It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
ketika
Dia mulai memainkan piano kaca.
Awalnya tidak ada yang salah.
Lalu lambat laun denting yang
mengalun terdengar lirih penuh ratapan
perih.
Ketika jemari pangeran menyentuh
tuts terakhir piano kaca pangeran tak
lagi
sama.
Keceriaannya hilang entah kemana.
Raja dan Ratu bingung karenanya.
Tabib istana menyerah hanya bisa
geleng kepala.
Lalu hari itu 8 hari menjelang 8 tahun
sejak insiden piano kaca.
Datang penyihir dari utara.
Dia memberitahukan pada Ratu juga
Raja
Bahwa kedinginan pangeran bisa
dihangatkan oleh orang yang bisa
memainkan
piano kaca dengan penuh rasa.
Karena itulah pesta dansa istana
terselenggara.
tebak ini pov-nya sapa hayoo..^^
Btw Met taon baru buat semua..^^
nb: ada laptop nganggur? pinjem donk buat update.. laptop nya dipake kakak udah sebulan. . hiks hiks..
panjang. Denting demi denting alunan
piano yang terdengar seakan
membunyikan bel yang membuatnya
tersadar.
Musik itu. . Bagaimana bisa begitu
syahdu?
Denting yang terdengar laksana suara
bel itu, bagaimana mungkin bisa
dimainkan secepat dan sesempurna
itu?
Nada yang terdengar, mustahil
disangkal. Menyelusup ke dalam
gendang
telinga dan berdiam disana. Menjerat
dan membangunkan diri dari sedih
yang
entah milik siapa. Dari dingin yang
selama ini melingkupi jiwa. Suara
piano
yang luar biasa indah.
Dalam dentingan tuts piano tersebut,
hati pangeran tergetar.
Tergelitik oleh rasa penasaran
Pangeran pun tertarik untuk
memperhatikan
seseorang yang sedang menarikan
jemarinya di atas tuts piano kaca.
Cinderella terlalu fokus pada
permainannya. Hingga tak
memperhatikan ball
room pesta dansa istana. Yang mana
semua mata tertuju padanya juga
permainan piano yang membuat iri
setiap hati yang mendengarnya.
Akhirnya nada terakhir pun terdengar.
Permainan Cinderella pun berakhir
sudah.
Cinderella terbangun dari transnya.
Fokus yang selalu dia jaga ketika
jari-jarinya menari lincah diatas tuts
piano.
Ketika cinderella membuka mata,
pandangannya terkunci oleh mata
pangeran
yang lekat, lamat, terasa dekat lagi
khidmat.
Dunia pun seolah sunyi. Ball room
istana lenyap. Raja dan Ratu berikut
para
undangan tak terlihat. Dalam
pandangan itu hanya ada mereka
berdua. Hanya
pangeran dan cinderella.
jadi laptop ga kepake ahaha
Sini Rei ke Surabaya tak pinjemin lepi aku
Cieeee dede @3ll0 ngegombal,,, boleh dipinjam hatinya,,,kalo dimilikin boleh gak???? Hahaha
Dapet Nyontek
Cuma mo bilang sorry.
Sorry kalo ternyata updatenya lama (pake banget bingits).
Sorry juga kalo udah ada yang di php-in (sempet janji posting dari bulan-bulan kemaren soalnya).
Dan sorry karena aku lagi keasyikan baca novel yang udah terlanjur dibeli (Can't help. Hobi yang ini susah ilang. Dan masih ada bbrp buku yang masih segel plastik. Hufth).
Last but not least.. Saya harap kalian masih berkenan membaca cerita ini. jika iya, saya haturkan terima kasih atas kesabaran dan kesetiaannya dengan cerita ini. Love you guys. kecup mesra paling basah untuk kalian semua.. Muaachh.. :-*
_____________________________________
Kecup Mesra untuk Readers semua.
