It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Lebih gampangnya adalah, aku sama dia ngetik cerita bagian masing-masing. Tapi yang ngepost cerita dia. Aku suka dimarahin kalo sering buka boyzforum.
Tapi mention tetep aku yang handle. Gitu lho @mustaja84465148
#spoiler loh
Silahkan dibaca:
@Gabriel_Valiant
@tio_juztalone
@kimo_chie
@cowok_pat1
@Aland_Herland
@asz_2468
@nega
@rifsipelangi
@FransLeonardy_FL
@ularuskasurius
@reenoreno
Nih buat kalian yang pingin sakit mata, silahkan dibaca. Komen lho ya?
Irsyad’s POV
Aku tidak menyangka kalau dia benar-benar bersekolah di sini. Di tempat sekarang aku menuntut ilmu. Dia memang belum tahu kalau aku satu sekolah dengannya. Karena setiap kali istirahat aku selalu di kelas. Begitu juga pulang sekolah, aku selau pulang paling belakang. Aku bahkan yakin kalau rumahku dan Verdi, teman barunya tersebut, hanya berjarak satu rumah saja. Tapi sebaik apapun aku bersembunyi, cepat atau lambat, dia tetap akan tahu.
Sejak kejadian di gudang sekolah waktu itu, dadaku kembali bergemuruh. Aku tahu aku tidak marah padanya. Hanya saja, entahlah. Aku tidak rela jika ia semakin lama semakin terjerumus ke dalam dunia seperti itu. Aku tidak rela. Kalian tahu siapa dia? Ya, Rizky. Sahabat kecilku.
*Awal semester*
Kulangkahkan kakiku secepat kilat menyusuri lorong sekolah ini, aku tidak mau terlambat lagi. Ketika sampai di ujung pintu kelas 8F, aku melirik ke dalam kelas. Ahhh, mungkin dia belum datang. Kembali kulangkahkan kakiku menuju kelas 8J. Suasana sudah cukup ramai. Tentu saja. Bel sudah berbunyi lima menit yang lalu. Tepat saat aku memasuki gerbang sekolah.
Kuletakkan tas dan satu buah map berisi kumpulan print out tugas dari beberapa mata pelajaran ke meja yang berada paling kiri baris tengah. Kalau saja ada dia disini, mungkin aku bias meminta tolong untuk mengerjakan tugas-tugas ini.
Maklum saja, aku bukan orang yang sangat pintar. Jadi, aku harus benar-benar mengerti apa yang soal itu inginkan.
Tak lama setelah aku duduk. Arfi, teman sebangku ku itu datang dan pasti, “Syad, lo udah ngerjain tugas belum? Gue pinjem buku lo dong. Gue belum ngerjain nih! ” sudah ku duga. Entah dia memang malas atau bagaimana. Yang jelas setiap pagi, dia pasti akan berkata seperti itu. Kenapa di tidak menanyakan kabar atau basa-basi lainnya. Kurasa itu lebih sopan dalam artian kurang ajar.
Kuamati lagi sosok di depan ku ini. Eits, sejak kapan dia pakai softlens. Kurasa baru hari ini, “Lo pake softlens Fi? Ck, lo tu kayak anak perawan tau nggak! Udah coklat ya coklat aja. Ngapain lo warna jadi kuning gitu?” aku tidak lagi bisa menahan tawa. Tingkah laku Arfi benar-benar menggelikan.
”Emang kenapa? Sirik aja lo. Eh, Syad. Lo udah tau kabar terbaru belum?” Arfi ini selain pemalas, ia juga raja gossip. Kalo ratu sih Andin, pacar si Arfi. Cocok deh.
Owh, ya. Tadi dia bilang ada berita kan, pasti seru. Kalo nggak cewek ya ulah si Rizky. He’em, Rizky itu seneng banget buat ulah. Kalo nggak salah,baru 1 minggu disini dia udah berhasil buat 3 anak kelas 9 keluar dari sekolah gara-gara cari masalah sama dia. Kalau sekarang? Entahlah, ke dua puluh jari-jari ku sudah penuh.
“Hei! Ngelamun aja lo! Mau denger nggak?” Suara Arfi yang ngeBass itu kembali menyadarkanku.
“Iya-iya Mak. Cerita gih!” Kuperhatikan wajah Arfi sembari menunggu apa yang akan menguar dari mulutnya tersebut.
Arfi terlihat mulai menarik nafas dan mulai bercerita, “Lo tau Rizky kan? Anak baru itu loh. Gila, baru seminggu lebih sehari aja udah ngeluarin kakak kelas. Sekarang bikin ulah lagi. Jadi gini, tadi pas gue lagi mau masuk kelas. Ada suara kayak lagi perang mulut gitu. Gue cari deh suaranya. Ehhh, malah si Rizky lagi adu argument sama si Andre. Lo tau nggak sih, si Andre itu nggak ada yang berani ngelawan selama ini. Tapi, SHIT. Gue kagum sama Rizky.” Arfi menutup ceritanya dengan ekspresi yang aneh. Benar-benar aneh.
