It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
karena ceritanya masih awal, jadi masih belum bisa menebak.. lanjut aja deh
Saya masih menunggu bagaimana awalnya Bram bisa terdampar di Eropa..
atmosfirnya masih masa kini yg ditempeli ornamen 30an
trus dialognya juga kurang jadul, terutama pada penggunaan kata gay yg pd thn 30an belum jamak digunakan
utk yg nanya ttg indonesia raya :
lagu indonesia raya pertama kali dinyanyikan thn 28 dan pd thn 30an memang banyak dinyanyikan dalam acara2 pemuda namun kata merdeka diganti dg mulia
belanda hanya melarang penggunaan sebutan lagu kebangsaan utk indonesia raya tapi tidak melarang utk menyanyikannya
Kalo bahasa yang kaku, aku mungkin bisa kasih penjelasan.
1. cerita ini kan ngangkat tema nasionalisme, jadi aku punya niat buat gimana caranya cerita ini bisa nasional banget.
Buat bang @mustaja84465148 , mohon dimaklumi ya? Aku masih belajar ngetik... Jadi kalo belum berasa feel-nya. Take easy, ini masih awal. Masih ada 41 chapter lagi...
Waduh, siap siap kecewa nih. Soalnya cerita ini kedepannya akan banyak narasinya. Sippp. pasti dilanjuttt...
Kan ini tema ceritanya tentang nasionalisme. Jadi aku sengaja bikin gitu biar sesuai ma temanya... Gitu loh.. Kalo masalah lagu indonesia raya...
Lagu itu pertama kali dinyanyiin taun 1928. Dan mulai sering dinyanyikan di acara kepanduan para pemuda, mungkin lebih jelasnya bisa main ke sini.... http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/08/sejarah-lagu-indonesia-raya
Gimana? Nyambung kan ma ceritanya?
Maaf, masih belajar nulis. Lagipula aku juga masih smp. Belum terlalu faham dunia tulis menulis... kata gay nya juga udah aku ubah kok.. Makasih buat sarannya....
@ularuskasurius
@kimo_chie
@Gabriel_Valiant
@reenoreno
@mustaja84465148
@Daviano
@elul
@abyari
@HidingPrince
@waterresistant2
@bayumukti
@elul
Jangan lupa komen. Karena komen kalian yang akan menentukan nasib cerita ini kedepannya.
.........
HAppy eating......
Sedikit tergesa aku mengejar Gerrit. Langkah kakinya ternyata jauh lebih panjang dari yang kukira. Sebelum keluar dari rumah, aku sudah berhasil memegang dan menahan Gerrit. Kurengkuh dia dalam pelukanku dan mencium tepat dikeningnya.
“Gerrit, maafkan aku.” Kubisikkan kalimat itu di dekat telinga Gerrit. Gerrit lantas mengangkat kepalanya dan mulai menatapku, kedua mataku. Dan tatapan itu kembali hadir di matanya. Tatapan penuh cinta. Dan aku benci dengan hal itu, mengingat aku tidak bisa membalas perasaan Gerrit.
“Bram, apa memang tidak ada sedikit ruang di hatimu untukku? Apa kau benar-benar tidak mau belajar mencintaiku? Hanya untukku Bram. Aku lelah menunggumu Bram.” Kalimat Gerrit benar-benar menusuk hatiku. Kalimatnya benar-benar menyiratkan kalau ia memang benar-benar terluka. Terluka karena menungguku.
Kuelus pelan kepala Gerrit dan menciumnya lagi. Di kening tentu saja, “Gerrit, aku memang belum bisa mencintaimu karena aku memang belum mencoba. Tapi bagaimana jika aku mencoba dan akhirnya gagal? Bukankah itu berarti akan membuatmu sakit hati? Gerrit, dengarkan aku! Aku bisa saja berkata kalau aku juga mencintaimu sekarang, tapi apa yang akan terjadi selanjutnya kita tidak tahu. Bisa saja aku bertemu dengan seorang wanita lalu jatuh cinta padanya. Benar-benar jatuh cinta. Apa yang lantas akan kukatakan padamu?”
