It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
New P.O.V : Jala Tifatul Usman
Hariku bergulir serasa lambat namun pasti, di kota kelahiranku, Surabaya.
Jalan untuk hidup masih terbuka.
Papa Daya dengan tidak terperkirakan, berperan dalam membuka jalan itu.
Tinggal kesungguhan dan kerajinan dari diriku untuk menyambut jalan itu, biar lebih berkembang. Bersama mama, aku akan berusaha untuk itu.
Kemaren, Daya hadir lagi di depan mataku.
Sebenarnya aku sudah melupakan janji bahwa suatu hari nanti aku akan datang lagi menemui Daya.
Nah ternyata, Daya sendiri yang datang setelah beberapa kejadian yang tidak mengenakkan selama aku bersekolah di jakarta.
Aku tidak akan mengingatkan janji itu, karena Daya pun butuh konsentrasi untuk menyelesaikan sekolahnya yang tinggal se ujung kuku.
Selesai semua ini, kami akan memasuki dunia kuliah
Mungkin ceritanya akan berbuah indah, mungkin juga tidak
Pagi sekali Daya dan Papa sudah datang bertamu ke rumah warisan bapakku yang sederhana ini. Mereka datang dengan menyewa taxi.
"wah mari masuk Papa dan Daya" asaku kembang di pagi ini
"anak papa !, pagi-pagi senyum gini tambah cuakep be ge te" seloroh papa
aku terkesima, agak-agak malu dengan mama
'hahah papa. Dari sononya, Jala emang sudah cakep. Ga pagi, gak siang, orang cakep ya tetap aja cakep" Kata Daya yang terkesan sekedar menghibur mama biar ga terpengaruh dan mengartikan pujian papa.
Harusnya Daya yang ngomong seperti itu biar gempar sekalian, ahhah
"Jala sih, cakep atau tidak cakep, tetap saja tidak punya cewek" kata mama
"betul itu Jala ?" entah kenapa si papa pagi ini, agak terusik aku dengan pertanyaan pemastian dari papa Daya. Tiba-tiba Daya berucap
"Bagus kan pa ? biar Jala bisa fokus nolong mama dan fokus belajar. Tapi yang pastinya, Daya sudah punya seseorang yang sangat sayang padanya tuuuhh di Jakarta sono" kalimat Daya
"woohh ? berita baru nih !" papa terkesima
"Nah... dari pada dengar Daya dengan info yang tidak jelas sumbernya, enaknya kita makan apa ya ?" tawaran dariku
"ya makan pempek modifikasi, mana belum sarapan pagi lagi. Si Daya maksa subuh-subuh jalan" kata papa
Datanglah mama dengan piring spesial, ada kue hangat permintaan mereka
"mana saos nya" hahahh si papa
"wadoh papa, kemaren aja mewek kepedesan !" hinaan dari Daya
"aduuh nikmaatt, meski sedikit, saos ini wajib hukumnya ! oh ya Jala hari ini kami, mama serta Ratna mau ke Gresik. Ada ahli pengobatan tradisional langganan om Santoso untuk Ratna" kata papa
"Bentar aja Jala, jam 14 an kami dah balik surabaya lagi" kataku
"Tidak apa kok ! aku setuju saja, aku di sekolah hingga sore. biasalah hingga jam 16" balas Jala
"wah cocok itu" kata papa
"Ya kalau gitu, kami antar dulu ya pa, mama, kue-kue ini" sergapan Daya
"Ehhhh kok nak Daya yang ngantar ? disini saja sama mama, biar Jala sendiri saja ! dah biasa dia itu" kata mama
"Dah biasa ??????? empat kantong kresek hitam setiap pagi ? mana mau belajar lagi" kegalauan dari papa
Daya menekur, semoga Daya faham perjuanganku selama tiga bulan harus jalan kaki ngantar kue-kue ke sekolah Paman dan ke SMP seberang sekolah paman
"Daya, jangan gitu ah ! heheh anggap olah raga kan ? tapi makasih ya satu bulan kamu sewain ojeg untukku ngantar kue-kue ke sekolah kita dan sekolah paman" kataku
Daya menyeka air matanya yang jatuh juga, "Iya olah raga Jala" kata Daya menghirup udara lirih atas cerita miris kami di Jakarta sana
"Ya udah, sekarang kan Jala ga di cempaka putih lagi. Ini dah surabaya ! lain lah. Jala akan bahagia dengan usaha kue" hibur papa
"hahah lucu juga di Jakarta dulu. Dah olah raga menenteng kue, eh kue mama malah dibuang ke comberan sama teman Jala, hahahahaha" ketawa ikhlas seorang mama tetapi menjadi batu tajam di hati kami
"Ibu, itu hanya contoh kecil sifat manusia. Jadi tidaklah mewakili sifat warga Jakarta" mata papa Daya memerah, suaranya parau
"Pa, kan sudah maaf-maafan kemaren ? semua akan baik-baik saja" hiburku untuk mencairkan suasana
"Iya Jala. Tolong ya Daya, bawain kue itu hingga sekolah Jala, kalo kamu dah semaput, ntar papa kirim ambulan" hahaah perintah papa yang terkesan lucu, ambulan ????
