It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ini untuk Kawan semua
@ReyhanZa , @dafaZartin, @tarry , @cansetya_s , @arieat , @onewinged_bird , @Gabriel_Valiant , @alvaredza , @greenbubbles , @fends , @zeva_21, @boybrownis , @AlexanderAiman , @kimo_chie, @bumbellbee , @haha5 , @3ll0 , @nakashima , @pradithya69 , @mumura , @astlyo , @Kiyomori, @Mr_Makasar, @d_cetya , @kuroy , @congcong , @Tsunami , @Akbar Syailendra , @rone
Makasih ya bro Cansetya, selalu setia membaca dan nulis masukan untuk cerita ini lebih baik. Konflik nya lebih complicated dari ini bro, ke depan aku akan fokus pada masalah Daya, Jala, dan Dika saja sehingga bisa dijadikan agak simple
Bro d_cetya, aku juga harus mengucapkan terimakasih untuk waktumu Bro, setelah berbulan-bulan bersama Daya dkk menyimaki kisah mereka. Aku setuju, cinta sejati akan berlabuh pada tempat yang cocok. Dengan segala halang rintang tentunya.
Gue selalu respek sama cerita sampeyan bro. Tak pantengin terus pokok'e wes. Terus berkarya bro, setiap cerita yang baik, pasti memberi energi positif pada kehidupan pembacanya. He he... Tak enteni lanjutanne yo...
Kawan semua, selamat Idhul Fithri ya bagi yang merayakan. Ini baru ada kesempatan update
DAYA p.o.v.
Jakarta, 7 September 2013, Pagi hari, Jam 08.00
Pagi ini aku berangkat kuliah dengan tidak ada motivasi sedikitpun. Tadi aku bangun dengan persaan kosong. Aku, bibiku, dan bi surti sarapan lontong sayur yang mereka beli dari langganan mereka yang menggunakan motor berkeliling komplek. Lontong itu sudah disatukan dengan gulainya tetapi sambel dan kerupuknya dipisah pada plastk yang lain.
Bibi hari ini mau ke Palmerah lagi dan seterusnya. Skedul bibi semakin susah dihafal. Tidak masalah, selama bibi tulus memberi perhatian dan menyupor aktivitasku. Masih ada bi surti yang selalu ada dalam suka dan duka.
Papa masih lancar berkomunikasi dengan ke dua bibi itu, tetapi papa ga ada niat untuk berkunjung ke rumah ini dan melihat wajahku. Tidak apa juga, jika bertemu malah banyak dosa karena mengusik perasaan jijik pada papa sendiri, itu adalah sungguh tidak baik.
Sudah lima belas hari berlalu, sejak aku diperbolehkan pulang dari rumah sakit, bibi Astuti akhirnya menyetujui rencanaku untuk kursus bahasa Jerman di salah satu institut bahasa Jerman yang mengeluarkan sertifikat bahasa Jerman yang diakui untuk beberapa kepentingan. Setahuku institut ini tidak hanya ada di Jakarta, tetapi juga ada di kota Bandung, dan Surabaya.
Iya, lilitan masalah hidup, membuatku tidak ada ide untuk melajutkan kreativitas. Mungkin dengan rencana yang lebih besar, maka aku akan tersentuh untuk tetap memelihara asa akan masa depan yang cerah. Kursus bahasa yang ku persiapkan ini berhubungan dengan pengurusan visa student dan untuk persiapan kuliah di Jerman. Jam kursus adalah sore, kadang praktikum dan rangkaian acara sore hari bagi mahasiswa baru fakultas teknik di depok ini, tidak aku ikuti.
Ada sekitar 120 siswa baru terbaik seluruh tanah air, beda tipislah dengan dengan institut teknik di Bandung sana. Tiga diantaranya adalah teman SMAku tetapi dulunya tidak pernah satu kelas. Mereka tahu siapa diriku, dan merekalah yang menjawab semua pertanyaan mengapa aku ogah-ogahan datang kuliah. Dari SMA aku juga begitu, tapi jika mau serius aku sering memberikan kejutan kreatifitas yang tidak terfikirkan oleh murid.