Baiklah, kata-kataku terdengar sangat aneh. Karena sampai sekarang aku belum menemukan seorang wanita yang bisa aku jatuh cintai. Karena aku memang belum terlalu memikirkannya. Aku harus fokus pada sekolah dulu.
“Tapi siapa yang akan kau jatuh cintai Bram? Apa kau sudah memilikinya?” suara Gerrit berubah meningggi. Emosi sepertinya sudah mulai menguasai raganya. Aku memang belum menemukan wanita itu. Tapi haruskah?
Kutatap mata Gerrit dalam-dalam, berusaha mencari sesuatu di kedua matanya yang berwarna kuning cerah itu, “Gerrit, percayalah! Suatu saat nanti, pasti akan ada yang mencintaimu dan kau cintai. Percayalah!” kugenggam tangan
Gerrit untuk memberi sebuah kepercayaan padanya. Bahwa di luar sana pasti akan ada yang mencintainya, dan ia cintai.
Gerrit lantas memelukku erat. Terlalu erat mungkin, “Terimakasih Bram. Aku berjanji akan mencari orang itu. Dan aku akan jatuh cinta padanya. Namun tidak sekarang. Suatu saat nanti.” Gerrit tersenyum tipis. Gurat kesedihan terlihat jelas di ujung matanya. Namun itulah yang kuharapkan. Aku ingin Gerrit berusaha melepasku. Melepas cintanya untukku.
***
Bersama dengan tamatnya Corry dari HBS dan kepergiannya ke Nederland, keluarga Hengelman juga lantas dipindahkan ke Bandung. Ir. Hengelman menerima jabatan baru sebagai Guru Besar pada “ Technische Hoge School” atau Sekolah Teknik Tinggi yang sekarang kita kenal sebagai ITB.
Aku masih sempat sekali berlibur dan bertemu dengan Gerrit di bandung. Tetapi tidak lama kemudian keluarga Hengelman kembali ke negeri Belanda. Ir. Hengelman meberi kuliah di “Technische Hoge School” di Delft. Dan tak lama kemudian orang-orang di kampus Sekolah Teknik Tinggi Delft itu memanggil beliau sebagai Profesor Hengelman.
Sering aku menerima surat dari Gerrit yang sekarang sekolah di HBS Rotterdam. Banyak yang ia ceritakan tentang Nederland, teristimewa tentang keluarganya yang sekarang bertempat tinggal di Den Haag, karena Prof. Hengelman di samping dua atau tiga kali seminggu memberi kuliah di Delft, beliau pun menjadi anggota suatu lembaga teknologi di Ibu kota Kerajaan Belanda itu.
Tetapi bagaimanapun gembiranya nada tulisan Gerrit, toh ia selalu mengakhiri setiap suratnya dengan nada mengeluh karena ia tidak bisa lagi bersama-sama denganku. Ia sangat merasa kehilanganku katanya. Ia berharap agar aku bisa meneruskan sekolahku di Nederland dan bersekolah bersama-sama dengannya. Tentu saja aku pun sangat mendambakan hal itu.
Aku juga merasa sangat kehilangan Gerrit. Sekalipun di Surabaya tak terhitung banyaknya temanku. Teman-teman dari kepanduan terutama.
Di antara temanku yang banyak itu ada seseorang yang sangat akrab denganku. Ia adalah teman sekolahku, Christ, anak Timor yang cerdas, berasal dari Amarasi. Christ juga anggota Kepanduan Kristen. Jadi Christ juga ada persamaan denganku dalam hal perkembangan jiwa nasionalisme.
Setelah tamat HBS, Christ lantas masuk Zeevarthschool, sekolah pelayaran. Christ memang bercita-cita untuk menjadi pelaut dan ingin menjelajahi dunia dengan bertualang, di laut.
*** To Be Continued ***
Hahhh. Update sedikit dulu ya guys . Mau ujian nih… Doa’in ya… Yang jadi Silent Reader… Terserah kalian deh…. Makan tuh gallon aqua….
See you bye-bye!!!!!
aminnnn....^_^
btw, kalau cowok normal cium kening cowok gay yg ditolaknya apa bukan indikasi kalau si cowok normal juga seorang gay?
Kebanyakan cowok normal ditembak cowok gay bakal menjauh dan benci kan?
Bramnya kan open minded...