Halo kak"
"Hari ini habis ngapain aja?"
"Ooh tadi abis jalan sama temen kak"
"Kamu udah dapet temen disana tan?"
"Udah kok kak"
"Syukurlah"
"Kak Daniel lagi apa?"
"Aku lagi ngerjain soal-soal simulasi nih"
"Waah semangat ya kak"
"Iya makasih tan.. eh tan, minggu depan aku ke Bandung ya, kebetulan weekend libur panjang nih"
"Beneran kak? Aku seneng banget, aku tunggu ya kak"
"Iya, aku pasti dateng khusus buat ketemu kamu"
"Makasih kak, kakak udah makan?"
"Udah kok, kamu?"
"Belum nih, tadi abis pulang langsung ke kamar, belum sempet makan"
"Yaudah kamu makan dulu gih, ntar sakit"
"Yaudah kak, aku tunggu ya"
"Iya, makan yang banyak ya kamu, biar cepet gede, hehe"
"Iya kakak jelek, aku makan dlu ya, dah.."
"Daah"
Aku mematikan skype dan berjalan menuju ruang makan. Tak tau kenapa perasaanku tiba-tiba menjadi bahagia saat ini. Mengetahui bahwa kak Daniel akan datang ke Bandung membuat hatiku gembira. Jujur aku rindu sekali padanya. Aku bahkan masih teringat wangi parfum yang ia kenakan saat dia mengantarku ke bandara. Rupanya, rasa senangku saat ini terlihat jelas oleh mama yang tanpa kusadari telah memperhatikanku dari tadi.
"Kamu kenapa tan, kok senyum-senyum gitu, ada apa? Cerita dong sama mama!"
"Eeh.. enggak kok ma, aku cuma seneng aja udah punya banyak temen di sekolah!"
"Ooh, yaudah dimakan dong, jangan diam aja!"
"Siap komandan! Eh ma, minggu depan temen aku dari Surabaya mau kesini, dia boleh nginep disini kan?"
"Siapa? Hmm.. boleh sih, asal sopan aja!"
"Dia baik kok ma, dia yang anterin aku pas ke bandara, namanya Daniel, nanti mama kenalan deh sama dia!"
Aku sudah tak sabar menanti kedatangan kak Daniel. Dan aku juga berencana mengenalkan kak Daniel pada sahabat baruku. Sahabat yang baru kuketahui ternyata sama orientasi seksualnya denganku. Dan aku sangat menunggu momen tersebut.
"Halo kak! Apa kabar?" Aku langsung berlari menyambut kak Daniel kemudian memeluknya.
"Baik tan, kamu gimana? Sehat?"
"Sehat kok kak, yuk kita langsung jalan aja!"
Aku menarik tangan kak Daniel dan mengajaknya masuk ke mobil. Di dalam aku menanyakan tentang perjalanannya yang pastinya melelahkan.
"Gimana kak perjalanannya, lancar?"
"Lumayan sih tan, cuma tadi aku nunggu lama di Soetta karena travelnya agak lama datengnya."
"Ooh gitu,"
"Kita mau kemana, tan?"
"Hmm.. kita makan dulu yuk, kakak udah makan belum?"
"Belum sih tan."
Aku lantas mengajak Daniel ke salah satu kafe terkenal di daerah Dago pakar. Suasana yang romantis ditambah pemandangan langit kota Bandung yang mulai gelap ditambah gemerlap lampu yang ada membuatku terbuai. Aku sangat merindukan momen momen seperti ini, begitu intim, begitu romantis. Apalagi didekatku ada orang yang kusayang. Perasaanku makin tak karuan. Rasa senangku rupanya tertangkap oleh Daniel.
"Kamu kenapa tan, dari tadi senyum senyum aja?"
"Gapapa kak, aku seneng ada kakak disini, temenin aku!"
"Hmm ada sesuatu yang mau aku bicarain tan, penting!"
"Apa kak?"
"Hmm.. gimana ya, kamu selama ini ngerasain apa sih sama aku?"
"Maksudnya kak?"
