It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
**
# Sepertinya kau berhasil menggodaku, dan aku tak sadar semakin mendekat #
***
Matahari sudah muncul, aku menggeliat terbangun dari tidurku, sesuatu yang tak bisa ku tahan menggayut di bawah perutku, sakit rasanya. Aku pengen pipis.
Terburu aku berlari ke bawah menuju kamar mandi, dan tanpa ba bi bu lagi aku menerobos masuk ke kamar mandi.
Tapi aku jadi kaget sendiri, di dalam ada orang baru saja selesai mandi, Si Aska brengsek ternyata, nampak dia juga kaget karena aku menerobos masuk, sampai-sampai handuknya terjatuh, jadilah dia bugil di depanku.
Aku terbengong menatap sesuatu yang menggantung di bawah perutnya itu.
-wow bigsize- Seruku dalam hati terpukau.
Dan celanaku menyempit seketika!
Aih hatiku bergetar melihatnya seakan nafasku terhenti, tubuh itu begitu sempurna, apalagi barang yang menggantung itu, indah bangetttt..
"Hoy.. Lo emang cabul yah, ngapain lo masuk seenaknya saja, sengaja ya mau ngintipin gue.. Dasar gak punya etika lo.." Bentak Aska mengagetkanku, wajahnya garang menatapku.
Aku jadi kelabakan panik, wajahku merona karena malu.
"Gue gak sengaja tahu, bis gue gak tahan pengen pipis nih.." Kataku pelan memberi alasan, agak menutupi daerah terlarangku, kalo dia tahu kemaluanku tegang karena melihat barang bigsizenya dia bakal curiga, aku bisa di ejek abis-abisan atau bahkan dia bakal jijik melihatku.
"Lo kan bisa ketuk pintu dulu bego, cari kesempatan za lo.." Cercanya ketus, dia kembali melilitkan handuknya menutupi bagian bawah tubuhnya.
"Udah gue bilang gak sengaja, salah lo sendiri gak kunci pintu.." Teriakku membela diri.
"Dan trus ngapain lo masih disini, betah banget ya lo liatin tubuh keren gue.. cepet keluar gak lihat gue belum selesai huh..?" Sindirnya pedas, lagi-lagi narsisnya keluar.
"Iya, iya.. Dasar bawel.." Rutuk ku sambil keluar dari kamar mandi dengan perasaan tak menentu.
Tiga menit kemudian Aska keluar dari kamar mandi,sudah memakai singlet dan boxernya, dia menatapku sinis dan pongah, aku hanya pura-pura tak melihatnya dan langsung masuk kamar mandi..
"Awas lo ya kalo lo coli sambil bayangin gue, dasar muka cabul lo.." Sempet-sempetnya dia nyeletuk, lalu terdengar tawanya yang nyebelin, aku hanya mendengus kesal.
***
Pagi semakin merambat, sudah pukul setengah delapan dan aku masih belum dapet angkot, semua angkot dari tadi penuh terus, padahal pukul delapan aku udah harus masuk kuliah.
Aku jadi sedikit cemas di buatnya.
Tiba-tiba terdengar suara motor dari belakangku, dari arah komplek, saat aku menoleh ternyata si Aska, baru tahu aku ternyata dia bawa motor juga ke kosan.
Seakan tak melihatku Aska melewatiku begitu saja, dasar orang sombong, ku acungkan tinjuku padanya, eh tiba-tiba dia berhenti lalu memundurkan motornya dengan bantuan kakinya, aku langsung pura-pura tak melihatnya.
Sialan jangan-jangan dia tahu tadi aku acungin tinju ku.
"Lo belum dapet angkot ya?" Tanyanya seakan sengaja mengejek ku.
"Kalo gue udah dapet angkot gue gak disini.. Bego banget sih" sungutku kesal
"Dih nyolot, kayak ibu-ibu za lo.." Celetuknya dengan tawa mengejek
"Biarin, suka-suka gue lah.." Dengusku manyun
"Ayo naik.." Tawarnya, apa aku gak salah dengar, aku menatapnya tak percaya
"Apa?" Tanyaku meyakinkan telingaku tadi
"Budek lo ya? Ayo naik, gue tahu kampus kita sama kan?" Katanya ketus, dan aku kembali kaget masa sih kampus kita sama koq aku gak tahu yah, tapi darimana dia tahu.
