It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
okta itu ce ya atau co? hhehe, pertanyaan gak mutu ni tapi da penasaran
Langkah – langkah itu dengan perlahan menyusuri ruangan yang tenggelam dalam gelap. Rangkaian ubin yang dingin sudah bersiap untuk menyambut lembut kaki Abi. Abi langsung menuju ke dalam kamar mandi dan sedikit membanting daun pintunya. Ruangan itu memiliki terang lampu kuning yang hangat. Bentuknya persegi dan terletak menyendiri di luar rumah. Haris berdiri di depan pintu kamar mandi dengan sesekali menguap. Tak lama kemudian pintu kamar mandipun terbuka.
“Mas Haris, maafin Abiii yaaa, Abi kebelet pipis banget, tapi ngga berani sendirian kalo kamar mandinya di luar gini, kamar mandi yang di dalem kan lagi dibersihin” jelas Abi panjang lebar sambil membetulkan celananya. Wajahnya berubah merah padam ketika ia menengadahkan kepalanya.
“Iya Abi, ngga kenapa – kenapa kok, kamu lucu banget sih?” Haris mengelus - elus kepala Abi sambil tersenyum.
“Udah yuk balik, dingin nih Bi” ajak Haris sambil merangkul pundak Abi. Abi hanya bisa tertunduk malu di sepanjang perjalanannya kembali menuju kamar. Semua ketakutannya seolah berubah dari warna hitam menuju merah muda. Dadanya terasa sesak seakan ada sesuatu yang berteriak ingin keluar.
“Bi, menurut Lo, Okta itu cewek yang kaya gimana sih?” tiba – tiba Haris menanyakan Okta kepada Abi.
“Hmmm, kalo menurut Abi ya mas, Okta itu anaknya baik bangeeet, orang terbaik yang pernah Abi kenal” jawab Abi spontan sambil menenggelamkan diri dalam selimutnya.
“Baik gimana nih Bi” Haris mengubah posisi tidurnya menghadap Abi.
“Ehmm, mmm, ya a baik gitu pokoknya” jawab Abi sambil salah tingkah. Ia berkali kali menghindar dari tatapan lembut yang terpancar dari kedua mata Haris.
“Oh ya, gimana ceritanya Abi bisa kenal deket sama Okta? Haris terus memandangi Abi tanpa henti, seolah malam itu adalah malam milik mereka berdua. Mereka terus bercerita dan tenggelam satu sama lain. Malam itu atap – atap kayu seakan merasa cemburu dengan tingkah kedua pemuda itu. Beruntung sekali Abi karena ia bisa sedekat itu dengan pria yang membuat jantungnya berdegup kencang secara otomatis. Mereka berdua terlelap di dalam malam yang panjang. Sisa – sisa percakapan merekapun masih hangat melekat di dalam otak Abi. Malam itu, ruang persegi empat dengan dinding bercat hijau menjadi saksi betapa bahagianya Abi saat itu.
“Selamat malam mas” Abi menatap wajah polos Haris yang tertidur pulas di hadapannya.
Sudah ada dua minggu Abi dan Nisa berada di Pati. Hujanpun kini mulai malu – malu untuk hadir kembali. Matahari nampak begitu senang karena ia bisa kembali menyapa sosok – sosok yang mulai merindunya.
“Bi! Ayo bangun! Kita jalan yuk!” suara lembut itu sayup – sayup terdengar di telinga Abi. Matanya berusaha keras untuk terbuka. Ia merasakan tubuhnya sedang diguncang.
“Bi ayo Bi bangun!” suara itu kembali terdengar.
“eh, I – iya” Abi bangkit dari tidurnya dengan mata yang masih terpejam. Perlahan ia membuka matanya sambil sesekali mengusapnya. Kesadarannya seketika kembali. Di depannya sudah ada Haris yang berdiri di depannya, pria yang membuat Abi jatuh cinta saat pertama kali melihatnya.
“Mas Haris? Mau kemana kita mas?” tanya Abi malu – malu.
