It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
ENAM
Mataku menerawang menatap kerlap-kerlip di langit malam. Sesekali bibirku membentuk senyum dua jari. Aku tersenyum geli saat pikiranku kembali melayang pada kejadian siang hari tadi.
Aku masih tak percaya dengan kejadian tadi siang. Untuk pertama kalinya aku mendengar seseorang menyatakan perasaannya padaku. Aku ingat suara gugup itu. Aku juga masih mengingat dengan jelas kata-kata ‘suka’ itu. Memang terdengar konyol sebenarnya, tapi.. aku menyukainya. Aku merasa senang mendengar “
Tapi itu benar-benar diluar dugaanku. Kejadian yang sangat mengejutkanku.
Selama ini, aku bahkan jarang berbicara dengannya. Aku bahakan telah berpikir buruk tentangnya. Bagaimana dia bisa menyukaiku secepat itu? Bukankah aku baru mengenalnya dan dia baru seminggu lebih tinggal di rumahku.
Aku tak bisa mengingat ekspresi wajahku saat dia menyatakan perasaannya. Aku begitu terkejut dan gugup saat itu, kemudian aku hanya diam, tak menjawab pertaannya.
Dasar bodoh! rutukku dalam hati kesal.
“Kamu tak perlu menjawabnya sekarang..”
“Eh?” gumamku merasa bingung.
“Aku tahu bahwa, kamu menyukai Nino.. Itulah kenapa.. Bagaimana aku harus mengatakannya.. Untuk saat ini tidak apa-apa,” ujarnya sambil menatapku.
Aku hanya diam, tak berani membalas perkataannya.
“Tapi kurasa, aku tak bisa menunggumu selamanya.” jelasnya dan menepuk bahuku pelan.
“Hei! Sedang apa malam-malam sendirian diluar?” tanya Mbak Sasa sambil menepuk pundakku yang membuat lamunanku buayar seketika.
Aku menggelengkan kepala. “Hanya melihat yang menyala di atas sana,” aku menunjuk ke langit.
“Hmm. Maaf ya buat hari ini!”
“Tidak apa-apa kok!” ujarku sambil tersenyum. “Bagaimana kencanmu hari ini?” tanyaku bersemangat.
“Menyenankan,” jawabnya datar. “Kmau berbeda sekali hari ini?”
Aku tertawa. “Cinta itu memang benar-benar indah, bukan?” gumamku lalu beranjak dari tempat dudukku dan meninggalkannya begitu saja diluar dengan tatapan bingungnya.
Saat aku melangkahkan kaki menuju kamarku, aku berpapasan dengan Nino yang membuatku menghentikan langkahku.
“Aku tidur deluan ya,” ujarnya sambil menggosokkan handuk di rambutnya. Aku menatapnya beberapa saat.
“Hmm?” gumamnya lagi karena merasa bingung.
“Ah, tidak apa-apa. Selamat tidur!” balasku sambil tersenyum.
“Oke!” ujarnya sambil berlalu dari hadapanku.
Jika saja “Suka” bisa mengganti “Suka” yang lain. Aku bisa merasa bahagia, tanpa merasa ada yang mengganjal di hati.
***
“HAH? SERIUS!!” ujar Yoshi dengan suara keras sehingga semua teman-teman di kelas memperhatikan kami. Itulah reaksi Yoshi saat aku menceritakan kejadian kemarin padanya. Kuyakin sebenarnya dia tidak sekaget itu karena dia sudah terbiasa membaca komik online tentang kehidupan boyslove.
“Ssst. Kecilkan suaramu!” ujarku sambil menaruh telunjukku di bibir. Meski sedang tak ada guru di kelas, aku tak ingin membuat kegaduhan di kelas. Apalagi sampai terdengar orang lain.
“Jadi kamu akan mulai berpacaran dengan dia?” tanya Yoshi dengan berbisik di telingaku.
Aku menggelengkan kepalaku. “Aku kan suka Ni..”
“BODOH!” ujarnya lagi lebih keras yang membuat reaksi yang sama di kelasku. “Apa yang kamu pikirkan? Dia Andra. Salah satu cowok populer di sekolah kita. Baik, kece, pinter, cool, rajin olahraga juga. Lagian dia sudah menyukaimu, tanpa harus membuatmu menangis menunggunya untuk menyatakan cinta. Orang pertama yang menyatakan cinta padamu adalah Andra. Apa kamu nggak melihat itu semua sebagai hal yang beruntung?” cecarnya dengan suara pelan.
“Itu menurutmu?” balasku singkat.
“Juga banyak hal seperti berpegangan tangan, kencan, ciuman, bahkan... semuanya dimulai bersama-sama dengan Andra! Bukankah itu baik?”
“Tapi..” sebelum aku melanjutkan perkataanku, Yoshi dengan cepat memotongnya.
“Jika kamu bersamanya, kamu akan mulai menyukainya!” ujarnya meyakinkanku.
“Benarkah?”
“Tentu! Jika kamu menolaknya dan menyia-nyiakan hal ini, aku pasti tidak akan memaafkanmu!”
Aku memutar bola mataku.
“Hei, apa yang sedang kalian bicarakan? Kudengar barusan Andra di sebut-sebut,” ujar Viny sambil berjalan ke tempat dudukku.
“Bukan apa-apa, kok,” jawabku singkat.
Setelah bel istirahat berbunyi, aku langsung membereskan alat tulisku yang ada di atas meja, sebelum akhirnya bergegas keluar dari kelas. Hari ini aku sedang tidak mood untuk pergi ke kantin. Harus berdesakkan dan akhirnya membuat moodku kembali rusak.
Akhirnya aku memutuskan pergi ke tempat favoritku. Meski tak banyak hal yang bisa kulakukan disana, setidaknya disana bisa membuat diriku lebih tenang dari pada di kelas atau di kantin.
