It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kehilangan sang buah hati. Apalagi jika sang anak
baru saja dilahirkan. Bukan hanya manusia saja
yang bisa merasakan kesedihan ini, ternyata seekor induk kera juga bisa merasakan kepedihan yang sangat memilukan ketika anaknya yang baru saja lahir harus mati. Momen mengharukan ini ditangkap oleh fotografer Andrew Walmsley saat berkunjung ke Cagar Alam Tangkoko dan Taman Nasional di Sulawesi.
Seekor induk kera terlihat menggendong anaknya
dengan perasaan lembut, namun anak kera tersebut terlihat pucat dan seperti tidur sangat pulas. Kemudian ada seekor kera jantan yang
menghampirinya dan mencoba ingin menyentuhnya. Si kera betina buru-buru menangkisnya, sebagai tanda tak ada yang boleh menyentuh anaknya. Anak kera tersebut ternyata meninggal satu minggu setelah dilahirkan, berdasarkan pantauan petugas, seperti dilansir dari dailymail.co.uk. Sang induk memeluk erat anaknya, mencium, dan menatapnya penuh kesedihan. Sepertinya sang induk masih berharap anaknya kembali membuka mata. Kera betina itu terus saja memeluk anaknya hingga 2 hari, sebelum akhirnya dengan kerelaan dia melepaskan anaknya.
Beginilah bagaimana seekor kera sangat
menyayangi anaknya, namun kenapa masih ada
saja ibu yang tega meninggalkan anaknya di depan rumah orang lain atau menelantarkannya.
berharga. Mereka akan melindungi anak mereka
sebaik-baiknya, bahkan jika harus membayarnya
dengan nyawa. Keberanian itu dibuktikan oleh
seorang warga Singapura bernama Tan Boon Chong (22 tahun). Saat putranya terjebak di dalam kebakaran, dia nekat menyelamatkan buah hatinya. Dilansir oleh stomp.com.sg, Tan mendapati anaknya terjebak dalam kebakaran. Pria yang masih sangat muda ini langsung memakai kain penutup hidung dan berlari menuju lokasi kebakaran. Tan bermaksud menyelamatkan anaknya yang terjebak, karena petugas pemadam belum datang ke lokasi kejadian. Banyak orang berdebar menunggu Tan dan putranya keluar dari jilatan api.
Namun sayang, Tuhan berkehendak lain. Saat
petugas pemadam kebakaran datang dan masuk ke dalam bangunan, Tan dan putranya telah meninggal dunia. Mereka berdua terjebak di dalam dan tidak bisa keluar. Yang mengharukan, Tan dan putranya ditemukan dalam kondisi berpelukan, seolah Tan ingin melindungi putranya hingga detik-detik terakhir hidupnya. Laporan ini disampaikan oleh Angkatan Pertahanan Sipil Singapura, tubuh Tan dan putranya ditemukan telah meninggal karena api sangat sulit dikendalikan. Petugas pemadam kebakaran telah tiba di lokasi 15 menit setelah kebakaran, namun sulitnya proses pemadaman membuat evakuasi korban di dalam bangunan sulit dilakukan. Bagi orang-orang terdekat, Tan adalah sosok pria yang sangat baik. Dia juga sedang berpacaran dengan seorang wanita dan mereka sebenarnya akan menikah secepatnya. Namun takdir berkata lain.
melakukan hal yang sangat luar biasa. Kota Chibure di Mozambil dilanda banjir besar, hingga akhirnya mengubah daerah tempat tinggal Carolina Chirindza menjadi danau penuh buaya. Dalam keadaan siap untuk menunggu kelahiran sang buah hati, karena tidak sempat mengungsi, Carolina akhirnya memanjat pohon dan berada di tempat tersebut selama 4 hari.
Pada hari ke-4 Carolina melahirkan putrinya dengan selamat dan setidaknya juga selamat dari ancaman buaya. Perjuangan hebat dilalui Carolina, selama dirinya berada di pohon, dia sama sekali tidak memiliki persediaan makanan dan minuman. Namun ibu hebat ini berusaha bertahan agar dia dan bayinya bisa selamat dari terkaman buaya. Akhirnya beberapa saat setelah ibu ini melahirkan, datang bantuan helikopter menyelamatkan mereka.
banyak tantangan dan kisah yang mengharukan.
