It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kuarahkan mobilku ke hotel dimana SMS palsu atas namaku berada. Aku berharap Nathan masih disana. Aku ingin menjemputnya. Mengucapkan maaf dan mencoba memperbaiki hubunganku dengannya. Namun tak kutemui Nathan disana. Menurut petugas hotel, Nathan dibawa oleh seseorang yang memiliki ciri-ciri seperti Daniel. Aku mengarahkan mobilku ke rumah Daniel. Walau bagaimanapun aku pernah kerumah Daniel ketika kita masih sama-sama di kelas 10. Aku memandang kearah balkon kamarnya. Dengan asa tinggi aku berharap bahwa Nathan berdiri disana melambai kearahku dan tersenyum. Namun semua itu hanya khayalan semuku saja. Aku bahkan yakin Nathan sudah tak ingin bertemu denganku setelah melewati semua ini. Aku menarik nafas panjang. Kuakui saat ini penyesalan memang datang terlambat. Seharusnya sejak awal aku tidak pernah menyetujui tantangan teman-temanku. Andai aku dapat memutar kembali waktuku. Tentu aku tak akan menyia-nyiakan waktuku yang sedikit bersama Nathan. Bersama orang yang kusayangi. Masih kuingat jelas tawa bahagianya ketika kita jalan bersama. Aku dapat memegang tangan putih kecilnya, mengusap pipinya yang mulus seperti bayi, menyentil hidung mancungnya dan sederet momen romantis yang mungkin akan kurindukan. Liburan sskolah yang hanya dua minggu kuharap bisa menjadi waktu bagi Nathan untuk bisa menghilangkan trauma buruk pasca kejadian ini. Kuharap Nathan akan menerimaku kembali. Dan saat itu aku tak akan menyia-nyiakannya dalam hidupku. Aku akan melindungi dan menyayanginya.
Tak terasa dua minggu sudah aku liburan semester. Awalnya aku berencana membawa Nathan ke pantai Senggigi. Tapi itu sebenarnya hanya karanganku saja untuk membuatnya senang. Aku bahkan sudah tau bahwa aku tak akan ke pantai itu. Tapi saat ini justru aku yang sangat ingin membawanya kesana. Bermain air dan melakukan aktivitas pantai bersamanya pasti menyenangkan. Andai aku tak melakukan hal bodoh itu. Tentu saat ini aku dan Nathan sudah berada bersama menikmati indahnya pemandangan pantai Senggigi. Aku mengelap pipiku. Airmataku keluar kembali. Sudah sangat lama aku tidak menangis. Terakhir kali aku menangis adalah ketika mama pergi meninggalkanku untuk selamanya. Mama dipanggil oleh Yang Maha Kuasa begitu cepat. Dan rasa sedihku hampir sama saat ini. Aku tidak mau kehilangan Nathan dalam hidupku. Aku orang yang tegar dan baru kali ini aku menangis karena seseorang selain mamaku. Baru saat ini aku menangis karena cinta. Dan orang yang kucintai adalah orang yang baru saja aku kecewakan. Orang yang baru saja aku sakiti. Aku memang orang bodoh.
Hari ini hari yang sudah kutunggu sejak lama. Hari pertama masuk sekolah setelah libur semester. Biasanya aku paling malas masuk di hari pertama karena masih terbayang liburan di pelupuk mataku. Tapi saat ini justru aku ingin cepat masuk sekolah agar aku bisa bertemu kembali dengan Nathan dan menjelaskan semuanya. Kuharap dia bisa memaafkanku meskipun kurasa peluangnya akan sangat kecil. Meski demikian aku tak akan menyerah. Aku tetap harus berjuang meyakinkannya bahwa aku sudah berubah. Aku bukanlah Tristan yang ia kenal enam bulan belakangan ini. Aku bukanlah Tristan yang dulu mendekatinya hanya karena sebuah taruhan. Aku Tristan yang baru yang siap menyambutnya dengan senyum ketulusan. Tanpa kepalsuan. Setelah parkir di halaman sekolah aku menunggu mobil yang biasa mengantar Nathan di depan gerbang. Kuperhatikan satu-persatu mobil dan murid yang melewati gerbang sekolah ini. Tapi tak kulihat sama sekali keberadaan baik Nathan maupun mobil yang biasanya mengantarnya. Kurasa Nathan menggunakan mobil lain ke sekolah. Setelah kuyakin tidak ada lagi mobil dan murid yang masuk gerbang sekolah ini, aku langsung menuju kelas Nathan berada. Aku melihat Edo, teman sekelas Nathan yang sedang berjalan keluar kelas. Kusapa dia.
"Do, Nathan ada di kelas?"
"Nathan udah gak di kelas ini kak!"
"Ooh maksudnya dia pindah kelas gitu?"
"Bukan, emang kak Tristan gak dikasih tau Nathan langsung?"
"Enggak, emang ada apa?"