Saat aku baru saja tiba di lantai paling atas, aku menemukan dua orang yang aku kenal sedang berbaring di lantai sambil membicarakan seseuatu. Karena penasaran aku berdiam diri di tempatku saat ini tanpa membuat suara dan mendengarkan percakapan Nino dan Andra.
“Kamu serius?” ujar Nino kaget.
“Ya, aku benar-benar menyatakan perasaanku padanya,” jawab Andra. Eh, apakah mereka sedang membicarakanku..
“Bukan itu maksudku.. aku sudah tahu dari dulu kalau akan berakhir begitu, kamu juga sudah pernah cerita padaku beberapa bulan yang lalu. Tapi maksudku.. apa kamu benar-benar menyukai Lian?”
Ah, benar. Bagaimana Andra bisa menceritakannya begitu mudah pada Nino. Itu pasti sangat memalukan.
“Hmm.. apapun mengenai dirinya. Aku tidak tahu. Aku bahkan benar-benar tidak mengerti diriku sendiri,” jawab Andra lalu merubah posisinya menjadi duduk memeluk lututnya.
“Itulah mengapa mereka menyebut hal seperti itu ‘cinta’,” ujar Nino sambil tersenyum.
“Ya, meskipun ini hanya cinta bertepuk sebelah tangan,” balas Andra.
“Dia hanya kaget. Lian akan segera menyukaimu, kok,” ujar Nino dengan pasti. “Yang paling penting kamu sudah menemukan orang yang kamu suka.”
Aku melangkahkan kakiku lebih dekat. “Hei! Sedang apa kalian disini?” sapaku pura-pura tidak tahu apa-apa mengenai apa yang kudengar tadi. “Maaf, menggangu kalian.”
“Bodoh. Apa yang kamu pikirkan?” ujar Nino sambil tertawa. “Mungkin aku yang menggangu kalian,” sindirnya.
Aku membelakkan mataku. “A.. apa?
“Tidak apa-apa,” balas Nino sambil tersenyum. “Eh, apakah kalian punya waktu kosong hari ini? Bagaimana kalau kita pergi ke kebun binatang sebentar habis pulang sekolah? Sangat membosankan bukan, kalau kita berdiam dirumah terus. Kita perlu sekali-kali keluar,” usul Nino, sambil tertawa.
“Bisa,” ujar Andra singkat.
“Hmm, sepertinya.. aku sedang ada tugas, pr biologi untuk minggu depan, makalah sejarah besok yang sedikit lagi selesai selesai, fisika belum, pr mandarin juga belum.. yaudah, aku juga bisa ikut!” jelasku.
Sepertinya aku terlalu banyak bicara. Mereka menatapku dengan tatapan aneh. Aku menggigit bibir bawahku, merasa bingung sendiri. Dan itu rasanya membuat jantungku berdegup lebih cepat. Tapi.. aku bingung.. berdetak lebih cepat untuk siapa?
makasih udah baca
#abaikan #lupakan
nama asli ts beneran lian juga kebetulan hoho, juga nama" tokoh, dri orang" terdeket. soalnya bingung mau pake nama apa._.
jangan2 yg nolong lian ntu si andra ya bukan nino?#kepomodeon
iy nih nama TSnya kok begitu ya?#emotMikir
kebetulan lihat thread ini dan baca ceritanya. Sebagai pembaca, boleh enggak, gue kasih catetan? boleh ya? boleh? (maksa)
Pertama, temanya bagus dengan judul yang bikin penasaran. Hanya saja, bagian awal menurut gue harus lebih diperjelas 'misi' tokoh utama, yaitu mencari bibir yang bukan sembarang bibir. Misal, ada kilas balik yang menceritakan kenapa kau terobsesi mencari pemilik bibir. Mungkin dengan kalimat seperti ini: "Aku tak bisa melupakan kejadian waktu itu, saat aku tenggelam.. bla..bla..bla.. seorang menyelamatkanku.. bla-bla-bla.. sampai sekarang aku tak tahu siapa orangnya, hanya kuingat bibirnya saja.."
Kedua, tolong tambahkan sedikit emosi pada tokoh-tokohnya. Gue bingung si Lian dkk ini seperti main drama panggung sekolah, susah menyimpulkan kalau dia sedang senang, sedih, kesal, atau apa.
Ketiga, please... pemilihan bahasa untuk dialog. Masih kayak hasil gugel translate. Baca ulang lagi, baca ulang lagi, ingat-ingatlah bagaimana manusia berbicara layaknya manusia. Menulislah dengan hatimu, mengeditlah dengan otakmu.
Keempat, penggambaran fisik tokoh kurang detail. Ini memang agak 'tricky' karena kalau terlalu detail, pembaca jadi malas berimajinasi. Tuntunlah pembaca dengan penggambaran fisik tokoh dan biarkan mereka mengidentikkan masing-masing dengan gambaran tokoh yang terbayang di benak mereka.
Terus nulis ya, jangan lupa mention gue kalo update. Sori kepanjangan.. hehehe...
maaf untuk kurang jelasnnya alur cerita dsb,
dipart satu, udah diceritaiin sih misinya, tapi mungkin penyampaian bahasanya yg kurang.
masih sedikit sulit nentuiin alurnya gimana biar kaga aneh dan harusnya ngalir, dan dialog yg masih kaku sebenernya biar kaga terlalu tidak baku aja, tpi malah terlalu baku jadinya haha. dan untuk masalah edit, gw lgsung kirim, harusnya didraft dulu, pas baca cepet dan ada yg salah, baru deh di edit. hehe sori yaa
masih belajar juga nulis yg rapih gimana. semoga bisa lebih baik^^
thankyooo