"Selama ini perasaan kamu ke aki tuh kayak apa?"
"Hmm.. jujur aku kagum sama kakak, kakak baik, perhatian dan peduli sama aku!"
"Itu aja?"
"Iya kak!"
"Tan, sebenernya aku tau ini bukan waktu yang pas buat kasih tau ini ke kamu. Tapi aku gak tahan lagi,"
"Aku sayang kamu tan, aku cinta sama kamu, aku mau jadi orang yang selalu ada disamping kamu saat kamu butuh, aku mau jadi seseorang yang bisa jadi tempat buat kamu berkeluh kesah, membagi kebahagian, tangis dan tawa bersama, aku mau kamu jadi seseorang yang spesial buat aku,"
"Kak Daniel, sebenernya aku juga sayang sama kakak, dan aku juga cinta sama kakak, aku juga mau kakak jadi seseorang yang spesial buat aku!"
"Jadi kalo gitu, kamu terima aku jadi 'the special one' kamu?"
Aku mengangguk. Aku terharu dan tak menyangka kak Daniel akan mengatakannya secepat ini. Tapi apapun itu aku sangat bahagia sekarang. Bisa bersama orang yang kucintai. Kuharap hubungan kita bisa berjalan baik tanpa masalah berarti. Daniel menyentuh punggung tanganku lalu menggenggamnya. Aku tersenyum. Dia tersenyum. Aku sangat berterima kasih pada tuhan karena telah dikirimkan seorang malaikat tampan yang akan menjagaku di dunia. Kita kemudian lanjut menyantap hidangan yang baru saja datang. Aku sangat bahagia malam ini. Dan kuharap akan terus berlanjut hingga malam-malam berikutnya. Semoga saja.
Dalam perjalanan pulang giliran Daniel yang mengendarai mobil. Aku yang memberinya petunjuk arah jalan pulang ke rumahku. Malam ini aku akan tidur bersama Daniel. Pacar sekaligus malaikat buatku. Aku senang sekaligus gugup menyadari bahwa aku akan tidur satu ranjang dengannya. Sampai rumah kami disambut oleh mama dan kakakku. Setelah berbasa basi sebentar lantas kami menuju kamar karena sudah larut malam. Aku lantas mengganti baju dan langsung masuk kedalam selimut sementara Daniel masih ada di kamar mandi. Tak lama, Daniel ikut masuk ke dalam selimut dan kegugupanku makin bertambah.
"Kakak jangan nakal ya sama aku pas tidur,"
"Hehe, ya gapapa dong, kan sekarang aku pacar kamu!"
"Iih dasar, pokoknya jangan macem-macem, ntar aku cubit!"
"Mau dong dicubit sama kamu!"
Daniel menyentil hidungku dan aku membalasnya dengan mengelus pipinya. Aku sangat menyayanginya. Kita kemudian tidur berhadapan dan tanpa kusadari Daniel mendekatkan bibirnya ke bibirku. Bibirnya bertautan dengan bibirku yang mengalirkan cinta dan kehangatan. Kemudian Daniel mengecup pelan pipiku. Mataku terpejam merasakan cinta yang dia berikan tulus untukku. Cinta sedang bekerja malam ini. Aku memeluk Daniel. Sangat erat seolah tak ingin ia pergi dariku. Dan tak ada yang terjadi malam itu selain kami saling membagi cinta kami berdua.
Paginya aku terbangun karena sebuah ketukan pelan di pintu kamarku. Rupanya itu mama, aku segera bangun dan menyadari bahwa Tyo sudah menungguku untuk lari pagi bersama. Aku lupa bahwa minggu lalu aku dan Tyo sepakat untuk jogging pagi ini. Aku langsung membangunkan Daniel dan mengajaknya untuk ikut jogging bersama. Aku juga ingin mengenalkan Daniel pada Tyo. Aku ingin mengenalkan pacarku pada sahabatku. Setelah selesai bersiap, kita berdua menemui Tyo yang sudah lumayan lama menunggu. Tyo agak sedikit kaget melihatku berdua dengan seseorang. Dengan sedikit gerakan yang mengartikan bahwa aku akan menjelaskannya nanti, kita bertiga lantas memulai jogging bersama.