"beres boosss" kesanggupan dari Daya
"hemmm, ambulan ? Daya sakit lagi ya pa ? ga usah pa, Daya sini saja kalo gitu" saranku
"Udah sembuh !!!!! ayo sana berangkat" papa bersuara lagi
ahirnya kami berangkat juga
Aku menenteng dua kresek besar kantong bewarna hitam, Daya juga menenteng dua kresek hitam.
Dua kantong kami drop ke toko kue depan rumah Jala
Dua kantong lagi kami bawa hingga sekolah Jala naik angkot menuju jalan Brata Jaya
Hahah baru kali ini Daya naik angkot, kasihan juga. Daya, si anak manja hidup selalu senang, semua orang sayang pada dirinya. Termasuk para pelajar cewek yang memenuhi angkot ini larak-lirik pada wajah putih bersih dan mata cipit khas Daya, hahahhh
"Panas Jala" lirih Daya. Bulir keringat besar-besar memenuhi dahi dan lehernya
Ku keluarkan tisu untuk Daya, para penumpang melihat lebih serius pada Daya
"manja" bisik seorang penumpang cewek yang ga setuju lihat Daya terima tisu dariku, hahaha
"lagi sakit dia mbak, bukan manja" kataku dengan kalimat yang bersahabat
mereka jadi senyum-senyum melihat kami yang juga tersenyum menanggapi komen mereka, hahah
Melihat kondisi Daya, dengan pelan-pelan kami berjalan menuju kantin sekolahku untuk menyerahkan kue-kue ini. Kemudian, aku perkenalkan kelasku pada Daya.
Kelasku masih sepi, belum ada yang datang, seperti biasa, aku yang dulu, mengingat kue mama harus ditata di kantin.
"Ini bangku dan ini bangku kamu" kata Daya, hahaha cerita lama, sekarang sih beda
aku melambungkan kenangan pertama, waktu kenalan dengan Daya yang baik hati, hahah tapi setelah itu, Daya tersihir oleh seorang cewek
"Dulu..... di jakarta, tapi ini surabaya bung ! ini bangku teman ku, aku duduk di depan tuh" kataku
"hahaha, jadi duduk di surabaya ga dirolling ?" ketakjuban Daya
"nah itu kelemahannya Daya ! anak jawa lebih mantap ga sedinamis anak Jakarta yang sangat ingin selalu beda setiap hari" kataku, Daya terdiam dengan kalimatku entah apa yang dia rasa.
Selanjutnya aku minta HP Daya, aku call kan ke HP ku
lalu kugunakan HP dia itu, untuk me-SMS papanya
"jemput pake taxi saja, jangan ambulan ! Jala dah mau mulai pelajaran" send ......... sms terkirim
Aku merasa tenang meninggalkan Daya dengan salah satu guru BK yang menemani papa, dia, dan om santoso kemaren.
Heem anak ganteng yang manja ini akan baik-baik saja dan mudah-mudahan akan terhibur dengan pemandangan menuju Gresik bersama mama dan adek ku.
Istirahat makan siang, aku dapat call dari om Ferry
"eh ada fans kamu yang mau datang ntar malam, jauh-jauh dari Jakarta loh" kata beliau
"siapa om ?" tanyaku
"nih bicaralah sama dia" lalu HP itu berpindah tangan
"apa kabar Jala ? apa semua lancar ? hari ini ada rapat kelas XI IPA" suara seseorang
"Dika ............... mengagetkan !! kamu apanya om Ferry ?" kataku terkejut, loh kok tiba-tiba ada Dika, ada konspirasi apa nih ?
"awas aja kamu, kalau bilang aku peliharaan om Ferry ! om itu teman smp orang tuaku" kata Dika
adooohhh teman-temanku, banyak yang telah mereka perjuangkan untukku.
Bukan kebetulan semua ini,
ternyata ! om santoso rekan bisnis papa Daya, om Ferry sahabat orang tua Dika.
"kami lagi asik-asik nih makan rawon ditraktir om Ferry" kata Dika
"Oh ya selamat makan saja ketua kelas" kataku
"ketemu di Golden Junction ya Jala" kata Dika
"OK" aku akhiri telponan itu karena lonceng pelajaran berikutnya sudah berbunyi.
Jam setengah lima sore, ada sms dari mas titho tentang kue-kue mama
"Jala, kuenya aku kukus, lalu ku goreng sebentar biar ga kering" penegasan dari mas titho
"ya mas ga apa ! diletakkan pada panci penghangat boleh juga mas" saranku
"Ok" kata mas titho
Aku menerima hasil penjualan kue yang laku sekitar 45 bungkus, dan sisanya aku bawa lagi pulang
dan kuserahkan uangnya sama mama. Alhamdulillah, meski ga laku semua ! semoga penjualan di warung depan lebih bagus.