Terima kasih untuk yang masih setia.^^
@octavfelix @bayumukti @tarry @angelsndemons
@alvaredza @TigerGirlz @Zazu_faghag @arifinselalusial
@FransLeonardy_FL @haha5 @fadjar @zeva_21
@YogaDwiAnggara2 @inlove @raka rahadian @Chy_Mon
@Cruiser79 @san1204 @dafaZartin @kimsyhenjuren
@3ll0 @ularuskasurius @Zhar12 @jujunaidi @edogawa_lupin
@rickyAza @rebelicious @rizky_27 @greenbubles
@alfa_centaury @root92 @arya404 @4ndh0 @boybrownis
@jony94 @Sho_Lee @ddonid @catalysto1
@Dhika_smg @SanChan @Willthonny @khieveihk @Agova
@Tsu_no_YanYan @Lumia @awangaytop @Lonely_Guy
@ardi_cukup @Hiruma @m1er @maret elan
@Monic @cee_gee @kimo_chie @RegieAllvano
@faisalits_ @Wook15 @bumbellbee @abay_35 @jacksmile
@rezadrians @topeng_kaca @wahyu_DIE @Just_PJ
@nand4s1m4 @danar23 @babayz @pujakusuma_rudi
@PrinceArga @D_Phoenix @nand4s1m4 @tahrone @alamahuy
@eswetod @aw_90 @Akbar Syailendra @diditwahyudicom1
@PahlawanBertopeng @ryanadsyah @Mr_Makassar
@ipinajah @CL34R_M3NTHOL @kenan @soroi
@pangeran_awan @Richi @obay @BieMax @whysoasian
@wirapratama95 @DItyadrew2 @ardilonely
@ardavaa @Needu @ananda1 @ilhams_Xman18 @kenzo_ak
@uci @AghaChan @Cocco @YhaniJung @faisalrayhan
@lulu_75 @faisalrayhan @detective3 @Cincin_cinTron99
@DafiAditya @shinta056 @d_cetya @Wita @renitasalsabil1
@andre_patiatama @aaron_boo
@fends @nakashima @alvin21 @Xian_Lee @cute_inuyasha @BenNext @anohito @dennyz_w1 @GeryYaoibot95 @Uci14 @AryaPutra_25 @Hato @Onerepb @al_fickr @marul @parteduo
_________________________
REI POV
“Rei are you ok?” aku hanya bisa menganggukkan kepalaku lemah.
Aku sulit untuk menghentikan perasaan haru yang kurasakan ketika menyaksikan pertunjukan musik klasik secara langsung untuk pertama kalinya. Di negaraku sendiri.
Selama ini aku membayangkan pertunjukan semacam ini hanya ada di luar negeri, khususnya di negara-negara Eropa. Aku.. tidak bisa berkata-kata ketika alunan nada orkestra pertama dimainkan. Nada pertama dimulai dengan ‘Bang’. Hentakan yang seakan menyadarkanku ini semua bukan mimpi. Terima kasih pada Jerry untuk pengalaman yang luar biasa ini.
Bagaimana aku bisa berakhir menonton pertunjukan musik klasik dan tidak berlatih seperti yang Alfi minta pada Jerry untuk mengajariku Mozart?
Sebenarnya, aku juga tidak menyangka. Semua berlangsung terlalu cepat. Aku sendiri masih merasa ini mimpi. Kami memang berlatih_sudah berlatih_dan gagal. Jerry sudah mengajari_yang mana tidak kusangka semua pengetahuan musiknya seluas Alfi_sebaik yang dia bisa. Hanon bisa kukuasai. Namun duet? Itu persoalan lain.
Aku kagum dengan kesabaran Jerry membimbingku. Awalnya latihan itu berjalan lancar. Luar biasa lancar. Hingga tiba pada saat Jerry mengajakku duet dengan permainan biolanya. Saat itulah aku sadar apa yang salah dalam permainanku. Sebenarnya Jerry yang memberitahu kekuranganku. Dari situ muncullah ide gila Jerry_yang diam-diam kusuka_mengajakku ke pertunjukan musik klasik ini. Jakarta Sinfonietta.
Triing ting.. tiing..
“Dan selesai.. itu Hanon.. Ga ada tepuk tangan nih buatku Icchi?” Tanyaku dengan nada memelas setelah selesai memainkan Hanon untuk Icchi tadi.
Rei tersentak dari lamunannya. “Sorry Jer. Tadi lagi mikir sesuatu.”
Aku tidak tahu kalau Rei benar-benar serius dengan pertunjukan drama yang akan dimainkannya. “That’s just a drama Rei.. Kenapa serius sekali?”
“Kamu tahu aku selalu total Jer. Walau aku tidak suka ini, tapi anak-anak yang lain juga udah berusaha keras. Jadi aku ga bisa ngecewain mereka yang udah berusaha dan membantu kan..”
