It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
3. Mereka Menemukan Kesejatian Dirinya !
Dreams will show you where you are and where you are going.
They reveal your destiny. ~CARL JUNG~
Menurut penulis, pada awalnya buku ini akan diberi judul “A Quest of True Destiny”, sebuah perenungan tentang pencarian takdir atau kesejatian diri manusia. Tentang bagaimana seharusnya kita menjawab berbagai pertanyaan mengenai nilai dan makna kehidupan, tentang bagaimana seharusnya kita bersikap dalam konteks pemberian makna kehidupan secara lebih mendalam.
Untuk menjawab lebih lanjut tentang istilah destiny, silahkan rekan-rekan sekalian membaca buku3 The Seven Habits of Highly Effective people karangan Stephen Covey yang mungkin dapat menggambarkan secara tepat istilah destiny tersebut.
Dalam buku tersebut, Covey memaparkan prinsip “Mulai dengan Akhir dalam Pikiran”, yang intinya ketika kita meninggal dunia, manusia seperti apakah kita ini? Apa yang akan dikenang oleh orang-orang yang mengenal kita? Karakter apa yang mereka lihat di dalam diri kita? Apa kontribusi, prestasi, karya, dan perbuatan baik kita yang mereka ingat? Perbedaan apa yang sudah kita buat di dalam kehidupan mereka?
Mulai dengan Akhir Pikiran menurut Covey berarti memulai dengan pikiran yang jelas mengenai tempat tujuan kita. Ini berarti mengetahui kemana kita pergi, dan mengerti di mana kita berada sekarang, dan dengan begitu kita tahu langkah-langkah yang kita ambil selalu pada arah yang benar. Jika kita ibaratkan orang yang membangun sebuah rumah, maka ‘destiny’-nya adalah gambar desain dan rancang bangun (blue print) yang menjadi pedoman untuk membangun lantai, dinding, maupun atap rumah sehingga menjadi seperti yang kita kehendaki.
Dalam bukunya, Kahlil Gibran, mengatakan “Bangunlah dalam angan-angan,.... Sebelum rumah kau dirikan...” demikian juga dengan kalimat pembuka prolog 3 ini : “Dreams will show you where you are and where you are going. They reveal your destiny.” So, manusialah yang menemukan (istilah Covey – menciptakan secara mental) kesejatian atau rancang bangun dirinya. Kesejatian itu telah ada ketika seorang manusia dilahirkan ke dunia. Dalam bab 1 nanti akan dibahas langkah demi langkah menemukan kesejatian tersebut.
Dalam buku ini, kesejatian diri (true destiny) digambarkan seperti visi dan misi (vision and mission statement) sebuah perusahaan yang kemudian dijabarkan dalam strategic planning. Selanjutnya, secara periodik perusahaan akan menyusun business plan sesuai dengan rancang bangun yang telah disusun.
Pertanyaan Anda tentunya adalah bagaimana cara saya dapat menemukan kesejatian diri saya tersebut?
Sebagai contoh dan perenungan, kita simak contoh kisah seseorang yang telah menemukan kesejatian dirinya.
Yudi adalah nama pemuda ini. Sejak kecil ia sudah mengenal dan sangat tertarik pada musik. Pada usia enam tahun ia sudah bisa menciptakan sebuah lagu - dengan melodi khas anak-anak, yang ia beri judul Tuyul. Sejak kelas enam SD ia juga sudah terbiasa dengan suasana disiplin latihan karena ia sudah memiliki grup band. Menginjak SMP ia mengoleksi kaset-kaset musik rock. Ketika berusia sekitar 15 tahun, dengan begitu yakin ia menyatakan bahwa ia akan hidup untuk dan dari musik. Dapat Anda bayangkan bagaimana perasaan kedua orang tuanya pada saat itu. Untuk mewujudkan impiannya tersebut ia tak segan-segan berlatih memainkan gitar listriknya sedikitnya 8 jam sehari!!! Dan ia berusaha mengarahkan kehidupannya untuk mencapai “impiannya” tersebut. Bahkan, untuk menyenangkan hati kedua orang tuanya, ia tetap melanjutkan kuliahnya dan lulus sebagai seorang sarjana ekonomi dari sebuah universitas negeri di Surabaya.
