It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Laut tengah merupakan lazuardi yang sedang dihangati oleh sinar matahari yang cerah, tanpa terhalang sedikitpun oleh mega-mega tipis yang berarak-arak hampir menyentuh cakrawala di sebelah selatan. Ombak-ombak kecil dengan buih-buih putih gemerlapan memantulkan kecerahan sinar matahari, menyentuh, meraba dan membelai lincah pantai Monaco yang indah.
Monaco, kerajaan kecil yang diperintah oleh keturunan keluarga Grimaldi, sungguh sangat bangga dan bahagia dengan keindahan letak negerinya di pantai Riviera. Kerajaan kecil itu mendapat berkah dari keindahan alam dan kesegaran udaranya. Kemakmuran dan biaya negara yang memiliki istana mewah itu bersumber pada hasil-hasil tempat pariwisata dan meja-meja judi.
Semua orang bersenang-senang dan bergembira di tempat-tempat khusus yang memang disediakan. Kecuali aku, yang berada di tengah suasana riang itu. Aku tidak merasakan kegembiraan itu, walaupun kemarin, ketika iseng pergi ke Monte Carlo dan menengok sebuah casino yang mewah sebentar. Sempat duduk tidak berjauhan dari Raja Farouk yang ketika itu masih memerintah Mesir.
Raja gendut yang senang dikerumuni oleh wanita cantik itu sedang menghamburkan uang di meja judi. Tetapi jangan dikira aku ikut berjudi di situ. Aku bukan penggemar judi.
Lagipula aku tak memiliki demikian banyak uang hingga harus dihamburkan di meja judi apalagi bersama Raja Farouk.
Namun pagi cerah di Monaco juga sempat membangkitkan kegairahanku. Ketika aku kebetulan melihat bendera kerajaaan berkibar di depan istana. Bendera itu mungkin tak berkesan apa-apa padaku, seandainya bendera itu tidak berwarna merah- putih. Karena aku bangsa Indonesia.
Sekalipun berada di tengah kerumunan orang-orang kulit putih, dan telah lama tinggal di Eropa, bahkan mempunyai kekasih seorang Eropa pula.
Aku orang Indonesia asli suku Jawa yang berasal dari Jawa timur tepatnya Surabaya.
Semenjak aku digembleng dalam kepanduan dengan ideologi Nasionalisme, teristimewa setelah aku mengenal makna Sumpah Pemuda. Aku lantas beranggapan mutlak bahwa yang paling agung dan luhur di dunia adalah tanah air Indonesia.
Dan begitu fanatiknya aku terhadap rasa nasionalisme Indonesia, sehingga aku pernah tidak menyukai orang yang berpaham kedaerahan dan kesukuan, tanpa kupertimbangkan lebih dahulu bahwa nilai-nilai kebanggaan daerah sebenarnya merupakan penyumbang dan bahkan pendukung kebesaran nasional Indonesia.
Ketika itu aku memang seorang nasionalis yang fanatic. Agak chauvinistic dan mungkin juga cukup picik. Aku memang masih sangat muda ketika itu. Baik dalam usia maupun pengalaman. Bagaimanapun juga, menjadi seorang nasionalis yang baik dan mampu mengabdi kepada negara dan bangsa adalah ambisiku yang utama.
Dan, sebagai seorang nasionalis yang fanatic, yang menganggap bahwa yang paling agung dan luhur adalah tanah air tercinta. Maka, aku berpendirian cukup fanatik pula.
Bahwa jiwa dan ragaku kusediakan hanya untuk tanah air tercinta.
*** To Be Continued ***
@ularuskasurius
@mustaja84465148
@reenoreno
@Gabriel_Valiant
@kimo_chie
@tio_juztalone
Maaf ya yang udah di mention..
#nyengir ibu tiri )
in = indah sekali
do = dongeng tidurku
ne = nenek yang bercerita
sia= siapapun percaya
indonesia....
jadi penasaran bagaimana dek rizky menggambarkan setting tahun 1930 han.
bagaimànakah kisah ini berlanjut?
Penasaran? Tunggu aja deh. Satu Minggu lagiii ..
pasti ditunggu.
@ularuskasurius
@kimo_chie
@Gabriel_Valiant
@reenoreno
@mustaja84465148
HAppy eating Guys.....
Bahwa jiwa dan ragaku kusediakan hanya untuk tanah air tercinta.
Tetapi nyatanya aku kemudian ikut berperang, bertempur sengit di medan-medan perang Eropa yang dahsyat dalam Perang Dunia II. Bukan untuk tanah air Indonesia tercinta, melainkan untuk Inggris sebagai prajurit Kerajaan Inggris, The British Empire.