Aku bergegas mandi, ganti baju dan menjemput hasil penjualan kue di warung depan.
Tidak laku semua, ga apa juga, lumayanlah untuk makan esok hari. Yang penting mama tidak rugi.
"wah dedek ratna senang ya jalan-jalan sama kak Daya ?" tanyaku
Ratna mengangguk
"Kami makan di warung Hj Kadir Gresik, pak Imam, nak Daya, dan adek mu suka sekali masakannya" kata mama
"sate kuah kacang kan ?" kataku
Ratna tersenyum tanda setuju, hahahah
Jam setengah semblan malam, aku sudah sampai di resto and caffe milik om santoso.
Ramelah yang makan-makan dan minum-minum bercengrama ria.
Aku dihadang oleh si om seperti biasa
Namun kali ini aku didudukannya, di kursi dalam ruang racik minuman.
Dari sini, aku saksikan adegan lucu Daya dan papanya yang membelakangi ku
"Pa aku agak ngantuk nih, ayo kita pulang ke rumah Jala" pinta Daya
"Bentar lagi !" kata papanya
"aku kesini mau ketemu Jala pa ! buka mau makan-makan di cafe ini" protes Daya
"banyak bacot kamu" hardik papanya
"pa, ga enak pa Jala menunggu ! coba tadi aku ikut saja sama mama Jala pulang ke rumah"
"pergi aja sana" hardik papa lagi
"oh kelewatan papa ini" Daya jadi emosi
Hahah ga tahan juga lihat Daya yang lagi ga enak badan dikerjain sama papanya, maka :
"Hadirin semua, untuk orang tuaku yang jauh datang dari Jakarta dan untuk teman baikkku. Aku hadirkan untuk kalian sebuah Damai Bersamamu" Kalimat pembuka dariku pada live musik untuk pengunjung.
Aku menggunakan stelan jas santai warna silver kebanggaanku, dasi kecil warna hitam membalut leher kemeja warna biru muda yang kupakai dan dipadu dengan jeans hitam. Sepatu hitam menambah kesan tenang pada penampilanku.
Jala .....
suit suit ...... barisan depan itu, orang-orangnya pada teriak
wah ada penyanyi cafee,
"Pa, Itu Jala ................... ????" kataku terkejut
"Iya. naaah, kamu ga perlu pergi jauh-jauh ke rumah ! wong Jala sudah disini" papa merasa menang. ohhhhhh .... kira-kira begitulah wajah surprise dari mereka yang dapat kutangkap dari atas kursi penyanyi caffee.
Hentakkan keyboard itu menggelegar, ga kalah bagus dari hentakan kak Felix waktu malam perpisahan dulu.
Mengalunlah suaraku pada lagu yang sudah sangat ku kuasai,
hari ini kembali bergema karena menyambut papa dan Daya di Surabaya.
Tetapi dalam cafee ini aku belum pernah bawain lagu berat festival begini,
pengunjug caffe ini suka lagu-lagu sederhana.
Ada nafas yang tertahan dari pengunjug, melihat dan merasa sakit dalam alunan sengau huruf A dari fokalku
Pada nada yang sangat tinggi, aku iris perasaan mereka dengan makna lagu :
Jangan biarkan damai ini pergi
Jangan biarkan semuanya berlalu
Hanya padamu Tuhan tempatku berteduh
Dari semua kepalsuan dunia
Inilah kalimat yang paling ku suka untuk dialunkan, kalimat ini juga disukai oleh kawan baikku pembaca cerita ini
Tanpa menyindir para pengunjung, yang serba palsu dengan happy-happy membuang uang di resto ini dengan level hidup mereka, ternyata masih ada anak-anak yang tidak beruntung di luar sana butuh bantuan mereka untuk melanjutkan hidup, aku teriakkan rasa kesakitan ini, bahwa sebenanya dunia ini adalah palsu.
Ini untuk ke-dua kalinya papa dan Daya menangis, mereka menekurkan kepala di meja tidak berani menampakkan air mata yang jatuh.
Tidak begitu halnya dengan om santoso, sambil menyeka air mata, ia berlari mengejarku dan memelukku, dia ambil segala rasa kesakitan itu.
Terima kasih om santoso atas bantuannya selama ini. Rasanya langkahku ini jadi serasa menapak lagi di bumi, ada sosok papa yang hilang sekarang serasa hadir. Tetapi yang paling penting, kalau mama masih menyertai hidupku, aku akan siap menghadapi semua sandiwara dunia.
Bersambung
Jala Bercerita,
@dafaZartin, @tarry , @cansetya_s , @arieat , @onewinged_bird , @Gabriel_Valiant , @alvaredza , @greenbubbles , @fends , @zeva_21, @boybrownis , @kimo_chie, @bumbellbee , @haha5 , @3ll0 , @nakashima , @pradithya69 , @mumura , @astlyo , @Kiyomori
secara royal sm bg junction sering bgt ksna
Jala dan Daya... Teruslah menjadi anak yg baik, #NiceShare Bro