Kemudian, selama kurang lebih 3 tahun, Yudi dengan bonek (bondo nekad alias modal nekad) pergi ke Jakarta untuk mencapai impiannya tersebut. Menurutnya jika ingin sukses, ia harus menjalani kehidupan musik dari bawah, mulai dari pekerja studio, kru, hingga additional musician.
Di Jakarta ia menumpang pada seorang teman yang memiliki sebuah bengkel mobil. Pagi hari ia bekerja di bengkel dan malam harinya nongkrong di berbagai studio musik di Jakarta. Ia bahkan pernah bekerja sebagai cleaning service di Hero Supermarket. “Aku bertugas malam dan pulang jam 5 pagi, “katanya. Saya yakin berbagai penderitaan, frustasi, putus asa, dan kerja keras untuk sekedar memperoleh uang makan pernah dialaminya waktu itu, saat ia berjalan keliling kota Jakarta untuk menawarkan contoh lagu-lagu ciptaannya.
Selama masa penantian, ia bekerja sebagai kru sebuah grup band yang sangat terkenal, Dewa 19. Selama 8 bulan ia menjadi kru dan kemudian diangkat sebagai additional musician selama 3 bulan. Sampai akhirnya, ia dan grup bandnya, Padi, berhasil masuk dapur rekaman dan dikontrak oleh sebuah perusahaan rekaman international yang cukup terkenal, Sony Music. Album mereka terjual lebih dari 600.000 keping!!! Dan berhak memperoleh penghargaan double platinum dari Sony Music (dapat Anda bayangkan berapa besarnya royalty dan copyright yang mereka terima?). Setiap jadwal pertunjukan mereka di seluruh kota di Indonesia sangatlah padat. Now he’s already what they called ‘celebrities’!
Seringkali penemuan kesejatian diri terjadi dari impian, lamunan, atau imajinasi kita. Kita dapat memvisualisasikan potensi yang belum tercipta di dalam diri kita. Seperti ketika seorang wanita menyadari bahwa dirinya sedang mengandung. Meskipun ia belum melihat anaknya, ia sudah dapat merasakan ‘keberadaan’ anak tersebut dalam dirinya.
Setiap pribadi kita diciptakan Tuhan secara unik dengan fungsi dan peranan tertentu dalam lingkaran kehidupan kita di dunia.Manusia diciptakan sebagai kalifatullah atau wakil Tuhan di bumi ini. Sayangnya banyak dari kita tidak menyadari dan tidak pernah mengetahui apa yang sebenarnya misi hidup kita di dunia ini.
4. Guru Terbaik dan Musuh Terbesar Manusia
Oh Great Spirit!
Let me learn the lessons you have hidden in every leaf and rock.
I seek strength. Not to be greater than my brother,
but to fight the greatest enemy, myself.
~AN INDIAN PRAYER~
Kehidupan ini seperti permainan golf (dalam permainan ini kita tidak punya lawan tanding, lawan yang mengacaukan permainan kita, dan pelatih yang membimbing kita untuk bermain dengan baik adalah diri kita sendiri, kita bertanding dan melawan diri kita sendiri). Kita harus melewati hole demi hole dengan jumlah pukulan mendekati par yaitu standar atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Setiap hole merupakan terminal kehidupan kita. Jangan sampai kita menyerah dan menghancurkan permainan kita sendiri pada hole-hole berikutnya, karena permainan kita buruk pada salah satu hole.
