It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kenanya tu di sini.. *nunjuk hati* :v
@Pepen95 hahahaha...samaaa... T,T
Kalo nyanyi dipagi hari mah udah sering, tiap mandi pasti deh gue besenandung ria ngak pernah kelewat hahaha
lanjut ya! Ditunggu update nya
Klo nyanyi pelan2 ya klo ga bikin orang laen yg jadi illfeel
semangat pagi2, nyanyi2 dlu ah sblm ngantor, haha..
dibawa happy & positif thinking..
MENGATASI MUSUH TERBESAR ANDA !
Menundukkan orang lain membutuhkan tenaga,
Menundukkan diri kita sendiri membutuhkan kekuatan.
-LAO TZU, TAO TE CHING-
Pernahkah Anda memikirkan mengapa Anda tidak mencapai cita-cita yang Anda idam-idamkan? Mengapa Anda tidak mendapatkan hal-hal terbaik di dunia yang seharusnya Anda miliki? Mengapa hanya beberapa gelintir orang kelihatannya “beruntung” sementara kebanyakan dari kita kurang beruntung? Apa sebenarnya yang menghalang-halangi kita untuk mencapai hal-hal yang kita inginkan?
Beberapa buku terkenal juga membahas tentang perenungan penulis tentang apa yang membedakan seseorang yang sukses dengan seseorang yang “rata-rata”. Pada intinya penulis menemukan bahwa musuh kita yang paling besar adalah diri kita sendiri. Berapa kali kita mengatakan hal-hal di bawah ini terhadap diri kita sendiri : “ Ah, tidak mungkin, kamu tidak mungkin sukses karena kamu tidak memiliki gelar yang diperlukan,” atau “Itu bukan untuk kamu karena kamu bukan orang yang senang berbicara,” dan berbagai macam kalimat-kalimat negatif lainnya yang menghambat keberhasilan kita dengan memberikan pembatasan-pembatasan atau label-label tertentu pada diri sendiri.
Masyarakat Hindhu mengenal adanya tiga kualitas diri manusia yang menunjukkan hubungan antara manusia dengan penguasaan dirinya. Walau semua manusia diciptakan sama, pencapaian mereka dalam hidup berlainan karena setiap orang dikuasai oleh satu dari tiga kualitas manusia di bawah ini yang mengarahkan perilakunya paling kuat :
1. Tamas : kelambanan diri, hambatan, ketidakpedulian, dan penguasaan ego yang lemah. Kita berada dalam keadaan ini apabila kita merasa lemah, terbelakang, dan tidak giat secara fisik, lemah mental, dan cenderung menunda, tidak bersemangat secara kejiwaan, tak tanggap dan bosan. Dalam keadaan ini, musuh kita yang paling besar (diri kita) benar-benar telah menguasai dan kita tidak memiliki kekuatan untuk bertindak.
2. Rajas : kegiatan dan perjuangan yang dipengaruhi oleh ego. Dalam keadaan ini orang menjalankan tugasnya dengan sangat giat. Pikirannya bergejolak, terus menerus terangsang, bergulat dan kadang menyakitkan sehingga kegiatannya hanya menghasilkan kesenangan sesaat. Sifat kesenangan ini memiliki cacat. Dalam keadaan ini, musuh kita yang utama adalah ego kita yang telah menggelapkan mata hati kita.
3. Sattva : Keluasan, kesenangan, pengetahuan, dan kearifan. Seseorang bertindak sesuai bimbingan kearifan batin. Di masyarakat, ia penuh dengan energi dan tindakannya penuh dengan alasan. Secara pribadi ia sederhana dan berhati-hati. Ia selalu mempertanyakan apakah tindakannya sesuai dengan misi kehidupannya. Sehingga, hasil dari tindakannya ini selalu bermanfaat bagi kebaikan yang lebih besar, selain bagi nasib pribadinya sendiri.
Seseorang yang telah mengalahkan dirinya sendiri akan menjadi seseorang yang kuat secara mental dan tidak rapuh. Luwes, namun bukan berarti tidak tegas. Ingatlah sekali lagi bahwa musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.