Sweet Rei as always. Dia selalu begitu. Selalu memberikan 100% dan lebih pada semua yang dilakukannya. Apapun itu. Di basket dulu pun begitu. Aku sudah mendengar cerita darinya setelah aku pergi ke luar negeri. Aku terkesan sekaligus kesal tentang bagaimana dia berjuang sendiri setelah aku tidak ada di klub basket. Andai aku tidak pindah, Rei tidak akan mendapat cedera pertamanya karena terlalu memforsir dirinya dulu.
“Aku tahu. So, did i help you with my Hanon?”
“Sangat membantu. Itu metronome berapa Jer? Emang lambat gitu ya?”
“Itu metronome 40 Rei. Sengaja aku lambatin.” Rei mengangguk dan terlihat berpikir.
“Aku masih belum ngerti tujuan Alfi minta aku latihan Hanon dalam 3 hari ini. Maksudku, kenapa ga langsung ngelatih Mozart-nya aja.”
“Karena Hanon itu bagus untuk melatih jari Rei. Selain itu, latihan dengan metronome yang berbeda-beda membuat kamu bisa mengembangkan sense musik kamu. Dengan begini, kamu bisa membaca arah pergerakan nada dan bisa mengikuti harmonisasi yang ada.”
“Hmm..” Rei manggut-manggut lalu nyengir. “Makasih ya Jellyfish.”
“Cuma makasih? Yang lain donk Icchi..”
“Uhm? Jelly mau apa?”
Aku monyongkan bibirku. “Kissu..” :-*
“Huuwwaaaaa..” Ouch.. Mukaku kena tomprok kedua telapak tangan Rei. Hahaha.. Aku rindu saat-saat aku mengerjai Rei seperti ini..
*
Tring tiing ting
“That’s good. Great actually Rei. Kamu mainin Hanon dengan mulus. Aku rasa bukan metronome atau perpindahan jari yang jadi kendala kamu Rei. Tapi..”
Rei menatapku penuh harap. Sepertinya dia ingin tahu pendapatku dan mungkin juga mengharapkan saran dariku.
“Yang kurang dari kamu itu mungkin pengalaman.”
“Pengalaman? Maksud kamu Jer?”
“Kamu sama sekali belum pernah berduet sama siapa pun, betul?”
Rei mengangguk. “Hm.. aku pernah main satu piano berdua bareng Alfi tapi..”
“Tapi itu beda. Harmonisasi dan sinkronisasi yang dibutuhkan dalam duet jauh lebih sulit. Karena itu butuh sense musik yang tinggi dan fokus yang tidak boleh terdistraksi.”
“Uhm.. Fokusku pas duet sering terganggu. Pikiran-pikiran jelek terus bersliweran dikepalaku Jer. Aku takut permainanku ngerusak permainan Alfi. Karena itu..” Rei terlihat murung.
“Oh cheer up Icchi. Kita break dulu sebentar. Kita makan dulu, ok?” Mata Rei berbinar mendengar kata makan. Aku tersenyum simpul melihat binar matanya. Aku tahu Rei suka makan.
“Walau makan terdengar sangat menggoda,” Rei menelan ludahnya. “Tapi aku punya satu permintaan Jer.” Dengan kata itu, mata Rei mengunci pandanganku. Binar matanya tertuju hangat padaku. Degh. Hatiku berpacu keras jadinya.
“Tell me. Untuk kamu, anything Rei..” aku mencoba untuk terdengar biasa. Dag dig dug ini masih bertalu-talu.
“Aku kangen..,” Degh. Kurasa jantungku berhenti mendengar kata kangennya. Dag dig dug itu seolah berhenti sesaat.
“Aku kangen permainan biola kamu Jer..” GUBRAKK.
Astaga. Aku pikir Rei benar-benar kangen denganku. Maksudku kangen seperti diriku yang merindukannya.
“Icchi jahat.. Masa cuma kangen sama biolanya.. Sama akunya Icchi ga kangen?” Godaku dengan nada merajuk.
Rei memutar-mutar bola matanya. “Kangen juga Jelly.. Apalagi kalo liat Jelly main biola..” kata-kata (manja)nya ditutup dengan senyumnya yang selalu kurindukan.