Kira-kira begitu informasi yang mereka kumandangkan untuk para senior dan teman angkatan.
Selama ini mereka tidak pernah usil padaku, kalau usilpun aku tidak apa-apa, karena sebentar lagi aku juga akan pergi dari hadapan mereka semua.
Jika tidak lagi kusrus bahasa, aku habiskan waktuku hingga larut malam di mesjid kubah yang sangat terkenal di kalangan mahasiswa depok.
Setelah ditinggal oleh Jala, aku lebih tertarik untuk memikirkan kehidupan manusia.
Banyak buku bacaan, dan diskusi, serta bimbingan dari beberapa uztad di mesjid itu. Aku menemukan sosok damai seorang Jala, jika berada di dekat teman-teman ini. Mereka berasal dari berbagai fakultas, ada sekitar lima orang senior yang aktif pengajian dari fakultas teknik. Untungnya tidak ada seorangpun yang dari teknik mesin.
Meski demikian para senior ini tahu tentang kondisiku dan ketidak pedulianku pada kuliah.
Mereka tidak menghakimi diriku, namun dalam beberapa sharing, mereka sangat meberikan masukan agar waspada pada masa depan yang semakin masuk dalam zaman dengan beberapa resesi kehidupan yang parah.
Setelah tujuh kali kursus bahasa, aku mulai melirik kawan-kawan seperjuangan. Ada yang ga lulus-lulus snmptn, ada yang sudah kuliah di UNJ dan di univ swasta di Jakarta, ada yang suaminya sedang kuliah s2 di Jerman. Untuk menyusul suami, mereka harus lulus level bahasa yang disyaratkan kedutaan, baru mereka dikasih visa.
Rata-rata dari kawan-kawan seruangan kursus ini ingin kuliah di Jerman dan kebetulan banyak agency yang menawarkan jasa untuk ini.
Aku semakin akrab dengan mereka semua. Bahkan ada yang datang dari Purwakarta, Ciamis, dan Corebon, karena institut ini tidak ada di kota mereka.
Suasana kelas kursus lebih menarik bagiku dibandingkan harus berberjuang keras mencapai lokasi kampus dan ruang kuliah di depok.
Jika senja menjelang, suasana mesjid dengan pengajiannya lebih membahagiakan bagiku daripada ngumpul ngalor ngidul di kamar kos seperti kebanyakan teman-teman angkatanku.
Sekali weekend, teman angkatan suka juga datang ke rumah kontrakan di depok ini. Saatnya mereka agak ribut jika mengetahui bibi Astuti lagi bisnis di Palembang atau beliau pergi berduan dengan tante Hana ke Magelang yaitu kediaman tante Hana dan adiknya yang bernama om Joe.
Agak ribut doank, karena masih ada bi surti dalam rumah yang super duper protektif mengawasiku dari teror dan ketidak-senagan yang mungkin dilancarkan oleh si supir tukang ngadu.
Pelajaran dasar di kampus depok ini sangat lucu, kami se teknik dikumpul dan diajar dalam sebuah aula yang besar. Tidak ketahuan sekali siapa yang tidak datang.
Praktikum pada semester ini hanya dua, yaitu kimia dan fisika. Tidak pernah ada dosen yang ngawas hanya kakak kelas sebagai asisten dosen yang selalu hadir.
Ada kakak kelas SMA yang jadi asisten dan mereka tahu sekali nilai minus dan positif seorang Daya. Tetapi mereka mengerti bahwa kuliah seperti ini bukan Daya banget.
Sehingga tidak ada konflik, yang ada malah segala bentuk pertolongan dari mereka.