"Nathan udah gak sekolah di sini kak, Nathan udah pindah ke Bandung. Tinggal sama mamanya!"
Deg. Jantungku seolah berhenti. Bukan ini yang kubayangkan. Aku sama sekali tak mengira jika Nathan bahkan benar-benar pergi dari hidupku. Aku benar-benar terpukul mendengar kabar ini. Harapan bahwa Nathan dan aku setidaknya bisa memperbaiki hubungan kita ternyata kandas. Aku tak memiliki kesempatan walau hanya untuk meminta maaf secara tulus. Aku langsung menghubungi nomor Nathan. Namun seperti biasa aku selalu tidak dapat tersambung dengannya. Kurasa dia telah memblock nomorku. Ya Tuhan, berilah aku kesempatan setidaknya hanya untuk meminta maaf padanya. Seketika aku langsung teringat Daniel. Dia lah orang terakhir yang berhubungan dengan Nathan. Aku menuju kelasnya. Kulihat dia sedang didepan kelas bersama beberapa temannya. Kuhampiri dia dan kuajak berbicara empat mata.
"Eemmm.. gue cuma mau tanya el, lo tau Nathan sekarang dimana?"
"Buat apa lo tanya itu? Masih kurang lo nyakitin dia? Masih penasaran hah?"
"Maaf buat hal itu el, tapi jujur gue gak pernah jebak Nathan ke hotel itu, semua itu kerjaan teman-teman gue!"
"Gue gak peduli itu kerjaan siapa, yang jelas Nathan udah di tempat yang aman dan bebas dari gangguan kalian semua!"
"Pliss el, gue minta tolong sama lo, gue perlu banget ketemu Nathan. Gue mau minta maaf!"
"Gak perlu tan, dia udah maafin lo sejak dulu, dan pliss jangan coba buat hancurin dia lagi karena dia udah cukup hancur sekarang!"
"Pliss el,"
"Udah tan, mending lo balik kelas, sampe kapanpun gue gak akan kasih tau dimana Nathan tinggal sekarang karena itu juga pesan dari Nathan supaya dia bisa menjauh dari lo!"
Bel berbunyi dan Daniel berjalan kembali menuju kelasnya. Nathan benar-benar sudah tak ingin bertemu denganku lagi. Aku melangkah gontai menuju kelas dan memikirkan bagaimana nasibku selanjutnya. Nasibku kepada satu-satunya orang yang kusayangi saat ini. Sekali lagi maafkan aku tan..
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
<Daniel POV>
Aku berjalan menuju kelas dengan wajah marah. Masih kurang kah Tristan mengerjai Nathan hingga ia masih penasaran dengan keberadaan Nathan saat ini. Aku sangat tidak habis pikir. Tak mungkin seorang Tristan yang kukenal sejak masuk kuliah mau meminta maaf kepada semua korban tingkah playboy nya. Dia pasti masih penasaran untuk mengerjai Nathan. Dan sampai kapanpun aku berjanji pada diriku sendiri untuk melindunginya. Aku akan terus melindungi Nathan dari gangguan siapapun karena sejak awal aku melihatnya, aku sudah jatuh cinta padanya. Dan perasaanku tak akan hilang meski Nathan pindah kemanapun. Aku akan tetap terus mencintainya.
Aku jadi teringat bagaimana momen saat Nathan pamit kepadaku.
"Kamu serius mau pindah ke Bandung tan?"
"Iya kak, aku kangen sama mama, lagian dari kecil aku udah tinggal sama papa, jadi sekarang aku mau tinggal sama mana!"
"Aku pasti bakalan kangen banget sama kamu tan!"
"Iya kak, aku juga, kak Daniel orang yang sangat baik dan perhatian sama aku. Aku pasti akan terus ingat sama kakak!"
Aku menggenggam tangannya. Tak peduli orang lain melihatku karena untuk sekarang aku hanya ingin menghabiskan waktuku dengannya yang hanya sedikit sebelum Nathan bertolak ke Bandung.
"Kamu janji ya, belajar yang rajin disana, aku akan berusaha sekuat tenaga dan pikiran supaya aku bisa diterima di ITB dan bisa kembali bersama kamu!"
"Iya kak, aku akan tunggu kakak disana,"
Nathan tersenyum. Dan itu adalah senyum yang sejak dulu ingin kulihat darinya. Senyum untukku yang tanpa beban. Kuharap Nathan bisa segera melupakan semua kejadian disini dan cepat beradaptasi di tempat barunya. Aku sayang kamu tan.