Teknologi yang kita miliki sekarang menunjukkan bahwa otak manusia adalah sumber pengarah segala kehidupan kita apapun jadinya. Tempat kita sekarang berada, adalah hasil dari pikiran-pikiran kita di masa lalu. Ini bukan suatu kebetulan atau karena alasan-alasan keturunan genetis. Jadi hari ini kita belajar, bahwa apa yang terjadi di depan kita sepenuhnya akan tergantung kepada apa yang menjadi pikiran kita sekarang.
You are everything that is,
Your thoughts, your life, your dreams come true.
You are everything you choose to be.
You are as unlimited as the endless universe.
Gue harus ubah mindset gue dari sekarang kayaknya.
Lanjutin ya! Gue tunggu bab 5 nya
JANGAN PEDULIKAN PENDAPAT ORANG TERHADAP ANDA
Needing approval is tantamount to saying, “Your view of me is more important than my own opinion of myself.” –DR. WAYNE W. DYER-
Banyak sekali dari kita menghabiskan waktu memikirkan apa yang dipikirkan oleh orang lain tentang diri kita. Mulai dari cara berpakaian, kata-kata yang digunakan, cara berjalan, sampai pada pilihan-pilihan penting dalam hidup kita. Apabila persetujuan orang lain tersebut menjadi suatu kebutuhan kuat dalam diri kita, mungkin sudah saatnya kita harus mengubah pikiran tersebut dengan mengerti bahwa persetujuan orang lain sebaiknya merupakan keinginan, bukan kebutuhan.
Kita semua senang dengan pujian, tepuk tangan, serta dukungan orang lain. Oleh karena itu, bukan berarti apa yang dipikirkan oleh orang lain selalu tidak sehat dan tidak penting, kadang penghargaan tersebut sering kali menyenangkan. Tentu saja, mencari persetujuan atau pujian orang akan menjadi salah apabila dijadikan sebuah kebutuhan, bukan keinginan.
Dalam bab ini perlu ditekankan adanya perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Perbedaan dari kedua hal tersebut jelas sekali, menginginkan berarti kita senang ketika mendapatkan persetujuan dari orang lain, namun, apabila kita membutuhkannya, kita akan merasa hancur jika tidak mendapatkannya. Keadaan seperti itu menjadi tidak sehat dan cenderung destruktif terhadap tujuan-tujuan yang kita capai dalam hidup. Sehingga, sering kali pilihan-pilihan hidup kita merupakan pengharapan-pengharapan orang lain yang ada di sekeliling kita, yang mungkin juga sangat kita hormati dan cintai.
Salah seorang teman penulis, yang adalah seorang dokter, pernah mengatakan betapa tertekannya ia dalam menggeluti profesinya karena sebenarnya menjadi dokter adalah cita-cita sang ayah yang juga seorang dokter terkenal di tempat penulis tinggal.. Sementara itu, ia merasa memiliki bakat kuat dalam bidang seni lukis yang terpaksa harus ia kubur dan tinggalkan karena kesibukannya kuliah dan mengambil program spesialis. Anda bisa bayangkan, seseorang yang bekerja keras hanya untuk memenuhi pengharapan orang lain, sementara itu, ia rela mengorbankan apa yang sebenarnya menjadi misi hidupnya yang terus menerus dibisikkan oleh hati nuraninya.
Dalam buku ini juga ditulis pengalaman salah satu kenalan penulis, sebut saja Brett. Semasa SMA dulu, Brett termasuk siswa yang pandai dan cerdas. Di rumahnya, Brett tidak boleh menonton TV atau mendengarkan musik, layaknya kebanyakan remaja senangi. Apalagi hadir di pesta-pesta yang kadang diadakan di sekolahnya. Mustahil bagi Brett untuk mengikuti acara-acara seperti itu, karena ia bercita-cita untuk menjadi pemuka agama terkemuka. Ketika penulis bertemu kembali dengan Brett, ia tampak lebih gemuk, kusam, dan kurang bahagia. Ketika penulis bertanya mengapa ? Dengan suara yang dalam ia menjawab, “I am a gay, and I can’t be the person people want me to be.” (Saya adalah seorang homoseksual, dan saya tidak dapat menjadi seseorang yang sesuai dengan harapan orang lain.) Saat itu penulis bahkan sempat mengantarkan Brett untuk membeli obat antidepresi di sebuah apotik.