Dalam buku ini, penulis bertanya : berapa lama dalam hidup Anda dibimbing oleh seorang guru ? Katakanlah Anda sekolah selama kurang lebih 15-20 tahun sampai jenjang tertinggi S-3 misalnya. Anggap saja rata-rata harapan hidup manusia Indonesia adalah 60 tahun. Berarti Anda hanya belajar formal di sekolah kurang dari sepertiga waktu hidup Anda. Siapakah yang menuntun Anda dalam dua pertiga waktu kehidupan Anda? Jawabannya adalah diri kita sendiri.
Seringkali kita tidak menyadari betapa banyak yang dapat kita gali dan pelajari dari diri kita sendiri. Kemudian muncul persoalan bagaimana kita dapat menggali potensi terbaik dalam diri kita serta bagaimana kita dapat terus senantiasa belajar dan meningkatkan kemampuan diri kita secara terus menerus. Dengan kata lain, bagaimana kita dapat memanfaatkan guru terbaik yang pernah kita miliki, yaitu diri kita sendiri!! Dengan bahasa yang indah penyair Kahlil Gibran menulis tentang hal ini :
Tak seorang pun dapat menanamkan pelajaran,
kecuali yang mulai terjaga. Di fajar subuh pengetahuan.
Dan guru ...., tiada memindahkan kebijaksanaan.
Namun membenihkan keyakinan serta kasih sayang.
Demikian pun kalian masing-masing
Hendaknya bangkit sendiri dalam pengetahuan
Tentang Tuhan
serta pengertian tentang seluruh alam
~KAHLIL GIBRAN~
Sekolah hanya mengajarkan kepada kita, cara membuka jendela ilmu pengetahuan, serta cara memecahkan masalah secara mandiri. Para guru dan dosen tidak memindahkan informasi atau pengetahuan mereka kepada kita, namun memberi tuntunan bagaimana kita dapat menggali serta mencari pengetahuan itu sendiri.
Seringkali diri kita sulit mencapai potensi terbaik yang kita miliki karena kita masih membanding-bandingkan apa yang ada dalam diri kita dengan apa yang ada dalam diri orang lain tanpa mensyukuri apa yang ada dalam diri kita. Lebih buruk lagi kita mencap diri kita adalah orang gagal, bernasib buruk, dan perlu dikasihani. Kenalilah dan waspadailah musuh terbesar Anda tersebut.
Dalam Bab-Bab inti buku ini akan lebih digali bagaimana kita mengenali musuh terbesar Anda.
TBC next last prolog 5 Kehidupan adalah Seperti Sungai.
5. Kehidupan adalah Seperti Sungai
“Kehidupan selalu mengalir seperti sungai di tengah dua
tepian kebahagian dan penderitaan, sisi keberhasilan dan kegagalan.
Sukses dan gagal adalah sebuah peristiwa bukan tujuan akhir kehidupan.
Oleh karena itu, manusia harus senantiasa mengalir sampai akhirnya
bertemu dengan muara kehidupan sebagaimana kehendak Sang Pencipta.”
Dalam bukunya, Zig Ziglar, See You at the Top, menggambarkan puncak sukses sebagai keberhasilan memiliki atau mencapai delapan bidang kehidupan, yaitu kesehatan, kekayaan, keamanan, kedamaian hati, kebahagiaan, sahabat, hubungan keluarga yang baik, dan harapan. Namun setelah 20 tahun sejak buku pertamanya diterbitkan, ia menulis Over the Top yang berisi pengalaman pribadinya. Zig Ziglar menyatakan bahwa pemikiran positif yang selama ini ia lakukan, merupakan pengingkaran terhadap realita.
Manusia tidak dapat hidup dalam satu sisi kehidupan seperti yang digambarkan Ziglar dalam buku pertamanya tersebut. Kehidupan ini seperti sebuah sungai yang mengalir di tengah dua tepian yaitu kebahagiaan dan penderitaan, kesehatan dan sakit, keberhasilan dan kegagalan.