"Den, jam berapa ntar balik ?" tanya bi surti
"jam sembilan malam mungkin bi" jawabku
"kalau bibi dah tidur, bakwannya bibi taruh di meja makan dan silahkan dihangatkan sendiri ya" keterangan dari bi surti
"Oh bi, sore tolong antar ke mesjid kubah ya ? sisanya akan ku makan malam, makasih ya bi" balasku
"siap den" kesanggupan bi surti
"Daya, Aku pakai kartu kredit ya hari ini, kamu kursus dan ke ke mesjid sajakan hari ini ? ga ke kota kan ?" tiba-tiba bi Astuti bersuara
"iya bi, aku ga ada keperluan ke kota hari ini, selain kursus. Bibi saja yang pakai" jawabku
"Ok Daya, ada rekan bisnis yang ketemuan saat makan siang ntar. Makanya bibi butuh kartu ini" kata bibi
"iya ga apa bi, oh ya ntar aku cek kartu kreditku sendiri kalau sudah diisi mama" keteranganku
"Daya, jangan sensitif gitu, bibi hanya perlu hari ini doang. Kok malah merepotkan mamamu" saran bibi
"hehehe bibi, mama bahagia tentunya bisa memberi sesuatu untuk anaknya" jawabku
"ntar kalau dia nanya apa-apa tentang papamu, kamu mau jawab apa ?" kata bibi
"mmmmmm" aku terdiam
"itu maksudku Daya, Bukan apa-apa" balas bibi
"aman bi, mama ga pernah tanya apa-apa" kataku
"oh baguslah kalau begitu, moga harimu menyenangkan ya" kata bibi yang segera menlanjutkan kegiatannya
Bi Surti juga berlalu ke dapur untuk mencuci baju dan kegiatan dapur yang lainnya dan aku segera menuju kampus. Sejak kehadiran bi surti, rumah ini semakin bersih termasuk halaman yang sekarang penuh dengan bunga terawat rapi. Rumah ini terasa lebih menyenangkan meskipun tidak semewah rumah papa di cempaka putih.
"Tunggu Daya, bibi lagi ga perlu nyetir, mungkin langsung ke Palembang" bibi tergopoh menujuku yang siap-siap masuk mobil.
"Oh, ya sini aku antar nuju taxi" saranku
"OK, kalau begitu, aku berangkat ya bi surti" kata bibi Astuti
"iya hati-hati" jawab bi surti dari dalam rumah
aku segera menutup pintu pagar sebelum meninggalkan rumah kontrakkan untuk mengantar bibi menuju taxi favoritnya.
Setelah itu aku menjalankan mobil ke arah kampus sekedar mengisi hari menjelanga jam kursus.
Jika telah waktunya, aku dengan semangat meninggalkan depok menuju kota untuk mengikuti kursus bertemu kawan-kawan yang kami bersama telah melewati banyak progress di tempat kursus ini.
Jelang magrib, giliranku mengarah ke depok lagi menuju mesjid kedamaian untuk jiwaku tanpa Jala di dalamnya.
Apapun bentuk kehampaan dalam hatiku, selalu ada sebait do'a bersamanya, agar Jala selalu bahagia dan dilindungi Yang Maha Kuasa. aku sangat percaya akan kasih sayangNya.
Jala tidak harus menderita karena sikapku dan sikap papa.
Kali ini ada teman baik yang selalu pakai minyak si nyong-nyong kalau mau sholat magrib. Entahlah, wangi seperti ini jadi istimewa bagi hidungku saat ini, hahahhh
Dulu aku pernah berhayal agar Jala memakai minyak si nyong-nyong hahah, namun Jala tidak pernah memakainyanya, karena tubuh Jala pada dasarnya adalah terawat dan tidak perlu parfum
Lagi apa Jala saat ini ? apa kulit tangan Jala masih mulus ? atau sudah berubah warna karena berjemur dengan matahari ?
Ya Allah, lindungilah Jala selalu.
Kali ini sebelum sholat magrib, sang uztad menyemangati perlunya persaudaraan muslim yang kokoh untuk keselamatan umat.