Kebutuhan untuk selalu disetujui oleh orang lain bisa menghancurkan kehidupan seseorang. Pada tingkat lebih lanjut, hal ini bisa memaksa kita memiliki citra diri yang tidak jelas. Oleh karena itu, mentalitas yang selalu mencari persetujuan orang lain harus dihilangkan. Terutama sekali, apabila kita benar-benar memiliki komitmen kuat dalam menemukan misi hidup kita. Secara psikologis, kebutuhan tersebut hanya akan memberikan jalan buntu. Secara fisik kita dapat hidup tetapi hanya menjalani kehidupan yang telah digariskan oleh pengharapan-pengharapan sosial. Inilah yang akan menghambat kehidupan fisik, mental, dan spiritual kita. Sementara itu, hidup yang bermakna membutuhkan pemenuhan yang optimal antara ketiganya.
Menurut Dr. Wayne D. Dyer dalam bukunya Your Erronrous Zones, ada 3 pengaruh yang menjadikan seseorang memiliki sikap “Don’t trust yourself, check it out with someone else first”, sikap yang tidak percaya diri dan selalu meminta pertimbangan orang lain terlebih dulu, antara lain :
1. Pengharapan Keluarga di Masa Kecil
Dalam banyak kasus, budaya kita selalu mengajarkan anak-anak untuk bergantung pada orang lain daripada pendapat dirinya sendiri. “Harus pakai baju yang mana?”, “Dengan siapa saya boleh bermain?”, “Tanya dahulu semua dengan Ayah atau Ibu,” dsb. Kahlil Gibran dalam bukunya The Prophet (Sang Nabi), dengan cantiknya menuliskan hal di bawah ini mengenai anak-anak kita :
Your children are not your children
They are sons and daughters of Life’s longing for itself
They come through you but not from you
And though they are with you yet they belong not to you
2. Pengharapan Orang Lain di Masa Sekolah
Pada saat seorang anak masuk sekolah, anak-anak memasuki sebuah institusi, di mana mereka harus mendapatkan persetujuan dari guru mereka bahkan untuk hal-hal yang kecil : minta izin kepada guru untuk buang air kecil, terima saja apa kata guru dan jangan coba-coba membuat opini sendiri untuk mendebat, beli buku apa yang diharuskan oleh guru, dll. Sistem ini lebih bersifat kolonial dan tidak menciptakan manusia yang memiliki aktualisasi diri.
3. Pengharapan dari Institusi-Institusi lainnya
Setiap hari kita dijejali oleh pesan-pesan halus yang diterima dari iklan-iklan di TV, lagu, seperti hal-hal yang biasa kita dengar di bawah ini :
“Tanpamu, apalah artinya”
“Anda adalah seorang pria tulen bila Anda menggunakan produk X”
“Anda akan lebih cantik bila Anda menggunakan kosmetik A”
Jangan pedulikan Pendapat Orang Terhadap Anda, memberikan kita kebebasan untuk mendengarkan bisikan nurani kita untuk mencapai potensi kita yang paling optimal. Untuk kemudian, dapat melakukan aktualisasi diri dan menjadi yang terbaik. Cara paling sederhana untuk mengatasi hal tersebut di atas, adalah dengan melakukan teknik Self-Acceptance atau penerimaan diri. Seseorang yang telah mengetahui tujuan hidupnya, mengerti benar apa yang menjadi kekuatan dirinya. Ia akan menerima dan mengakui tanpa syarat kekurangan-kekurangannya, kemudian menggunakan hal tersebut sebagai sebuah peluang untuk perbaikan.
Jadilah diri kita sendiri dan capailah potensi terbaik kita. Jangan biarkan orang lain mencuri cita-cita Anda. Jangan peduli Pendapat Orang Terhadap Anda, berarti juga bahwa kita adalah nahkoda dari kehidupan kita sendiri.
Temukan dirimu dan Jadilah Dirimu Sendiri.
End Of Langkah 1 (BAB 1-5) : Ubah Sikap Anda !
To be continued...
Next .. Langkah 2 (BAB 6-9) : Perbaiki Citra Diri Anda !
huhu
susah buat gue Buat ngak peduli dengan pendapat orang, mereka seperti penentu kebahagiaan buat gue. T-T tapi gue ngak pernah minta dipuji orang lain.
Gue cuma ngak bisa orang lain berpikiran jelek tentang gue, jadi kepikiran sendiri kalo udah kayak gitu T-T
lanjut ya. Gue stay tune terus disini