Icchi gemesin kalo udah gitu. “Aduh. Sakit ih Jer..” Tanpa sadar kucubit kedua pipi Rei.
“Hehee.. Sorry Icchi. Refleks. Sebentar. Aku ambil biolaku dulu. Neng Icchi duduk manis ya. Abang ke kamar sekarang. Ato Eneng mau ikutan ke kamar sama Abang?” Rei menjawab dengan menjulurkan lidahnya. Gemes. Cium nih Icchi..^^
Dalam arah perjalanan ke kamarku, aku memikirkan saat-saat aku berpisah dengan Rei. Saat itu sering aku memutar kembali pertemuan pertama kami. Cara Rei memainkan piano yang mirip sekali dengan Tom. Sewaktu dia menyelamatkanku dari keroyokan kakak kelas. Senyumnya. Semuanya selalu kuputar dalam memori otakku ketika aku merindukannya. Sekarang aku sudah disini. Sudah kembali. Pertanyaanku yang tertunda akan kutagih jawabannya nanti. Sekarang aku ingin menikmati saat-saat ini berdua dengannya.
Biolaku. Biola yang selalu menemaniku. Sudah lama sejak terakhir aku benar-benar memainkannya. Terakhir kugubah lagu rindu yang kuciptakan untuk Rei. Lagu itulah yang ingin kuperdengarkan pada Rei sekarang. Semoga dia suka. Semoga dia mengerti lagu yang kubuat ini.
Ketika aku kembali. Rei masih duduk dibangku piano. Membaca partitur yang-entah-apa.
“Icchiiii.. Abang dah balik..”
Rei memutar tubuhnya. Dan tersenyum. “Jelly ceria amat.” Sekarang giliran aku yang tersenyum melihat senyumnya.
“Icchi siap?” Rei manggut-manggut semangat.
Aku ambil posisi berdiri yang nyaman. Kutaruh biola dipundak kiri dan dibawah dagu. Sudah sejak dulu aku tidak memakai shoulder rest. Aku memejamkan mata. Ketika biola sudah terasa pas, kubuka mata dan kutatap Rei.
“Aku sendiri yang tulis lagu ini. Hope you like it Rei.” Dia tersenyum.
Kubalas senyumnya lalu kupejamkan lagi mataku. Kuatur nafasku. Aku mulai nada pertama dengan lembut. Aku merindukan perasaan ini. Biola diantara bahu dan daguku. Juga sayatan ringan bow yang menari di atas senar. Membuatku terbayang saat awal kuciptakan lagu rindu ini. Bukan hanya untuk Rei, tapi juga untuk Alfi dan Tom yang pernah menjadi bagian dari kehidupanku di Indonesia.
Bow kupegang sesantai mungkin agar menghasilkan produksi suara yang soft dan mendayu. Nada demi nada berlalu, jari jemariku pun sudah mulai bergerak dengan lincahnya. Lalu, nada tinggi menyayat terdengar. Nada ini, saat-saat sedihku meninggalkan teman-temanku. Alfi dan Tom juga Rei. Terutama Rei. Nadanya semakin dalam, dan pergerakan jariku pun semakin cepat. Gesekan pada bow juga semakin intens. Nada yang dihasilkan juga semakin tinggi dan tinggi, lalu lebih tinggi lagi. Membawa pada jerit kerinduan yang tanpa akhir. Bisakah kita bertemu lagi? Kapankah saatnya itu? Dan, pertanyaanku yang tertunda, akankah kutemukan jawabannya? Aku rindu. Rindu dengan teman-teman kecilku dulu. Rindu senyum Alfi juga canda tawa Tom dulu. Dan rindu terbesarku. Alasan kugubah lagu ini. Jika ada satu kata yang menggambarkan rindu yang mendalam, yang tak lekang dan selalu terngiang, kata itulah yang akan kugunakan padamu, untukmu, selalu.. Rei. Lalu, secara tiba-tiba jerit kerinduan itu pun berakhir. Musik mulai mengalun pelan lagi syahdu. Tidak ada gunanya cemas. Pasrah. Jika ada jodoh pasti bertemu dan kuyakin itu. Kuseret bow sedramatis mungkin. Seolah berbisik pelan dan panjang. Dalam nada terakhir aku-rindu-kamu, permainan biolaku pun berakhir sudah.
**