"Gak usah soq baik deh, gue bisa berangkat sendiri.." Jawabku gengsi, biar dia memaksaku dulu baru ku terima tawarannya
"Bocah sombong, yaudah kalo gak mau mah.." Bukannya memaksaku dia malah mau pergi, aku jadi panik sendiri,
"Eh.. Tunggu.." Tahanku malu-malu
"Apa? Berubah pikiran" sindirnya dengan senyum mengejek
"Kagak.. Gue cuma kasihan sama lo biar niat baik lo dapat pahala.." Kataku cuek, lalu naik ke motornya.
Ah nyaman juga di boncengin dia, koq aku jadi deg-degan gini yah.
"Udah dasarnya aja lo emang cowok sombong gak tahu malu kan..?" Ucapnya pedas dan langsung ngegas motornya cepat
Suatu kebetulan ternyata Aska dan aku satu kampus yang sama, cuma beda semester saja, aku baru semester pertama sedang dia udah semester akhir, pantas selama ini aku gak pernah melihatnya.
Apa si Aska pernah lihat aku kali ya di kampus kenapa dia bisa tahu kita satu kampus.
Orang ini makin aneh saja, kadang baik kadang super nyebelin, tapi kali ini terimakasih deh buat si tengil ini karena udah mau nganterin aku.
Wah bisa numpang terus nih kalo gini, bisik ku ngarep.
***
Bersambung lagi..
hehehe...
wah...
maba dan angkatan akhir...
kayaknya akhir2nya berbau haru hingga perasaan kosong nih....
semoga hatiku kuat waktu mbaca ya...
Yes or No apaan tuh?
Anaknya yang kemarin nyinyirpun kini akrab dengan kami.
"Kenapa lo mau kost padahal rumah lo deket?" Tanya ku pada Aska, walau aku gak tahu dimana rumahnya tapi yang aku tahu masih di satu kota, hanya berjarak beberapa kilo meter saja.
Hari minggu ini kami sedang main PS di lantai bawah, menerima tantangan si Ivan anak bungsu Tante Mirna yang masih kelas lima SD, si Ivan ini sangat jago main game'nya loh.
"Gw pengen belajar mandiri saja, gw pengen tau gimana sih jadi anak kost itu" jawabnya datar, jemarinya dengan lincah bermain game.
Aku dan Aska terkadang memang akur namun kadang masih saja tetep berantem oleh hal-hal kecil yang kami permasalahkan. Sepertinya Aska memang senang sekali menggangguku, membuat aku tak betah disini.
Tapi lihat saja aku pasti akan bertahan.
"Dan menurut lo?" Tanyaku lagi
"Selama ini gue nyaman-nyaman za, gue menikmati hidup jadi anak kost kayak gini ya walau gue bener-bener keganggu dengan adanya lo.." Jawabnya lagi dan selalu berakhir dengan nyebelin.
"Kalo lo merasa keganggu sono za pindah.." Ketusku jadi bete, selalu saja dia ngajak berantem, sekali-kali bersikap manis keq, dia kan jadi lebih cakep.
Aduh apa sih??
"Ogah, gue udah nyaman disini.." Celetuknya
"Gue juga jadi jangan ngarep gue yang bakal pindah.." Balasku angot.
"Berantem lagi.. Udah abang berdua pokoknya tetap disini, abang berdua jangan pindah, ntar aku gak ada temen main PS kalo gak ada Bang Aska sama Bang Eric.." Ivan ikut nimbrung dengan tawa bocahnya yang lucu.
"Tenang saja Ivan, Bang Aska akan tetap disini walau apapun yang terjadi, anggap saja dia gak ada yah kalo terganggu sama tuyul jelek ini.." Katanya sambil melirikku,
"Heh kurang ajar, elo tuh yang pengganggu.." Bentakku kenceng
"Kenapa sih Abang berdua berantem terus, kata bu guru kita harus akur sama siapapun.." Ivan yang tak tahan langsung teriak di antara kami.
Untung saja gak ada Tante Mirna, dia sedang ke pasar, kalau Tante tahu kami berantem lagi pasti aku dan Aska sudah di usirnya. Apalagi ketahuan berantem di depan anaknya
"Denger tuh, anak kecil saja tahu.." Sindirku
"Koq gue, kan elo yang nyebelin selalu mulai ngeselin gue.." Aska membela diri.
"Serah lo dah.." Balasku, lalu menyudahi permainan game ku, aku segera ngeloyor ke lantai atas dengan hati dongkol. Males ngeladenin orang egois kayak dia.