Topik seperti ini selalu menarik bagiku, semangat kebersamaan, dan sedejat tanpa ada yang merasa berlebih dan merasa hebat.
Semoga di Jerman nanti aku akan mendapatkan kawan-kawan dari Indonesia dan seluruh dunia untuk semangat kebersamaan seperti saat ini.
Mataku terkesima memandang bibir yang bebas dari asap rokok milik uztad muda itu, ada yang bagus di bawah dagunya, yaitu Janggut yang terawat ga lebat tapi bagus dan pas.
Setahun lagi, Jala akan punya janggut, hehe aku ? boro-boro janggut, tubuhku jauh dari bulu-buluan.
Siapa ya nanti yang mengelus Janggut Jala ? aku ga rela jika Dika atau Felix yang mengelusnya, uuuuhhh .... hehehe siapapun itu asal dia sayang sama Jala, aku akan ikhlas untuk kebahagian Jala.
Persaan hati seperti saat ini lebih baik dari apapun. Memakasakan keinginan untuk bersama Jala, sudah dua kali aku menyia-nyiakannya.
Jala ditakdirkan untuk tidak pernah jadi milikku.
"Nak Daya, dari tadi melamun terus ? makasih ya atas bakwannya ! MasyaAllah enak, bibi yang buatnya juga baik dan sangat sayang sepertinya padamu" kata pak uztad
"oh ini bakwan dari Daya ? makasih ya uwenak tenan" kata teman baik itu dengan minyak si nyong-nyongnya
"sama-sama pak dan teman semua, maaf kalau ga terlalu enak" kataku merendah
"oh enak kok Daya, aku dah makan dua buah dan satu rawit yang pool" kata salah satu anggota pengajian
Kami hentikan diskusi dan obrolan itu karena waktu magrib sudah masuk.
Kami semua bersiap untuk sholat magrib.
Para gerombolan mahasiswa juga sudah banyak yang datang memenuhi lokasi wudhuk dan juga bersiap untuk sholat magrib.
Selesai itu, aku masuk program untuk melancarkan bacaan Al Qur'an di bawah asuhan teman baik itu yang aku akui dapat menentramkan jiwaku, sudah ga gelisah kehilangan Jala. Dekat mereka ini, aku nikmati saja seolah Jala ada di sampingku.
Sampai kapan aku tidak akan berhalusinasi tentang Jala ?
Selesai sholat Isya, aku baca dengan penuh perhatian buku semangat kebersamaan dalam menyongsong maslah umat di dunia. Kali ini beberapa terminologi yang aku ga paham dengan cepat bisa kuperoleh penjelasan dari pak uztad.
Tidak kuragukan, aku yang terlalu berkesenangan hidup selama ini, tidak pernah memikirkan bahwa ternyata banyak masalah yang tidak pernah aku ketahui, termasuk masalah yang aku ciptakan untuk seseorang yang sagat ku sayang.
Selama ini, aku hanya mengandalkan jawaban dan pemikiran dari jala.
Sudah saatnya aku yang mulai belajar memikirkannya dan mencari jawabnya.
Jam sembilan malam seperti yang ku janjikan sama bi surti, aku sudah berada di rumah.
Aku dapati bakwan yang segera ku hangatkan, aku santap.
Tadi di mesjid agak malu-malu aku makannya, masa yang bawa yang makan ? ga boleh itu
Sebelun pertama aku lulus level A1, sebulan kemudian aku lulus level A2, dan sekarang menunggu kelulusan level B1 di tempat kursus. Namun untuk visa, A2 saja OK lah dan sudah sejak dua minggu yang lalu aku dibantu agency mengurus visa. namun lulus B1 sangat membantu dalam penempatan di universitas Jerman.
Mid semester (UTS) di depok aku lalui dengan membaca semalam saja dan dijawab, ga teralu parah ! toh nilainya juga ga tentu berdasarkan informasi dari senior ! aduh segininya, biasanya sih cewek tuh yang dapat nilai tinggi, dari mana coba ? hehe
Kelulusan level B1 menetapkan aku lulus mulus dan hasil UTS juga ditempel besar-besar di papan pengumuman entah dari mana datangnya semua nilaiku masuk kategoti A.