Kehidupan bak sungai yang sangat indah, seperti yang digambarkan oleh seorang filsuf modern Inggris, Bertrand Russel, dalam salah satu tulisannya yang berjudul How To Grow Old. Terjemahan dari gambaran tersebut antara lain sebagai berikut : “Keberadaan seorang manusia seharusnya seperti sebuah sungai – kecil pada mulanya, diapit dua tepian sempit, lalu mengalir deras melewati bebatuan padas dan air terjun yang bergelora. Lalu sang sungai perlahan melebar dan meluas, hingga tepiannya semakin menjauh serta airnya mengalir lebih tenang, sampai akhirnya menyatu dengan lautan luas.”
Ralph Waldo Emerson, seorang penulis besar Amerika Serikat, bahkan memperjelas perenungan Russel ketika ia menulis bahwa .... in the end nothing really matters, .... only God and you!
Tepian sungai menggambarkan dua sisi kehidupan. Anand Krishna menjelaskan dalam bukunya Kehidupan yang berisi perenungan yang amat mendalam tentang kehidupan : “Kebahagiaan hanyalah jarak antara dua saat penderitaan yang bergantian, dan penderitaan demikian juga, sebuah celah sementara dua saat kebahagiaan”. Inilah hukum dualitas kehidupan.
Kahlil Gibran menulis tentang suka duka sebagai berikut :
Dari sumber yang sama, yang mengalirkan tawa,
Betapa seringnya mengalir air mata.
Bahwa keduanya tak terpisahkan.
Dari sumber yang sama, yang mengalirkan tawa,
Betapa seringnya mengalir air mata.
Bahwa keduanya tak terpisahkan.
Bersama-sama keduanya datang, dan bila yang satu
Sendiri bertamu di meja makanmu
Ingatlah bahwa yang lain sedang ternyenyak di pembaringanmu.
Guru Mind Power John Kehoe dalam bukunya MIND POWER, dengan sebuah analogi tentang bintang di angkasa, sbb :
Sebuah bintang memerlukan waktu beberapa tahun cahaya untuk memancarkan cahayanya ke bumi dengan kecepatan cahaya 300.000 km per detik !! Jadi bintang-bintang yang kita lihat bersinar pada waktu malam adalah pancaran dari cahaya bintang-bintang yang jaraknya sangat jauh dari bumi. Jika sebuah bintang jaraknya seratus tahun cahaya, berarti pada saat kita melihatnya di langit, bintang tersebut mungkin sudah tidak ada lagi karena meledak dan sirna. Namun, kita masih dapat melihat pancaran cahayanya sampai seratus tahun setelah bintang itu meledak dan sirna.
Apakah fenomena bintang ini realitas atau imajinasi (pancaran cahaya atau refleksi dari benda fisik yang sudah tidak ada). Itulah alam semesta – tidak ada batas antara realitas dan imajinasi. Jadi analoginya adalah kita juga dapat memancarkan imajinasi atau kekuatan pikiran yang akan mewujud menjadi realitas!!!
End Of Prologue
TBC
PERLAKUKAN SESAMA SEPERTI ANDA INGIN DIPERLAKUKAN
“Sama sekali tidak ada yang salah dengan dunia ... kecuali cara Anda memandangnya.”
–CHIN NING CHU-
Pengalaman mudik kemarin, saya sempat bertemu dengan teman lama yang sekarang sudah cukup sukses dengan pekerjaan dan bisnis-bisnis sampingannya. Kami ngobrol “ngalor ngidul” ga jelas tentang pengalaman kami dan situasi saat ini. Ada beberapa point yang saya refleksikan kembali tentang obrolan ga jelas itu. Saya menggaris bawahi sharing teman saya sebagai berikut, “Dari gue SMA gue suka baca buku-buku bokap (ayah) tentang self development dan tuntunan-tuntunan bagaimana bersikap, meski rada bingung, ya baca aja lah, dan itu ternyata ga sia-sia lho.” dan saya nanya, “Emangnya kenapa ?”
