BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Lelaki Bertopeng Besi

145791020

Comments

  • sempet lupa? aku tunggu akhirnya up juga,,, semangat ya,,,?
  • aku pun harus flashback..
    *syuuut..!!
    :D
  • edited December 2014
    ooh.. yg ktm org mandi di kali
    #plaak!
    *efekdopost*
  • 4#
    Chemistry? Cinta dan Sains

    “Kak kita mau kemana?” tanya Abi terbata – bata. Belum pernah ia mendapati kekasihnya sebegitu marahnya selama mereka jadian. Sedari tadi tangan Abi tak bisa lepas dari pinggang Sayans. Motor ninja hitam Sayans dipacu dengan sangat kencang. Abi hanya bisa menempelkan wajahnya ke punggung Sayans sambil berdoa dalam hati. Sepertinya baru kemarin ia mendapat ciuman pertama dari lelaki idamannya, namun sekarang semuanya nampak sedikit lebih mirip seperti neraka.

    “Kita udah sampai”. Motor ninja hitam itupun dengan gagah berhenti di depan sebuah rumah. Rumahnya cukup sederhana namun begitu tertata rapid an sangat asri. Ada pohon manga tinggi menjulang di halaman depan sehingga melindungi rumah itu dari panasnya terik matahari. Sesekali berkas cahaya masuk melalui celah – celah pepohonan berpadu dengan angin semilir yang berdatangan bagai gelombang.

    “Ayo masuk!”. Sayans menarik tangan Abi menuju teras rumah. Abi begitu ringkih bila dibandingkan dengan Sayans. Jelas saja, olah raga tak pernah disentuh sedikitpun oleh Abi. Bahkan ketika jam pelajaran olah raga di sekolahpun, Abi kerap beralasan sakit agar tak perlu mengikuti jam pelajaran tersebut.

    “i-i-ini rumah kak Sayans?” tanya Abi terbata – bata – lagi.

    “Iya, ayo cepet masuk”. Tangan Abi kembali menjadi sasaran empuk cengkeraman Sayans.

    “Ihhhhh, kakak apaan sih, sakit tau!”. Kesabaran Abi memuncak, iya melepaskan tangan Sayans begitu sampai di dalam rumah.

    Seketika Sayans langsung memeluk Abi.

    “Maafin gue ya” ucap Sayans sambil memeluk Abi.

    “ihhh, lepasin, papa mama kakak kemana, ntar sampe ketahuan gimana, lepasin ngga!” Abi menangis. Bukan sedih atau takut. Ia justru lega orang yang sedang memeluknya adalah benar kekasihnya Sayans Stamatis Anugrah bukan preman kampung yang sukanya bertindak kasar kepada siapa saja yang lemah.

    “Ka Sayans jahat!!!! Abi benciii! Abi bencii kak Sayans! Ucap Abi sekenanya di dalam pelukan Sayans.
    Dengan cepat Sayans langsung menunduk dan mencium Abi tepat di bibirnya. Abi langsung terdiam.

    “Lo bisa ngga sih jangan manggil gue kak terus, gue ini pacar lo, panggil gue Say kek apa kek, udah sebulan jadian juga, masih aja manggil gue kak” Sayans menceramahi Abi sambil membuang pandangannya. Sayans paling tak sanggup jika melihat muka Abi yang sedang merah padam menahan malu. Wajahnya terlihat begitu lucu dan menggemaskan. Beberapa hormone dalam tubuh Sayans mulai bereaksi dan menstimulasi otaknya untuk bekerja di luar kebiasaannya.

    “Bi, gue horny”. Ungkap Sayans tanpa basa – basi. Abi langsung meninju perut Sayans dan melompat menjauhinya.

    “iiiih, kak Sayans apaan sih!!!!” Abi semakin salah tingkah. Tak dapat dipungkiri kemaluannya pun ikut mengeras. Reaksi kimia yang tak biasa mengalir deras dalam tubuh dua pasangan muda itu. Chemistry.