*Back to Now*
“BRUKKK” Aduh, sial banget sih hari ini. Udah telat, pake acara nabrak orang lagi. Lengkap sudah. Kudongakkan kepalaku untuk melihat siapa orang yang sudah berani menabrak atau kutabrak ini.
Dan, Shit dia, “Rizky? ” Bagaikan acara di sinetron. Semua terasa seperti slow motion. Aduh, akhirnya ketahuan juga.
“Irsyad? Kamu Irsyad kan? Irsyad Ardana Putra kan?” ia kembali menatap ku dengan pandangan yang aneh. Antara, senang, kaget, takut, dan entah apalagi. Kubalas tatapan matanya, kali ini matanya terlihat sendu dan sedikit berkaca-kaca hingga akhirnya, “ Maaf”.
***To Be Continued***
Ini bukan ketikan ku lho guys, Ini ketikan dia tuh, @Irsyad_17. Jadi kalau jelek, jangan complain ke aku. Ke dia aja. Dan ini REAL, Cuma kalo pas POV aku, itu Fiction. Dan silahkan emnikmati aja deh. Pende aja dulu kata dia. Buat pemanasan.
See you on the next update.
ralat dua-duanya sama bagusnya kok, banget malah
cuman updatenya jgn lama-lama ya, keburu lupa yg baca hehe
Silahkan dibaca:
@Gabriel_Valiant
@tio_juztalone
@kimo_chie
@cowok_pat1
@Aland_Herland
@asz_2468
@nega
@rifsipelangi
@FransLeonardy_FL
@ularuskasurius
@reenoreno
UPDATE GUYS> Masih ketikan Irsyad juga nih....
***Lanjut***
***Irsyad’s POV***
Dan, Shit dia, “Rizky? ” Bagaikan acara di sinetron. Semua terasa seperti slow motion. Aduh, akhirnya ketahuan juga.
“Irsyad? Kamu Irsyad kan? Irsyad Ardana Putra kan?” ia kembali menatap ku dengan pandangan yang aneh. Antara, senang, kaget, takut, dan entah apalagi. Kubalas tatapan matanya, kali ini matanya terlihat sendu dan sedikit berkaca-kaca hingga akhirnya, “ Maaf”.
Aku pun hanya bisa memandangi wajahnya yang tidak lagi seceria dulu. Dari sinaran matanya seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Mungkinkah karena ku? Entahlah.
“Aku mau ngomong sama kamu nanti di taman belakang!” suara Rizky terdengar parau. Yah, kalian tahu suara orang mau menangis kan? Nah, seperti itulah kira-kira.
“Oh iya.” Kuulas sedikit senyum untuk menenangkannya. Aku tahu kalau aku terdengar sangat jahat waktu aku menamparnya saat itu. Tapi percayalah, aku tidak benar-benar marah pada Rizky. Rizky akhirnya mulai melangkah kembali ke kelas begitu pula denganku. Fikiranku masih dipenuhi bermacam pertanyaan. Seperti, apa yang akan ia lakukan padaku nanti di taman belakang sekolah?
Menghajarku? Semoga tidak.
***
Akhirnya aku kembali menghirup udara sekolah saat istirahat. Karena seperti yang kubilang tadi, aku jarang atau bahkan tidak pernah keluar ruang kelas saat istirahat.
Sekalipun aku ingin ke kamar mandi. Aku akan menahannya sampai masuk jam pelajaran. Alasannya? Rizky.
Langkah kakiku sedikit gemetar saat menyusuri lorong kelas 7. Lorong ini akan menuju ke taman belakang sekolah. Tempat yang kita, aku dan Rizky jadikan sarana melepas rindu. Halah, lebay. Kubuka pintu besi berwarna biru yang sudah mulai mengelupas dan berkarat dengan perlahan. Takutnya kalau ada hantu yang tiba-tiba keluar dari taman ini. Hiii, serem.
Kulangkahkan kakiku kearah sebuah gundukan tanah yang ada di bagian samping kanan taman ini. Rizky sepertinya melihat kehadiranku saat ia dengan sengaja menoleh ke arahku. Sedikit kupercepat langkahku menuju ke arahnya.
Tatapan matanya yang setajam elang -gossipnya Arfi sih- terlihat sangat sayu saat melihatku. Raut takut sangat jelas terlihat di matanya.
Ku raih pundaknya, lalu mengajak ia untuk berdiri. Kuraih kepalanya agar melihat ke arahku, dan ini dia yang aku rindukan. Rizky, sahabat kecilku itu.
“Irsyad, aku minta maaf!” suaranya benar-benar serak saat berucap. Entah apa yang sedang ada di tenggorokannya saat itu. Kubalas tatapan matanya dan mulai mendramatisir suasana. Ekspresi wajahku sebisa mungkin kubuat agar bisa terlihat seperti orang yang sedang jijik. Dengan dahi sedikit mengernyit dan kedua tangan menyilang di depan dada kurasa sedikit bagus.
Rizky sepertinya melihat aktingku, dan akhirnya, “Maaf, aku mau pergi dulu.” Rizky kemudian mulai melangkah meninggalkanku yang sedang benar-benar menahan tawa.
Aku suka ekspresi bersalahnya itu. Tapi sudahlah, tidak baik menyiksa orang dalam perasaan bersalah.
Kuraih pundak sebelah kanannya dan langsung membalikkan tubuhnya. Seketika itu juga kurengkuh Rizky dalam pelukanku. Pelukan hangat ini masih sama seperti yang dulu. Tidak berubah.
Rizky yang tadi mungkin sedikit kaget, akhirnya membalas pelukanku. Tangisnya pecah seketika. Kubiarkan semua momen ini berjalan lambat. Membuat semua rindu yang terpendam terlepas indah ke udara. Mengalirkan setiap butiran kasih ke semua pembuluh darah.
Rizky yang pertama kali melepas pelukan kami akhirnya kembali menatapku, “Kamu nggak marah kan?” Okay, itu aneh. Memangnya aku harus marah kenapa? Ku letakkan punggung tangan kiriku ke dahi Rizky, mengecek apakah ia sedang sakit. Sepertinya ia baik-baik saja.
“Kenapa aku harus marah? Kamu nggak salah apa-apa kan?” kuberikan Rizky sebuah senyum yang paling menawan menurutku. Rizky pun membalas senyumku. Dan sialnya adalah, ia seperti menguarkan perasaan dari tatapannya.
Cinta?
***Rizky’s POV”***
Entah apa yang bisa kukatakan saat ini. Aku benar-benar hidup. Dan sejenak dapat melupakan masalahku dengan Verdi. Tapi memang dasarnya aku tidak terlalu disayang tuhan, semua memori tentang Irsyad dan Verdi kembali berputar di otakku. Sambung menyambung dan menjadi sebuah rekaman menjijikkan. Aku, Rizky, seseorang yang selama ini disegani dan sedikit ditakuti oleh murid-murid di sekolah ini terlihat menyedihkan saat aku menjadi GAY.
Aku benci diriku sendiri.
“Mungkin aku emang nggak pantes jadi sahabat kamu lagi. Tapi sampai kapanpun, aku akan terus anggep kamu sahabat aku Syad.” Mataku kembali berkaca-kaca. Aku terlalu malu untuk kembali melihat wajah Irsyad. Aku juga terlalu malu untuk berkata terlalu panjang di hadapannya.
Aku takut ia akan mejadi illfell dan jenuh denganku.
1 tahun bukan waktu yang cukup untuk menghapus luka karena ditinggal oleh Irsyad. Lalu kini, setelah aku bertemu dengannya lagi. Aku tidak mau menghancurkannya untuk yang kedua kali. Aku tidak akan.
Entah ia kesurupan apa, yang jelas ia malah tertawa keras di hadapanku. Bukan tertawa mengejek, lebih karena bahagia, “Kamu itu aneh Riz, aneh banget. Kenapa aku nggak pantes jadi sahabat kamu? Apa yang salah sama kamu? Nggak ada kan?” baiklah, apakah Irsyad benar-benar hilang ingatan atau apa, tapi. Ayolah! Kenapa dengan anak ini?
“Aku Gay Syad! Apa kamu lupa?” suaraku sedikit meninggi saat ini. Aku tidak marah, hanya saja… Entahlah, aku juga tidak tahu.
Irsyad mengambil kedua tanganku lalu memasukkannya ke dalam genggaman tangannya, “Apa karena itu aku harus jauhin kamu? Apa kamu mau?” aku menggeleng cepat.
Tentu saja aku tidak ingin ia jauh dariku lagi. Aku akan selalu…
“Ehem! Ada drama sinetron sepertinya?” Astaga suara berat itu? Verdi?
*To Be Continued*
Setelahini, akan ada drama perkelahian dan sedikit adegan ranjang. Jadi, yang penasaran sama adegan ranjang ala Irsyad, tunggu aja ya?
aku suka walau sedikit datar menurutku
BTW ada irsyad_17
ada rizky_27
mungkin selanjutnya verdi_37
dan blablabla ke 4/5/6.7
siapa saja tokoh asli dicerita ini yang sudah pacaran?