Bukan Sang Merah Putih yang kubela di medan perang, tetapi The Union Jack. Sebagai komandan sebuah tank Crusader Armoured Division Imperium Britania Raya, dan bukan tank milik Pasukan Kavaleri TNI.
Dan akhirnya yang paling menyedihkan, sampai ingin menangis rasanya. BUKAN Presiden Sukarno atau Presiden Republik Indonesia lainnnya yang kemudian kuhormati dalam suatu upacara kebesaran militer, tetapi King George VI, By Grace of God. King of England.
Mengapa?
Itu adalah pertanyaan dalam kalbuku. Tetapi di samping itu aku pun merasa seolah-olah bendera Kerajaan Monaco itu bertanya-tanya padaku. Mengapa aku terus memandangnya, padahal Sang Merah Putihku telah berkibar dengan megah di udara Indonesia Merdeka. Yang sekarang sedang berjuang mati-matian demi tetap berkibarnya Merah Putih itu.
Ya, aku kan seorang Patriot. Dan bangsaku sedang mempertaruhkan jiwa raganya sekarang demi kemerdekaan. Mengapa aku terus menerus memandang kepada bendera Kerajaan Monaco yang sedang berkibar, yang sekalipun berwarna merah putih kan bukan milikku?
Tetapi betapapun tak berartinya bendera kerajaan kecil itu bagiku. Namun warnanya yang merah putih itu ternyata dapat membawa kenanganku kembali ke masa silam….
Masih tahun tiga puluhan saat itu. Jadi masih jaman penjajahan. Di kala Sang Merah Putih belum bebas berkibar seperti sekarang, juga Indonesia Raya belum bisa bebas kita nyanyikan. Tetapi aku pernah juga merasa sangat berbahagia, betapapun tidak enaknya hidup dalam masa penjajahan.
Karena pada waktu itulah, ketika aku masih kanak-kanak, aku
dilantik sebagai Pandu Tanah Air di bawah kibaran Sang Merah Putih dan kumandang lagu Indonesia Raya.
Aku adalah anggota gerakan pemuda Surya Wiryawan, Bagian Remaja atau Bagian Kepanduan.
Yang saat itu istilah belanda menyebutnya Jeugdstorm, yang artinya Taufan Remaja. Aku dilantik setelah lulus pendidikan dan penggemblengan dasar kepanduan, terutama dalam ajaran Nasionalisme. Upacara pelantikanku yang diadakan di sebidang tanah lapang di Surabaya itu disaksikan olehteman-teman dari lain kepanduan, antara lain, KBI atau Kepanduan Bangsa Indonesia. HW atau Hizbul Wathon. Kepanduan Kristen dan Gerakan Pemuda Ansor.
Dulu kita memang memiliki macam-macam kepanduan dan gerakan pemuda, tetapi persatuan di antara mereka sangatlah erat. Seolah-olah pada saat itu pemuda dan remaja Indonesia sudah mencerminkan Bhinneka Tunggal Ika. Pada jaman Penjajahan, suatu upacara di lapangan terbuka dengan mengibarkan Sang Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya adalah sesuatu yang sangat Luar Biasa.
Ternyata upacara pelantikanku itu bukannya tanpa korban.
Beberapa hari kemudian seorang teman dari KBI menyampaikan berita, “Teman kita Arsad, tokoh Ansor yang bersemangat itu, ditangkap PID.”
PID atau Politieke Inlichtingen Dienst, ialah polisi rahasia kolonial khusus untuk mengawasi gerakan nasional bangsa Indonesia.
Masih teringat olehku bagaimana Arsad, tokoh Ansor yang masih remaja itu, mengucapkan kata-kata yang bersemangat dan patriotic. Untuk menggugah jiwa nasionalisme, yang juga ditujukan terutama kepada para pandu yang dilantik. Jadi, juga kepadaku.
Tapi, ada hal yang aneh pada diri Arsad. Dia tidak terlalu kasar dan keras saat berbicara denganku. Dia lebih cenderung halus dan sopan. Berbeda saat ia berpidato di depan teman-teman kepanduan. Urat yang ada di lehernya pasti akan bertonjolan bagai kabel listrik. Dan sejak itulah aku sadar, kalau dia tertarik padaku.
*** To Be Continued ***
Aku sumpahin yang jadi SR tititnya kempesssssss.
*plg ndak tdk jadi silent reader. Hehehe
Apa nggak kurang besar tuh? Makasih ya dah mau mampir.
Anak pintar!!!!
Iya kah? :-?
Jangan lupa komennya! Yang jadi Sr aku sumpahin tititnya jadi Galon. hahahha LOL
Nih Update terakhir malam ini :
@ularuskasurius
@kimo_chie
@Gabriel_Valiant
@reenoreno
@mustaja84465148
@Daviano
@elul
Silahkan dinikmati.