    ----------------------------------------------------------------

    Pemuda itu terus – menerus berciuman. Bergerak penuh irama seolah jantung mereka yang memainkannya secara padu. Sesekali Sayans membelai lembut kepala Abi dan Abi memgang erat pinggang Sayans. Ruang tamu itu dibiarkan gelap seakan ingin membiarkan dua pasangan itu agar tak terusik. Beberapa foto dan lukisan seolah terpatri melihat romansa yang terpampang jelas di hadapan mereka. Keduanya kemudian terduduk di atas karpet.

    “Abi?” panggil Sayans kepada Abi. Abi tahu itu bukan panggilan biasa yang selama ini orang – orang lakukan padanya, itu terasa seperti asking for permission lebih tepatnya.

    “Eh? Apaan?” Abi mencoba pura – pura tidak tahu. Namun Sayans langsung membuka seragam kelas sebelasnya itu. Nampak jelas di depan Abi otot- otot yang indah tercetak di dada dan perut Sayans. Ia hanya bisa terbengong dan memerahkan lagi mukanya. Sayans langsung memeluk Abi dan menggigit daun telinganya. Abi mendesah tidak karuan. Abi tidak tahu bahwa daun telingannya bisa menjadi begitu lezat untuk seorang Sayans.

    “Kakak belajar darimana sih kok pake gigit – gigit kuping Abi?” tanya Abi dengan polosnya.

    “Hahahahahaha” seketika tawa Sayans pecah.

    “Lo ini ngga pernah nonton bokep ya?” tanya Sayans sambil sesekali menahan tawanya.

    “Ngg-ngga” jawab Abi dengan polosnya.

    “Dasar bocah!” ledek Sayans sambil menepuk – nepuk kepala Abi. Wajah Abi memerah dan terus memerah tanpa dikomando.

    “Ini udah gini aja?” tanya Abi dengan mukanya yang merah padam.

    “Hahahahaha” sekali lagi tawa Sayans pecah. Abi tertunduk semakin malu.

    “Nanti kita lanjutin kalo kamu udah siap, sekarang belajar dulu aja yang rajin”. Sayans mengusap lembut pipi Abi dan kemudian mencium bibirnya. Kali ini tegangan di tubuh mereka sudah menurun. Endorfin mengganti rasa dalam tubuh mereka hingga penuh dengan kebahagiaan.

    “Jangan deket – deket sama cowok lain, apalagi Ryan!” Sayans kemudian merubah posisinya hingga tidur di pangkuan Abi. Sayans benar – benar tertidur. Sepertinya sudah sangat lama ia tidak menikmati tidur di pangkuan orang tersayang. Sejak ayahnya meninggal, keadaan keluarga Sayans nampak tak berjalan baik. Ia harus pindah ke rumah yang lebih kecil untuk menghemat biaya. Ibunya selalu pulang malam untuk bekerja menggantikan posisi ayahnya. Kakak perempuannyapun telah lama merantau ke ibu kota untuk menyambung hidup keluarganya. Setiap hari Sayans selalu sendirian di rumah. Itulah sebabnya ia selalu menyibukkan dirinya dengan kegiatan – kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Abi melihat wajah bahagia yang begitu tenang di pangkuannya. Abi tak bisa memendam rasa untuk mencium wajah itu. Ia mencium pipi Sayans cukup lama. Abi menangis. Tangis bahagia sepertinya.