“Udah ikut aja, Okta bilang kita mau ke kebun” jawab mas Haris manis sambil menarik lengan Abi. Abi langsung berjalan penuh semangat ke luar rumah.
“Eh pangeran udah bangun” ledek Okta kepada Abi.
“Hahaha, maaf membuat rakyatku sekalian menunggu” jawab Abi ngasal sambil menirukan gaya ratu Elizabeth ketika menyapa warga Inggris.
“Cuih, udah yuk berangkat, keburu terang, ntar panas” Okta langsung memberi instruksi yang terkesan menasihati.
“Abi naik motor sama aku aja ya” tawar mas Haris. Abi hanya bisa mengangguk malu.
“Eheem” Nisa sengaja membuat batuk imitasi. Tatapan matanya langsung dialihkan ke arah lain. Abi dan Haris hanya terdiam melihatnya.
“Udah yuk” Okta menarik Nisa untuk duduk dalam boncengannya. Nisa hanya bisa diam menuruti Okta seakan tahu bahwa dirinya mungkin sedikit keterlaluan terhadap Abi.
Berkas – berkas matahari dengan lembut menembus celah pepohonan memaksa hangatnya untuk menepis dinginnya pagi itu. Muda – mudi itu berjalan melintasi jalanan yang penuh dengan belokan tajam sambil diiringi merdunya kicauan burung yang entah dari genus atau famili apa. Hanya suara motor yang sangat dominan terekam dalam perjalanan mereka. Semua saling diam dengan hati dan pikiran masing – masing. Dinginnya pagi seakan menjadi semakin dingin sedingin perang dingin kapan tahun. Kebun yang didamkanpun mulai menampakkan batang hidungnya. Motor – motor itupun bersarang di bawah pohon randu setinggi lima meter. Randu itu sepertinya sedang bahagia sambil sesekali menaburkan serbuk kapuk yang ia punya. Bunyi rerumputan renyah terdengar saat bergesekan dengan sepatu dan sandal yang mereka pakai.
“Ta, aku kesana dulu ya sama Abi” Haris langsung menarik lengan Abi tanpa sempat Abi berhasil memprotes. Haris dan Abi pergi menjauh hampir hilang termakan kabut meninggalkan dua gadis cantik di dekat pohon randu setinggi lima meter.
“Ta, kenapa sih Haris demen banget sama si Abi, kesel gue” Nisa memulai percakapan pagi itu dengan sangat baik.
“Ngga Nis, ya mereka kan sama – sama cowok, jadi ya wajar lah kalo kemana – mana bareng” Okta berusaha menjawab dengan tenang.
“Tapi lo liat kan kelakuan si Abi, genit banget masa” lagi – lagi Nisa memulai pernyataan dengan sangat baik. Okta hanya bisa diam mendengarkan ocehan Nisa. Ia sedang ingin menikmati okssigen segar pagi ini membasuh paru – parunya. Kedua pemuda yang tadi menghilang sepertinya sedang asyik dalam selimut kabut. Mereka duduk tanah yang sedikit basah oleh embun.
“Bi, mas boleh ngomong sesuatu ngga ke Abi?” Haris tiba – tiba memasang wajah serius.
“Eh- ehmm, i- iya mas” jawab Abi terbata – bata. Dadanya terasa sesak karena energi yang dikeluarkannya untuk melakukan sebuah dentuman keras di jantungnya sangat besar. Mukanya merah padam seperti biasa ketika ia sedang malu. Abi mengira – ngira kalimat seperti apakah yang akan dikeluarkan oleh pria pujaan hatinya itu.
“Mungkinkah mas Haris ingin menyatakan cintanya?” tanya Abi dalam hati.
@Grem @kogou_shigeyuki25 @Mr_Makassar @kogou_shigeyuki25 @arieat @3dhyart_cusman
@rio_san @caetsith @d_cetya @ramadhani_rizky
Haris cuman mau minta tolong comblangin ke si okta juga :P
Haris cuman mau minta tolong comblangin ke si okta juga :P