Sepertinya Tristan tak jera mencari informasi keberadaan Nathan. Setelah tak kuberi informasi, sepertinya dia sedang mendekati teman sekelas Nathan guna mencari info keberadaannya. Kulihat dia sedang berbincang di cafetaria bersama beberapa teman sekelas Nathan. Dan aku yakin sampai kapanpun Tristan tak akan mendapatkan informasi itu karena Nathan hanya memberitahu dimana alamat dia tinggal sekarang hanya kepadaku. Nomor handphone Nathan pun sudah sengaja kuganti ketika di bandara. Aku memberikan nomor baru kepadanya agar Tristan tak bisa lagi menghubunginya. Aku sekuat tenaga berupaya menjauhkan Nathan dari Tristan agar trauma Nathan tidak membekas terlalu lama dalam memori ingatannya. Aku berharap agar Nathan dapat melupakan semua kenangan buruknya. Dan mengisinya dengan lembaran baru bersamaku. Semoga saja.
Malamnya aku menelpon Nathan. Sekedar menanyakan kabarnya dan lain-lain. Kuakui aku sangat senang walau hanya bisa mendengar suaranya. Nathan bercerita bagaimana dia harus beradaptasi dengan suasana dan lingkungan baru. Orang-orang baru dan pastinya semangat baru. Nathan mengungkapkan bahwa kendala bahasa masih menjadi kesulitannya karena kebanyakan orang di Bandung masih banyak yang menggunakan bahasa sunda. Bahasa yang sama sekali belum pernah didengar bahkan diucapkan olehnya. Aku antusias mendengar ceritanya. Nathan sudah sedikit mulai bisa tertawa ketika kuberi gombalan atau candaan. Aku sangat senang mendengarnya. Dan aku berjanji pada diriku sendiri untuk giat belajar agar nanti dapat berkuliah di Bandung dan bisa lebih dekat dengannya.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
<Nathan POV>
Kurebahkan tubuhku di ranjang kamarku yang baru. Perjalanan Surabaya-Jakarta dan Jakarta-Bandung yang kulalui cukup melelahkan. Setelah melepas rindu dengan mama dan kakakku. Aku lantas menuju kamar untuk istirahat. Udara kota Bandung di sore hari cukup membuaiku. Entah karena terlalu lelah atau memang suasananya yang begitu nyaman. Aku dengan cepat tertidur. Tak tau berapa lama aku tertidur namun sekarang aku sudah terbangun karena dering handphone ku. Kulihat siapa yang menelpon dan itu Daniel. Dengan semangat aku mengangkatnya.
"Halo"
"Halo tan, gimana udah sampe kamu?"
"Udah kak, aku udah sampe di rumah mama"
"Baguslah, gimana hari pertama kamu di Bandung?"
"Bingung kak, aku bingung sampe sini langsung diajak ngobrol bahasa sunda sama sopir taksi yang anterin aku, aku gak ngerti bahasanya, semoga aku bisa cepat adaptasi ya kak disini"
"Iya semoga aja ya, kamu udah makan tan?"
"Belum nih kak, tadi abis sampe langsung ketiduran"
"Yaudah kamu makan dulu gih, sampein salam ke mama kamu ya tan"
"Iya kak, nanti aku sampein"
"Miss you, tan"
"Miss you too kak"
Aku mengakhiri percakapanku dengan Daniel dan beranjak menuju ruang makan karena sepertinya mama memanggilku dari tadi. Dan benar saja mama sudah bersiap di meja makan bersama kakakku.
"Ayo tan, kita makan malam, mama udah bikin bebek kesukaan kamu!"
"Makasih ma, mama masih ingat aja kalo aku suka bebek!"
"Iya dong, ayo kamu makan yang banyak ya tan!"
"Hmm.. gimana kabar papa tan?"
"Baik ma, tapi sekarang papa jarang di rumah. Sibuk banget, makanya aku pengen tinggal sama mama, kangen juga sama mama!"
Setelah makan malam selesai kita bertiga, aku, mama dan kakakku bercengkrama sembari menghabiskan waktu mengobrol. Aku sangat senang bisa kembali lagi memiliki momen ini bersama keluargaku. Karena sudah cukup lama aku tidak bertemu mama. Kita mengobrol hingga malam sebelum aku pamit tidur karena besok sudah masuk sekolah lagi.
Di sekolah baruku, meski aku masih mengalami Kendala berbahasa, tapi disini aku relatif mudah mendapatkan teman, salah satunya Tyo. Teman sekelasku yang sudah cukup akrab denganku. Aku juga dengan cepat bisa beradaptasi dengan suasana sekolah disini. Kuharap aku bisa memiliki kehidupan yang baik disini. Dan cepat melupakan semua kejadian yang lalu. Biarlah hal itu menjadi kenangan terburukku yang tak ingin kuingat lagi. Dan aku siap menyambut hidupku yang baru dengan orang-orang baru. Dan aku juga berharap kak Daniel masih setia menungguku. Semoga saja.
@amira_fujoshi
@arbata
@jokerz
@angelofgay
@telur_ungu
@Kim_Kei
@Ricky89
@kikyo
@obay
@farizpratama7
@aicasukakonde
@young17
@aglan
butuh masukan banget, maklum masih penulis amatir hehe
Lanjut