    “Aku sayang kamu kak”.
  • doakan TS ya agar lulus Pra - TA semester ini hahahaha :'''')
    disini meuni susah lulusnya, kezel gue ih *curcol
  • Selugu itukah abi? :S
  • well yes, he's still in the first grade in SHS, what are you expecting actually? hahahaha gue sendiri baru nonton bokep kelas 3 SMA anyway :'| @arieat
  • cepet up lagi ya,,,,,, hehehe
  • mesranya mereka berdua ...
  • mesranya mereka berdua ...
  • mesra, mengharu biru,,, #mga gk ada penghalang,,,?
  • moga berjalan lancar ya! :D
  • Tidak biasanya Minggu ini Abi bangun pagi. Bukan untuk olah raga pagi atau sekedar menonton film kartun favoritnya, melainkan pagi ini ia harus belajar bersama dengan Sayans. Abi merasa bahwa dirinya sudah cukup pintar dengan meraih peringkat ketiga di kelas, namun Sayans nampak tak puas. Sayans yang selalu mendapat peringkat pertama di kelas terus – terusan menasihati Abi tentang banyak hal, tentang sains, dan tentang apa saja yang tak jarang Abi sedikit jenuh mendengarnya. Sayans ingin Abi mendapat peringkat pertama di kelasnya. Kemarin Sabtu Sayans memutuskan secara sepihak untuk membantu Abi belajar terlebih sebentar lagi ujian kenaikan kelas sudah di depan mata.

    “Bunda, Abi berangkat dulu” pamit Abi sambil mengecup punggung tanggan ibunya.

    “Tumben kamu rajin banget, mau kemana?” tanya Bundanya heran.

    “Mau belajar bareng kak Sayans” balas Abi sambil meninggalkan ibunya.

    “Tumben Bunda nanya – nanya soal aku, biasanya cuman ngajar ngaji, ikut pengajian sana – sini, arisan, blab la bla” Abi mulai mengomel dalam batinnya.

    “Yah, Abi berangkat dulu” lagi, kali ini Abi memberi salam kepada ayahnya dan mengecup punggung tangan beliau.

    “Iya, hati – hati” jawab ayahnya sambil kemudian berlalu ke dala rumah.

    “See? Mereka berdua kapan sih care sama aku?” ungkap Abi “lagi” dalam batinnya.

    “I’ll never be their son anyway” lagi lagi Abi membatin.

    “Hei bocah, jangan ngedumel mulu, buruan pake helmnya”. Seketika Sayans membubarkan lamunan Abi dan menyodorkan helm putih yang biasa Abi kenakan. Helm ini Sayans hadiahkan ke Abi saat kenaikan semester kemarin. Sayans menganggap helm Abi sudah butut dan tidak aman lagi untuk dipakai, bagaimana bisa aman, helm bahkan itu tanpa kaca penutup dan penuh dengan retakan. Sayans paham betul bagaimana cueknya Abi bahkan untuk sekedar mengganti helm.

    “Iya iyaaaa” Abi menjawab sedikit sewot, bukan karena marah, tapi lebih karena malu Sayans mendapatinya melamun di pagi secerah ini. Mereka kemudian berangkat dan tenggelam dalam percakapan – percakapan penuh cinta ala mereka berdua. Tampak beberapa burung merasa iri dengan kedekatan mereka dan terbang menjauh.

    Udara pagi itu cukup dingin. Beberapa kabut terlihat masih enggan untuk menyingkir dari sudut – sudut jalan. Para pasukan berseragam kuning juga tengah asyik melakukan tugas yang sedang mereka emban. Sambil menyetir, Sayans menarik tangan Abi untuk menggenggam erat pinggangnya. Abi hanya bisa tersipu malu dibalik kaca helmnya. Waktu berjalan begitu cepat bersama mereka.

    “Eh, ayo turun, mau sampai kapan meluk gue kaya gini?” perintah Sayans yang lebih terdengar seperti titah seorang raja. Abi tak sadar jika ia tertidur di tengah perjalanan tadi.

    “Mmmm, iya maaf, Abi masih ngantuk tau, lagian belajar barengnya apa ngga kepagian jam segini?” bela Abi sambil sesekali menguap.

    “Udah, ayo masuk, bawel” Sayans menarik tangan Abi menunju ke dalam rumah.

    “Sa-Sayans, mama berangkat dulu ya”. Wanita paruh baya keluar dari dalam rumah sambil membawa sebuah koper besar. Wanita itu memberikan pandangan penuh tanya ke arah Abi.

    “Mama mau kemana? Tanya Sayans.