“Banyak temen-temen gue yang dulu luar biasa secara akademik, bahkan sempet aktif di berbagai organisasi sekolah, namun begitu tamat sekolah dan menjadi bagian dalam organisasi masyarakat, banyak dari mereka tidak ‘secemerlang’ dulu. Ada yang punya masalah dengan istrinya, atasannya, mengeluh mengenai pekerjaanya, sampai kondisi negara yang lagi memanaspun ikut dikeluhkan. Nah karena gue pernah baca-baca tuh buku, gue merasa mempunyai pandangan yang berbeda, dengan kata lain buku-buku itu udah mengubah kacamata gue tentang banyak hal dan gue bisa hidup dengan penuh keyakinan dan optimisme.”
Sambil mengangguk-angguk takjub, dalam hati saya setuju dengan yang dikatakan teman saya tadi. Saya juga merasa tersindir oleh perkataannya itu, tapi di balik itu saya merasa beruntung karena saya diingatkan saat ini juga untuk berubah menjadi pribadi yang mengubah kacamata saya tentang hal-hal yang saya hadapi di dunia ini.
Dalam cerita Limburger Cheese (The Winning Attitude – John Maxwell), dipaparkan cerita sebagai berikut :
“Alkisah ada seorang kakek yang tinggal bersama cucu-cucunya yang sangat nakal. Pada suatu siang hari di siang bolong, si kakek tertidur di sebuah dipan bambu yang terletak di dekat dapur. Rupanya si kakek sudah begitu capek sampai ia mendengkur dengan kerasnya. Para cucu yang tahu kakeknya sedang tertidur lelap mulai muncul ide-ide jahil. Pada saat sang kakek sedang tertidur lelap, cucu-cucunya yang sangat nakal ini sambil jinjit-jinjit menahan tawa mengoleskan tahi ayam pada kumis si kakek. Sampai akhirnya sang kakek terbangun dan mencium bau yang sangat tidak enak, “Gee, the kitchen stinks”, begitu pikir si kakek sambil mengantuk berjalan untuk pindah melanjutkan tidur siangnya di ruang tengah. “Kok masih bau juga ya?” pikir si kakek sambil kesal dengan bau yang tidak enak di seisi rumah. Si kakek akhirnya memutuskan untuk pindah ke beranda depan rumah, namun tak lama setelah ia membuka pintu ia pun berteriak, “Oh, my God ... the WHOLE world stinks !!!”
Dari cerita di atas kita dapat tangkap pesan yang ingin disampaikan adalah berapa banyak dari kita yang mempunyai olesan tahi ayam di hidung kita ? Ke mana pun kita pergi, dunia ini rasanya bau seperti bau tahi ayam. Padahal yang salah bukanlah dunianya melainkan pada tahi ayam yang menempel di hidung kita ! Intinya mengutip kalimat Steven Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People : Kita melihat dunia, bukan sebagaimana dunia adanya, melainkan sebagaimana kita adanya- atau, bagaimana kita dikondisikan untuk melihatnya.
Manusiawi jika kita punya banyak harapan misal harapan untuk bisa diterima dan dihargai dalam lingkungan masyarakat sekitar, harapan dalam bisnis dan karier, harapan akan cinta kasih dan perhatian dari pasangan hidup dan sebagainya. Tapi yang masih menjadi pertanyaan, apakah kita siap menerima semua harapan-harapan kita. Sebuah pepatah mengatakan : if you want the world to give something to you, you must be mentally prepared to accept it.
Ada beberapa hukum alam yang sebaiknya kita perhatikan dalam hal pemenuhan harapan ini :
1. Hukum Konsistensi
Penulis terkenal Doug Hooper pernah mengatakan “ You are what you think” dalam bukunya dengan judul yang sama. Artinya apa yang secara konsisten kita pikirkan itulah yang akan menjadi kenyataan untuk diri kita.