"hahahah biasanya cewek yang dapat nilai A ! kok kamu hampir semua A ? kamu cewek ya ?" ledek teman-teman satu angkatan
"hehe bisa aje kamu, ga lah !" jawabku penuh persahabatan
"wah, si Daya sih dari SMA kami sekaliber angker di jakarta dan dia juga yang terbaik lulusnya tahun ini, bukan berita baru bagiku" kata teman se SMA
"haha ??? ada gitu lulusan terbaik se pemalas gini ? wkwkwk" ledek teman-teman lain
"semester depan, coba kamu pasang wajah cowok angker ! kami mau lihat apa kamu masih bisa bernilai A di setiap mata pelajaran ?" tantangan teman-teman
"haha emang ada apa dengan wajahku ?" tanyaku dengan polos
"wajahmu sangat lembut dan menyentuh kalbu dosen" jawab mereka hahahhh ada aja ! lah emang dari sononya aku berpenampilan yahut.
"jadi apa nih kesimpulannya hari ini ? wajah penentu nilai ?" homorku mengalir untuk menghangatkan suasana
"hahah, untuk pelajran dasar, tapi semester 3 ntar sudah ga begini !" kata mereka
hmmmmmm....... semaagat ya teman-teman angkatan ! kalian harus maju dan terus berkarya, mungkin aku tidak pantas mendampingi sukses kalian, karena aku ada jalan sendiri yanga akan ku susuri hingga akhir hayat ! itu berbeda dengan jalan normal seperti yang kalian tempuh.
Tujuh belas hari kemudian, aku dikabarkan bahwa visaku sudah selesai dan apartemen juga sudah ready menunggu di jerman. Kota yang menerima penempatanku adalah Freiburg, aku ga tahu dimana itu, katanya ke selatan ! aku yang pilih selatan Jerman ! yang indah dan yang terpenting dekat ke Swiss, Austria, dan Perancis !
Tidak ada air mata dan sesal dari bi Surti dan bi Astuti, mereka bahagia melihat semangatku kembali muncul untuk melanjutkan hidup !
Siang hari ini terasa damai sekali, beban berat serasa lepas !
Aku tadi diantar oleh dua orang bibiku, dapat do'a restu juga dari mama di Taiwan sana, serta yang paling berkesan aku diantar oleh teman-teman angkatan yang simpati pada perjuannganku dan yang paling penting teman-teman baik di mesjid kubah juga mengantarku hingga ke terminal 2D ini. Aku akan berangkat dengan Emirates jam 18.15.
Ini lah jawaban bagi semua teman yang simpati dengan caraku, mereka terpukul dengan misterinya diriku, tiba-tiba hilang, tiba-tiba muncul, sekarang tiba-tiba sudah mau berangkat meninggalkan mereka semua.
Bibiku tidak berfikir untuk meninggalkan depok, mereka telah terlanjur mencintai depok. Aku sebenarnya juga mulai menyukai depok, namun masa depanku dan kerapuhan pribadiku akan membaik jika aku menjauh dari tanah air. Ga ada maksud untuk meninggalkan Jala dengan penderitaan ! dekat denganku lah yang membuat Jala menderita.
Jadi sudah sebaiknya, aku yang menjauh !
Jala boleh ku tinggalkan ! namun semangat dan jiwanya akan terus ku bawa menyertai langkahku.
Perjalanan yang memakan waktu sekitar 16 jam ini, akan ku maknai dengan hati yang lapang, sampai atau tidak sampai di Freiburg tidak lagi membuatku gamang. Cobaan yang lebih berat dari ini berupa kehilangan Jala sudah aku rasakan.
Jala sayang, maafkan aku ya ! saatnya untuk mengucapkan semoga kamu bahagia sekarang di Bangil sana.