Seakan gak terima di tinggalkan gitu aja si Aska mengikutiku naik ke atas, bibirnya masih saja nyerocos menggangguku.
Hih kenapa sih ni orang senang banget gangguin aku, dan selalu gak mau ngalah, bikin kesal saja.
Aku terus berjalan tak menggubrisnya.
Di bawah Ivan teriak-teriak minta kami balik karena masih ingin main game tapi tak aku perdulikan.
****
#Dan seperti magnet kau terus menarik ku agar terus mendekat dan hampir merapat #
***
Aku tersentak kaget dari tidurku, huh gila kenapa bisa aku mimpi buruk ketemu hantu menyeramkan ya, sial banget deh.
Keringat dingin bercucuran membasahi tubuhku.
Aku segera berdo'a agar tak bermimpi ketemu setan lagi dan bersiap kembali tidur, tapi tiba-tiba ku dengar suara aneh dari balik tirai, itu dari ruangan si Aska.
Suara erangan dan desahan sepertinya, dan terdengar suara gedebak gedebuk tubuh yang gak bisa diam.
Sedang ngapain sih tu orang tengah malam begini, jangan-jangan melakukan hal cabul? Iewwh menjijikan banget deh.
Aku berusaha mengacuhkannya, namun suara-suara itu semakin angot membuat aku kesal dan penasaran, perlahan aku bangkit dan mengintip ke balik tirai
Tapi aku langsung kaget dan terlongong-longong panik, di balik tirai si Aska sedang menggeliat-geliat kesakitan, nafasnya tersengal-sengal, tangannya memegangi dadanya, dan wajahnya terlihat seperti sedang merasakan nyeri.
Kenapa dia? Ada apa ini?
"Heh lo kenapa tengil?" Tanyaku melongok ke dalam, Aska seperti senang saat melihatku, tangannya menggapai kearahku, dengan ragu aku menghampirinya
"To..tolong a..ku.. Dadaku.. Se..sesak.." Bisiknya terbata-bata, aku semakin panik
"Ambikan o..obatku.." Katanya lagi menunjuk tas miliknya, tapi tiba-tiba dia mendelik, tubuhnya kejang, nafasnya seakan berhenti, aku kaget tak kepalang, aku tak tahu harus melakukan apa untuk menolongnya.
Dengan spontan tiba-tiba aku menyambar mulutnya dengan mulutku, aku beri nafas buatan padanya lalu ku tekan-tekan dadanya, ku beri lagi nafas buatan dan ku tekan lagi dadanya, entah berapa kali bibirku menempel pada bibirnya untuk memasukan nafas buatan..
Setelah beberapa kali akhirnya dia bernafas kembali walau masih tersengal, aku sedikit lega, segera aku melesat menuju tas ranselnya di pojokan ku obrak abrik mencari obat yang di maksud Aska, dan ku temukan satu barang yang sepertinya itu obat, entah itu obat apa, sepertinya inhaler. Aku langsung memberikan nya pada Aska.
Dan aku bersyukur karena itu benar obatnya, dia langsung menghirup obat itu berulangkali.
Lambat laun dia terlihat baikan dan sedikit normal, aku bernafas lega, dia sudah tenang akhirnya.
"Lo udah gak apa-apa kan?" Tanyaku untuk meyakinkan, aku benar-benar cemas di buatnya, walau aku kesal padanya namun melihat dia kesakitan seperti itu aku khawatir juga. Takut dia mati terus menggentayangiku, hiiiiy serem kan.
Dia menoleh padaku dan mengangguk, wajahnya terlihat pucat.
"Yasudah kalo lo udah baik, aku balik tidur ya.." Kataku sambil berbalik dan keluar dari tirai
"Ric.." Tiba-tiba Aska memanggilku, aku kembali melongok ke dalam
"Kau butuh sesuatu?" Tanyaku, dia menggeleng dan tersenyum samar
"Terimakasih yah.." Lirihnya terlihat tulus, aku mengangguk dan balas tersenyum padanya.
"Ok.. Tidurlah.." Ucapku tulus, lalu segera kembali ke kasur, menenangkan hatiku, ah sebenarnya punya penyakit apa dia itu bikin panik saja, aku benar-benar takut tadi.
Ternyata di balik kesempurnaan fisiknya itu dia punya kelemahan juga.
Manusia memang tak ada yang sempurna.
Hanya Tuhan pemilik kesempurnaan sejati.
***