Seperti seorang ibu yang mengandung bayinya selama sembilan bulan, ia sudah siap mental untuk menjadi seorang ibu bahkan sebelum jabang bayi dilahirkan. Hal serupa juga berlaku bagi pikiran-pikiran Anda. Aspirasi dan harapan Anda yang sedang dalam “kandungan” Anda, memerlukan sebuah kesiapan mental sebelum alam “melahirkan” aspirasi Anda tersebut menjadi sebuah kenyataan.
2. Hukum Tabur Tuai
Taburlah cinta di sekeliling Anda untuk menuai cinta.
Taburlah kebahagiaan di sekeliling Anda untuk menuai kebahagiaan.
3. Hukum Timbal Balik Berlipat Ganda
Dalam buku “Jalan Kesuksesan Hidup”, Bambang Sumantri menggambarkan hukum ini dengan mengumpamakan seperti seseorang yang menanam satu bibit tomat. Pada saatnya bibit tomat tadi akan tumbuh menjadi sebuah pohon tomat dengan ratusan buah dan bibit tomat yang dapat dinikmati dan ditanamkan kembali. Sama halnya darah yang harus terus menerus melakukan sirkulasi agar tidak mengental, membeku, dan menggenang, dalam hidup kita harus memberi dan menerima agar menjadi kaya, makmur, dan terus sejahtera. Apa yang kita inginkan dalam hidup, maka sirkulasikanlah semuanya itu.
John Maxwell dalam bukunya The Winning Attitude menyebutkan 6 aksioma atau teori tentang sikap :
1. Sikap menentukan tindakan
2. Sikap menentukan hubungan kita dengan orang lain
3. Sikap menentukan keberhasilan dan kegagalan (prinsip “slight-edge”)
4. Sikap di awal kegiatan menentukan pencapaian hasil akhir
5. Sikap dapat mengubah masalah menjadi berkah
6. Sikap yang baik menimbulkan cara pandang positif
*)Uraian dapat dibaca pada sumber yang disebutkan.
Akhirnya bab ini akan diresume dengan cerita seorang raja sebuah negeri di benua Afrika, sebagai berikut :
Pada suatu hari sang baginda paduka raja di negeri Afrika ini menderita sakit mata yang tidak bisa disembuhkan oleh para dukun terhebatnya sekalipun. Sehingga akhirnya sang raja memutuskan untuk mengundang tim dokter dari negeri Inggris. Setelah berhasil mengundang tim dokter dari negeri Inggris, menurut analisa tim dokter sang raja dianjurkan sementara waktu untuk banyak melihat yang hijau-hijau untuk kesegaran matanya selama masa penyembuhan. Sang raja pun menuruti tanpa berpikir panjang lebar menuruti aturan tim medis. Segera setelah para dokter pulang ke negeri Inggris, sang raja langsung memerintahkan agar semua benda yang ada di sekeliling istana untuk di cat hijau!
Dunia bisa menjadi hijau, hitam, merah, biru, dan lain sebagainya tergantung kacamata yang Anda pakai. Dalam kasus sang raja di atas, sang raja sebetulnya hanya memerlukan sebuah kaca mata hijau untuk melihat dunia sekelilingnya agar menjadi hijau. Namun jika kita refleksikan pada diri kita sendiri, berapa banyak dari kita yang memaksakan teman-teman, rekan kerja, dan seluruh lingkungan kita untuk dicat berwarna hijau ? mengapa bukan kita yang memakai kaca mata hijau. Adalah hal yang mustahil untuk ‘mengecat’ segala sesuatu menjadi hijau !
TBC....
komen gue sih tetep,, gue tunggu hibahan bukunya dr elu..
@hananta : nope...silahkan cr sendiri d toko buku terdekat
@problemsolver : ganbateee !!
Semuanya harus berawal dari diri sendiri dulu.
Bener ngak sih? Gue sok tau ngak ya? Hahaha XD