    “Mama ada meeting ke luar kota, sepertinya akan lama, kamu jaga rumah ya, dan ini?” wanita itu mengulurkan tangannya ke arah Abi. Abi segera melepaskan genggaman Sayans dan mencium punggung tangan wanita itu. Entah sudah berapa kali Abi mencium punggung tangan orang pagi ini.

    “Abi Tante, adik kelasnya kak Sayans” ucap Abi memperkenalkan diri.

    “Oh, adik kelas, sering ke sini ya? Tante kok ngga pernah dengar tentang kamu dari Sayans ya?” ucap ibu Sayans yang terdengar sedikit mengintimidasi.

    “Udah deh ma, ntar Sayans juga cerita ke mama” dengan cepat Sayans memotong pertanyaan ibunya.

    “Oh okay, Tante pergi dulu ya nak Abi, Tante titip Sayans ke nak Abi ya, Tante bisa ketinggalan pesawat kalo lama – lama disini” ujar waita itu pergi meninggalkan Abi dan Sayans. Abi hanya bisa terdiam mematung.

    “Apa arti semua ini?”

    “Does she know about us?” tanya Abi dalam hati.

    -----------------------------------------

    “Kak, uda dong, Abi capek belajar terus” ungkap Abi yang telah menghabiskan waktu 3 jam mengerjakan soal matematika yang diberikan oleh Sayans.

    “Yaudah, sini – sini” tiba – tiba Sayans menarik Abi kedalam pelukannya. Abi yang jauh lebih pendek dari Sayans langsung tenggelam dalam pelukan hangat itu. Sayans mendekatkan pipinya sehingga bersentuhan dengan pipi Abi.

    “Gue suka kalo muka lo jadi merah gini” ledek Sayans.

    “Terserah lo” Abi merasa kalah dan membiarkan dirinya tenggelam dalam rasa nyaman yang diciptakan oleh pelukan Sayans itu.

    “Eh, lo pasti belum sarapan kan? Gue sampe lupa” tanya Sayans. Sayans sedikit demi sedikit sudah mulai mengenal Abi, kebiasaannya, kecerobohannya, keengganannya untuk sarapan, dan banyak hal – hal kecil lainnya. Sayans merasa bahagia mengenal Abi.

    “Abi ngga laper” jawab Abi ketus.

    “Ntar kalo maag lo kumat gue ngga mau naggung ya!” balas Sayans sambil mencoba melepaskan pelukannya.

    “Uda sini aja, Abi mau dipeluk kakak terus, mau dipeluk yang lamaaaaaaa” ungkap Abi polos sambil mengucapkan kata lama dengan cukup “lama”. Sayans tertawa sambil tersenyum manis melihat kelakuan kekasihnya itu.

    “Ogah gue, gue mau masak dulu, gue laper, lo pelukan aja sono sama monyet” Sayans berdiri dan melangkah menuju dapur.

    “Ihhhh, awas yaa, awas sampe minta cium – cium Abi!” Abi berdiri mengekor membuntuti Sayans. Namun tiba – tiba Sayans berbalik dan mencium Abi.

    “Emang kalo dicium kenapa?” tanya Sayans sambil berlalri menuju dapur meninggalkan Abi. Abi terdiam. Ia tidak mampu berkata – kata, seolah – olah jantungnya hendak meledak. Seperti ada yang memompa mereka dengan sangat cepat dan membuat aliran darahnya begitu deras.

    “Eh, bocahnya malu, mukanya merah kaya pantat bayi yang habis ditabok bokapnya” ledek Sayans dari dapur.

    “Huaaaaaaaa” Abi berteriak sambil duduk terjatuh. Panik. Sayans langsung berlari menghampiri Abi.

    “Eh, eh, lo kenapa? Maag lo kumat?” tanya Sayans panik.

    Cup.

    Abi mencium bibir Sayans dengan cepat.

    “I got you! Hahahaha” balas Abi dengan penuh tawa.

    “Dasar bocah!” ucap Sayans dalam hati sambil memeluk Abi.
Sign In or Register to comment.