"Hmm.. yo, kenalin, ini Daniel, kak El, kenalin ini Tyo!"
Aku memperkenalkan keduanya bersamaan.
"Ooh jadi ini toh cowok yang selalu diceritain sama lo ya tan?"
"Emangnya kamu suka cerita apa tentang aku tan?"
"Eeh enggak kok kak," jawabku gugup.
"Itu loh tan, masa lo lupa, yang lo cerita kalo lo lagi deket sama kakak kelas lo di Surabaya, trus yang katanya gak sabaran nunggu kakak dateng kesini!"
Ish dasar ember, aku harus menyumpal mulut Tyo supaya tidak melanjutkan kembali ceritanya yang tentunya membuatku sedikit malu kepada kak Daniel.
"Ooh gitu, ya gpp dong, kita kan udah resmi ya sayang!" ujar Daniel seraya merangkul tubuhku.
Tyo melongo. Tak menyangka atas apa yang barusan Daniel katakan.
"Jadi kalian udah..?"
"Ish kak Daniel kok pake cerita segala sih ke dia, Tyo kan mulutnya ember kak!" protesku manja.
"Gapapa dong tan, aku mau semua orang tau kalo sekarang aku lagi bahagia banget karena akhirnya bisa dapetin kamu!"
"Hush.. hush.. udah cukup mesra-mesranya, mau bkin jealous ya kalian, mentang2 gw jomblo!"
Hahahaha kita berdua tertawa melihat ekspresi lucu yang ditunjukkan Tyo. Tak terasa kita sudah dua kali mengitari area sekitar rumahku dan aku mengajak Daniel dan Tyo untuk sekedar beristirahat sembari menikmati es buah yang letaknya persis di depan gerbang kompleks ini. Dari pertama kali datang ke Bandung aku sangat ingin mencicipi es buah disana, tapi memang aku jarang memiliki kesempatan untuk mencobanya.
Setelah sampai disana aku langsung memesan tiga mangkuk es buah dan tak lama hidangan pun datang dan kita langsung menghabiskannya. Agaknya olahraga kita tadi memang cukup melelahkan.
"Kak el, yo, gue ke minimarket depan sana ya, mau beli air mineral, haus banget, kalian mau nitip apa?"
"Ooh gue nitip juga deh tan, air mineralnya, lo apa kak?"
"Aku juga deh tan, mau ditemenin?"
"Gausah kak, deket kok, kalian tunggu disini aja ya!"
Aku meninggalkan mereka berdua dan langsung beranjak menuju minimarket yang letaknya rak jauh dari tempat es buah ini. Sekembalinya dari minimarket, kulihat dari kejauhan Daniel dan Tyo sedang bercengkrama, sesekali kulihat Tyo memegang lengan Daniel. Memang kuakui Tyo sangat supel, mudah bergaul dengan orang lain. Aku berjalan menuju keduanya dan Daniel kemudian bangkit berdiri.
"Mau kemana kak?"
"Ke atm tan, kamu disini sama Tyo dulu ya!"
Aku mengangguk dan lantas memberikan air mineral pesanan Tyo.
"Tadi gue lihat lo berdua ngobrol asik banget, emang ngobrolin apaan?"
"Ada deh, hahaha!"
"Ish, pasti ngomongin gue ya?"
"Kepedean lo, tadi kita tuh ngobrolin film, ternyata gue sama dia sama-sama movie holic,"
"Ooh gitu!"
Tak lama Daniel kembali dan kita langsung pulang menuju rumah.
@Adhi48
@amira_fujoshi
@arbata
@jokerz
@angelofgay
@telur_ungu
@Kim_Kei
@Ricky89
@kikyo
@obay
@farizpratama7
@aicasukakonde
@young17
@aglan
@nakashima
@lu_lingqi
@cool_boys
selamat membaca, tinggalin komen yaa
lanjoot
sumpah ceritamu bagus pake bangetttttttttttttttttttttt yang panjang donkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk )