It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
shane kan udah ada hendra, kok mlh nangis pas tau ferdi berpaling ??
shane ma hendra makin mesra nih ..
@Zazu_faghag : di maklumin aja, setiap orng pasti nyeselnya kan belakangan hehehe
@waisamru : ala2 sinetron gak ketawa jahatnya yg alisnya mpe naik2 gitu xixixixi dimaklumin aja, Shane ka disini ceritanya masih brondong yg labil hohohoho
@ying_jie : sama2, makasih juga udah mau luangin waktu buat baca n ninggalin jejak,
@farizpratama7 : makasih ya dah muji2 cerita saia, makasih juga dah baca n ninggalin jejak...
@sikasepmauth @nukakarakter @iamyogi96 @iamalone89 @halaah @jjk_mod_on @dirpra @gdragonpalm @firdausi @Chocolate010185 @rajatega @05nov1991 @Just_PJ @andychrist @nur_hadinata @The_jack19 @kiki_h_n @alabatan @Dharma66 @LEO_saputra_18 @touch @AL's @jakaputraperdana @rully123 @bobo @pocari_sweat @mu @Rez1 @Raff @touch @Dharma66 @fery_danarto
@abadi37 @ijiQyut @bi_ngung @hantuusil @abadi_abdy @aDvanTage
@bayuaja01 @savanablue @justboy @Jf_adjah @bocahnakal96 @rarasipau @Alir @oxygen_full @Different @babybroww @amira_fujoshi @waisamru @ ken89 @darwin_knight @icha_fujo @ying_jie @timmysuryo @erickhidayat @ncholaaes @seventama @DM_0607 @jerukbali @adilope @surya_90 @badut @Zarfan @leviosha @alvian_reimond @RezzaSty @Beepe @maret elan @Didit_Praditya @alvian_reimond @amauryvassili1 @Achan @Jhoshan26 @echank @penggemar_dady @gymue_sant @handikautama @jacksmile @aii
Burried Ther Heart 27
Kehadiran Fellicia, menjadikan Ferdy serasa kembali ke masa-masa kedekatan mereka pada jaman sekolan menengah. Kedekatan mereka berujung perpisahan dimana Fellicia meninggalkan Ibukota dan berpinda ke Singapore untuk mengikuti kedua ayahnya yang di pindah tugas oleh perusahaan beliau bekerja.
Sekarang ini, Fellicia sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik, manis, anggun dan lembut dan kembali ke kehidupan Ferdy. Membuat pria muda tersebut, bersikukuh pada jati dirinya yang asli. Meskipun sekarang ini sudah ada Fellicia yang menemaninya di saat-saat tertentu, tapi tak memungkiri hatinya berpihak pada Shane, seorang pria muda yang juga telah menculik hatinya.
Semenjak terakhir bertemu dengan Ferdy pada malam dimana Ferdy mengungkapkan semua isi hatinya, Shane menjadi lebih banyak berdiam diri dari sebelumnya. Setelah semua aktifitas usai, pria muda tersebut lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar, membuat orang-orangnya yang setia di dalam paviliun ikut menjadi cemas akan keadaannya. Shane menjadi jarang keluar kamar, kalaupun ia beranjak keluar kamar, itu di lakukan hanya karena rutinitas semata yang harus di jalankannya setiap hari.
Hendra, pemuda itu tampak sibuk dengan bahan-bahan materi pembelajarannya yang semakin lama semakin menumpuk, di karenakan ujian besar sudah dekat. Ia juga menjadi jarang bertemu dengan adik sepupunya itu, hanya sesekali ia mendatangi paviliun untuk menjenguki adik sepupunya itu. Meskipun tubuh dan raganya tidak selalu berada di sisi Shane, namun hatinya masih ada pada pria muda itu. Tak jarang ia berdiri di jendela kamarnya untuk menengoki jendela kamar Shane.
Maya sudah mengurangi intensitas dirinya untuk bertemu dengan Hendra di karenakan malu. Gadis itu lebih memilih mendekam di dalam kamar, atau sekedar berjalan-jalan di dalam taman jika memiliki waktu senggang. Meskipun masih bersama dengan Hendra baik pergi ataupun pulang kuliah, tidak pernah terbesit lagi di pikirannya untuk menggoda Hendra. Ia berusaha sekuat mungkin menahan rasa sukanya pada pemuda itu.
Semuanya mulai berubah.
***
Karena hari itu adalah akhir pekan, Ferdy mengajak Fellicia untuk sekedar berjalan-jalan mengelilingi jalanan di ibukota yang cukup ramai di malam hari, dan pada akhirnya, motor Ferdy berhenti pada pesisir sebuah pantai. Pemandangan pantai cukup indah di malam hari, sinar lampu di ujung-ujung menambah suasana romantis malam itu. Fellicia lmendahului Ferdy untuk turun dari atas boncengan, kemudian ia mengambil posisi duduk di atas batu pembatas pantai yang di bangun sepanjang pesisir pantai.
Pandangan matanya dengan cepat ia arahkan pada sinar-sinar lampu yang terang benderang sejauh matanya memandang. Ia juga merasakan hembusan angin malam yang meniup perlahan wajah dan rambutnya. Tak berapa lama setela Fellicia berada di sana, Ferdy menyusulnya dan ikut mengambil posisi duduk tepat di sebelah gadis cantik tersebut, matanya sesekali tampak mencuri-curi pandang terhadap Fellicia yang sibuk dengan pandangannya.
“apa kau suka tempat ini?” tanya Ferdy membuka pembicaraan. Fellicia menolehkan kepalanya, menatapo pemuda di sampingnya, dengan cepat kepalanya mengangguk,bibirnya menyungging senyuman manis yang dapat membuat siapapun luluh jika melihatnya,
Ferdy tersenyum sejenak, membuang pandangannya jauh pada slampu-lampu di ujung pantai, ia tampak menerawang,
“kau sering mengunjungi tempat ini?” Fellicia balik bertanya,
“ya.. aku sering mengunjungi tempat ini jika aku sedang merasa kesepian ataupun sedih” ungkap Ferdy,
“ternyata, seorang Ferdy bisa sedih juga ya..” canda Fellicia menimpali ucapan Ferdy. Keduanya terhanyut dalam sebuah tawa kecil,
“apa kau bersedih karena orang yang kau suka?” tanya Fellicia lagi, Ferdy menolehkan wajah gadis cantik di sampingnya itu untuk sejenak waktu, kemudian melanjutkan kembali membuang pandangannya,
“banyak hal” tukas Ferdy singkat, “tapi hal itu juga termasuk salah satunya” sergah Ferdy melanjutkan ucapannya.
Senyuman Fellicia tampak memudar, gadis itu tampak terdiam, berusaha merasakan apa yang di rasakan oleh sahabatnya,
“orang yang kau sukai itu, pasti akan merasa sangat bahagia dan sangat beruntung, memiliki seorang kekasih yang sangat baik seperti dirimu” ucap Fellicia mencoba memberikan suasana segar pada malam itu,
Ferdy tak mengomentari ucapan Fellicia, ia terhanyut dalam diamnya, kemudian,
“sayang.. ia tidak pernah bisa menyukaiku” ungkap Ferdy,
Kini giliran Fellicia yang terdiam, ia mencoba memberikan Ferdy waktu untuk mengungkapkan seluruh isi hatinya padanya,
“ia lebih memilih orang lain di banding aku” tandas Ferdy,
Fellicia menjulurkan tangannya, kemudian dengan lembut tangan itu mengusap-usap pundak teman baiknya tersebut,
“sabar ya, di balik kekecewaan, pasti ada hikmah yang bisa kau petik” hibur Fellicia. Ferdy menolehkan kepalanya, tersenyum kecil kepada gadis cantik tersebut,
“aku juga tidak lagi terlalu memikirkannya, hanya saja, terkadang teringat kembali akan hal itu” ujar Ferdy,
“kenangan tidak semudah itu di lupakan, jadi, jika kau terkadang teringat akan hal itu, menurutku itu adalah hal wajar” tukas Fellicia,
“ya...” ucap Ferdy singkat,
Keduanya kembali hanyut dalam diam. Membiarkan angin pantai malam menghembus wajah mereka.
Tiba-tiba, Fellicia berujar, “aku jadi ingin tahu, wanita seperti apa yang tega tidak menghiraukan sahabat baikku ini”
Ferdy terdiam, kepalanya ia arahkan kembali untuk menatapi Fellicia, entah apa yang akan Fellicia lakukan jika ia tahu bahwa yang di sukai bukanlah seorang wanita, melainkan seorang laki-laki, dan apa anggapan Fellicia nantinya,
“hei... mengapa terdiam menatapku, kau belum menjawab pertanyaanku” sergah Fellicia,
“apakah penting untukmu?”
“mmm... penting, karena kau adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki selama ini”
Ferdy sedikit merasa bingung,
“tapi... apa yang akan kau perbuat terhadapku jika aku memberitahumu yang sesungguhnya?”
Fellicia mengerutkan kedua alisnya yang rapi dan runcing di sudut, dahinya juga ikut mengerut, menerka-nerka apa yang di maksud oleh Ferdy,
“apa maksudmu berkata seperti itu” tanya Fellicia dengan nada bicara yang mengandung keheranan,
“tidak ada, hanya asal berucap saja”
“kau ini.. sok misterius”
Terdengar suara tawa dari mulut keduanya,
“ayo, ceritakan kepadaku, seperti apa wanita yang kau sukai itu, apakah dia lebih cantik dariku, apakah dia lebih baik dariku” korek Fellicia ingin tahu, Ferdy hanya tersenyum kecil,
“kau lebih cantik darinya” tukas Ferdy yang membuat Fellicia sedikit malu,
“pintar benar mulutmu merayu”
“aku mengatakan yang sesungguhnya, kau lebih cantik darinya”
Lagi-lagi Fellicia tertawa,
“ok..ok.. aku terima dan aku ucapkan terima kasih”ujar Fellicia, “lalu, apakah dia lebih baik dariku, dan... apa dia lebih sexy dariku” lanjut Fellicia yang lagi-lagi membuat Ferdy tertawa,
“apa-apaan kau ini, mengapa bertanya seperti itu?”
“ayolah...aku hanya ingin tahu saja” pinta Fellicia manja,
“selama sekolah, aku tidak pernah melihat ataupun kau kenalkan pasanganmu, jadi sekarang hanya ingin tahu saja, masa juga tidak boleh” sambung Fellicia dengan mulutnya yang sengaja di cibirkan,
Ferdy tak dapat menolak desakan sahabat baiknya itu,
“dia... tidak lebih cantik darimu, tidak lebih sexy darimu”ungkap Ferdy,
“aku serius, dan sedang tidak bercanda”
“aku serius”
“kau tidak serius”
“dia tidak cantik dan tidak sexy, karena dia tampan”
Fellicia menjadi diam seribu bahasa ketika mendengar ucapan Ferdy pada kalimat terakhir,
“tampan?”
Meskipun malu dan sedikit keraguan mengerumuni dirinya, Ferdy mengusahakan kepalanya untuk mengangguk,
“ma..maksudmu? dia.. dia seorang laki-laki?” tanya Fellicia tidak percaya,
Ferdy mengangguk untuk yang kesekian kalinya. Fellicia tampak tercengan dengan tatapan menatapi Ferdy, ia benar-benar tidak percaya,
“Ferdy, aku tidak sedang bercanda ya”
“aku serius, aku tidak sedang bercanda” tukas Ferdy, “yang ku suka, memang seorang laki-laki” sambung Ferdy dengan wajah tertunduk,
“Oh...come on, how come...?”
Ferdy mengangkat kedua pundaknya, kemudian ia meluruskannya kembali, wajahnya tak berani ia arahkan pada Fellicia yang masih saja menampilkan ekspresi wajah tidak percaya,
“entahlah, semuanya berlangsung begitu saja”ungkap Ferdy,
“ee... ok... lalu kau dan laki-laki itu sudah...”
Ferdy mengerti maksud Fellicia, ia pun segera menampiknya,
“tidak... aku tidak pernah melakukan apa-apa, tidak lebih dari sebuah ciuman di bibir, dan itu hanya terjadi hanya sekali” Jelas Ferdy,
Fellicia terdiam,
“bukankah, setiap gay itu selalu berakhir dengan hubungan di atas ranjang?”
Ferdy menggeleng,
“aku bukan laki-laki seperti itu, dan laki-laki itu juga bukan seperti itu” jelas Ferdy,
Fellicia benar-benar di buat bingung oleh sahabatnya itu.
“aku hanya menyukai dia seorang, tidak ada laki-laki yang ku suka selain dirinya, setampan apapun laki-laki itu, aku tak mungkin dapat menyukainya” jelas Ferdy lagi,
Fellicia masih terdiam dalam diamnya, mencoba mendengar curahan hati Ferdy,
“aku melewati sebuah proses sulit yang benar-benar membuatku pada akhirnya bertekuk lutut padanya, saat itu, aku akan menerima semua cemoohan jika aku di dapati menyukai seorang laki-laki” lanjut Ferdy,
Fellicia masih saja terdiam,
“aku...aku.. melawan jati diriku sendiri, dan kalah, aku menerima bahwa aku seorang gay” tandas Ferdy dengan nada suara lirih. Fellicia merasakan betul apa yang di rasakan
Ferdy, ia ikut sedih dan membayangkan betapa beratnya berjuang melawan jati diri,
“tidak ada yang salah jika menjadi Gay, karena gay juga adalah manusia” ungkap Fellicia, Ferdy mengangkat wajahnya, di tatapinya Fellicia,
“kau tidak jijik terhadapku?”
Fellicia menggeleng, “apa yang harus ku jijikkan?? Kau bukanlah kotoran”ucap Fellicia diiringi suara tawa kecil,
“tidak semua orang dapat menerima keberadaan seorang gay”
“tapi tidak untukku, aku menerima kau apa adanya” ungkap Fellicia,
“terima kasih” tandas Ferdy,
Keduanya lagi-lagi terhanyut dalam diam panjang.
“lalu... aku ingin tahu, seperti apa fisik laki-laki itu, sampai-sampai teman baikku ini dapat melencengkan seksualitasnya” Fellicia sengaja mengerutkan alisnya, “apakah dia sangat
tampan?”
“besok, aku membawamu untuk bertemu dengannya”
“janji?”
“janji”
***
Shane mendatangi Ferdy di tempat yang sudah di janjikan. Sesampainya pria muda itu di tempat yang di janjikan tersebut, Shane dengan mudah mengenali pemuda itu. Ia melangkahkan kakinya menuju tempat di mana Ferdy berada, matanya menangkap sesosok gadis cantik yang tampak terpelongo menatap ke arahnya dan duduk tepat di sampingnya.
“hai...” sapa Ferdy,
“hai” sapa Shane di iringi senyuman simpul,
“ayo duduk” pinta Ferdy, pria muda itu tampak menari kursi yang berada di depan keduanya, kemudian mendaratkan tubuhnya di atas kursi tersebut,
Shane menjadi salah tingkah tatkala Fellicia terus menerus menatapinya, Ferdy yang mengetahui akan hal itu, segera menyikut siku gadis tersebut, membuat gadis itu tampak terkejut sejenak dan menghentikan perbuatannya. Sesekali, Fellicia mencuri tatap terhadap Shane,
“oh iya Shane, kenalkan... ini Fellicia” ujar Ferdy pada Shane, dengan ramah Shane mengulurkan tangannya, uluran tangan itu segera di sambut cepat oleh Fellicia,
“Shane” ucap Shane memperkenalkan namanya,
“Fellicia”
Keduanya masing-masing menarik kembali tangan mereka. Ketiganya terhanyut dalam diam.
“apa kau sudah makan Shane?”
Shane menggelengkan kepala,
“mau ku pesankan?”
“tidak usah, nanti saja” ujar Shane
Keduanya kembali terdiam.
“aku sering mendengar tentangmu dari Ferdy” ucap Fellicia di tengah keheningan kedua pria yang berada di sampingnya dan di seberangnya itu. Shane menggerakkan kedua bola matanya untuk melihati Ferdy, Ferdy mengangkat kedua bahunya, kemudian meluruskannya lagi, lalu Shane menggerakkan matanya pada Fellicia,
“apa yang kau dengar tentangku?” tanya Shane,
“pastinya bukan hal buruk tentangmu yang ku dengar” Fellicia meraih cangkir coffee lattenya, menyeruputnya untuk sesaat dengan hati-hati, menyisakan busa di pinggiran bibir atas, kemudian ia menggunakan sedikit juluran lidahnya untuk membersihkannya,
“jika bukan hal buruk, lalu apa yang kau dengar?”
“apa kau benar-benar tidak tertarik sama sekali dengan Ferdy?” tanya Fellicia di ikuti nada suara yang rendah, takut jikalau orang-orang di sekitar mereka mendengarkan hal yang ia tanyakan pada Shane.
Wajah Shane tiba-tiba saja memerah, begitu pula dengan Ferdy, berulang kali ia mencoba menghentikan Fellicia dengan menggunakan berbagai macam isyarat,
“mengapa diam?” tanya Fellicia,
“apa kau ingin mengadiliku tentang hal ini?” ujar Shane,
“tidak, aku hanya bertanya saja” tukas Fellicia santai,
“Felli... sudahlah, tidak usah membahas hal ini” potong Ferdy,
“aku tidak bisa menyukai... Ferdy, karena...” Shane terbata,
Meskipun Ferdy meminta Fellicia untuk tidak membicarakan hal tersebut, nyatanya ia juga menanti-nanti dengan jantung yang berdebar atas jawaban Shane,
“karena... Ferdy terlalu baik untukku” Shane menyelesaikan ucapannya, Fellicia tampak mencondongkan tubuhnya, dengan nada suara berbisik, ia berkata kepada Shane,
“itu bukan satu alasan yang tepat” tukas Fellicia yang kemudian menarik kembali tubuhnya dan bersandar pada kepala sofa,
Shane terdiam, ia tahu dan paham, apa yang di ucapkan oleh Fellicia adalah benar, jawabannya bukanlah suatu alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaannya,
“aku tidak bermaksud apa-apa terhadapmu, dan tidak ada maksud untuk menyudutkanmu dengan pertanyaanku” Fellicia mencoba mengklarifikasi, “ tapi apa kau tahu, sahabat ku ini, berjuang mati-matian merubah seksualitasnya, hanya demu mendapatkanmu” sambung Fellicia yang membuat Shane tertunduk,
“aku tahu” ujar Shane lirih,
“Felli, sudahlah, aku mohon, tidak usah membahas hal ini lagi ya” Ferdy mengarahkan kepalnya pada Shane, “Shane, jangan dengarkan Fellicia ya..”
“apa yang di katakan Fellicia benar” ujar Shane tanpa di tanya oleh siapapun dianta kedua pasangan yang berada di depannya, Ferdy menatap lirih kepada Shane.
Sebenarnya, semua yang terucap dari dalam mulut gadis cantik itu benar dan tidak ada salahnya, namun, Ferdy berusaha menjaga perasaan Shane, meskipun secara keseluruhan ia tidak paham, sedikit banyaknya ia tahu bagaimana perasaan Shane pada waktu itu.
“aku tidak mengherankan jika Ferdy bisa menyukaimu” sergah Fellicia, Shane mengangkat kepalanya, menatapi Ferdy sejenak, kemudian menatapi Fellicia,
“kenapa?”
“ternyata kau tidak terlahir dengan paras dan fisik yang biasa-biasa saja, melainkan lebih dari sempurna sebagai seorang laki-laki” tukas Fellicia yang membuat Shane dan juga Ferdy merasa malu.
***
Fellicia berjalan menjauhi kedua laki-laki tersebut sembari tangannya melambai-lambai seperti nyiur ke arah mereka, kemudian masuk ke dalam mobil, dan mobil itu beranjak meninggalkan parkiran, meninggalkan Shane bersama-sama dengan Ferdy,
“Shane...”
“ya?”
“terima kasih ya karena sudah mau datang”
Shane tersenyum lebih dulu, “iya, sama-sama”
“jangan kau masukkan ke dalam hati apa yang di katakan oleh Fellicia, dia memang seperti itu” ujar Ferdy,
Shane menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya,
“menurutku, apa yang di katakan Fellicia, ada benarnya, aku... tidak pernah belajar untuk menghargaimu” ujar Shane yang menatap lirih ke arah Ferdy. Ferdy menjulurkan tangannya kemudian di arahkannya tangannya itu pada bahu Shane,
“aku tidak pernah bilang jika kau tidak pernah menghargaiku”
“meskipun kau tak mengucapkannya, aku merasakan sendiri”
“sudahlah, kita tidak usah membahas hal ini lagi” tukas Ferdy,
Keduanya tampak terdiam, Ferdy menarik tangannya dan di masukkan ke dalam jaket berwarna abu-abu yang di kenakannya pada malam itu.
“apa kau akan langsung pulang setelah ini?” tanya Ferdy,
“mungkin”
“oh...”
“ada apa?”
“tidak... jika kau tidak langsung ingin pulang, aku ingin mengajakmu jalan-jalan terlebih dulu”
“boleh”
***
Felly hancur hatinya.