Selain beresiko nyawa akan terancam, ternyata
ikatan batin antara sesama rekan kerja juga begitu
kuat. Hal ini seperti terekam dalam sebuah dokumentasi foto yang menunjukkan dua orang saling bergandengan tangan saat jatuh dari ketinggian. Mereka adalah tim pemadam kebakaran Qiang Lingyun dan Liu Je. keduanya meninggal bersamaan setelah jatuh ke tanah.
Saat itu mereka sedang berusaha memadamkan api di sebuah apartemen Shanghai, China. Namun di antara bahaya api yang menyambar-nyambar,
ternyata ada sebuah ledakan mengejutkan yang
mementalkan Liu Je. Qian Lingyun yang merupakan senior Liu Je berusaha menyelamatkan rekannya itu. Namun ledakan itu begitu kuat mementalkan keduanya ketika Qian Lingyun sudah berhasil meraih tangan Liu Je. Akhirnya kedua pemadam kebakaran ini tak ada yang selamat karena jatuh dari lokasi yang sangat tinggi. Namun juru bicara tim pemadam kebakaran, Jian Ku, memberikan penghormatan dan terharu akan keberanian dua anak buahnya.
"Pemadam kebakaran selalu saling memperhatikan
satu sama lain. Kejadian ini menunjukkan kuatnya
hubungan dan ikatan antara personel penyelamat
dengan yang lainnya. Melindungi satu sama lain dan tak terpisahkan dalam kematian," kata Jian Ku. Seluruh kolega dan sahabat dari kedua pemadam
kebakaran ini memberi penghormatan terakhir dan
ucapan bela sungkawa pada keluarga yang
ditinggalkan. Keberanian mereka akan selalu
dikenang. Di saat nyawa di ujung tanduk pun, masih memikirkan orang lain dan berusaha menyelamatkan sahabatnya.
dilakukan Elizabeth Joice dari New York. Wanita ini
didiagnosa menderita tumor ganas pada tahun 2010 lalu. Setelah menjalani serangkaian pengobatan dan kemoterapi, akhirnya Joice dinyatakan bebas dari kanker. Joice menikah dengan Max, meskipun dokter menyatakan bahwa mustahil baginya bisa memiliki anak dari rahimnya. Namun Joice menantang perkataan dokter dan berhasil membuktikan bahwa dirinya berhasil hamil pada tahun 2013.
Sayangnya, 1 bulan setelah mengetahui dirinya hamil, Joice diberi tahu jika kankernya kembali dan
dokter menyarankan untuk menggugurkan janinnya. Joice dan suaminya Max memang memiliki pilihan yang sulit, namun Joice mengatakan hal yang tak terduga pada Max, "jika aku menggugurkan anak ini, kemudian aku tidak bisa hamil lagi, hatiku pasti sangat hancur". Demikian akhirnya Joice memilih memberikan kesempatan untuk bayinya bisa lahir ke dunia. Keadaan ini membuat dokter kesulitan untuk memeriksa kanker Joice. Akhirnya hari kelahiran anak Joice tiba, melalui operasi caesar akhirnya Joice bertemu putri kecil yang sudah sangat ditunggunya pada bulan Januari lalu. Namun
sayang, Joice tak bisa menemani putri kecilnya
tumbuh, kanker telah menggerogoti tubuhnya, Joice meninggal dan pada saat terakhirnya, Max
membawa Lilly putri mereka untuk terakhir kalinya
menatap sang ibu.
membersihkan dirinya. Yang digaris bawahi di sini
adalah dia ingin melakukan sesuatu pada dunia
dengan tidak menghabiskan air bersih yang semakin hari semakin langka. Rob memulai sebuah kampanye untuk gaya hidup yang ramah lingkungan dengan bersepeda mengelilingi Amerika. Salah satu aturan yang dia buat sendiri adalah tidak membuang air untuk mandi, sehingga dia hanya bisa membersihkan tubuh di danau, sungai, hujan, atau saluran air yang bocor. Rob juga selalu mencatat berapa banyak air yang dia gunakan agar dapat mengetahui seberapa banyak air yang sebenarnya dibutuhkan untuk hidup
dan berapa banyak yang sudah terbuang sia-sia.
Setelah satu tahun hidup dengan cara unik, Rob
menceritakan kisahnya untuk menginspirasi orang
lain. Dia tidak bau atau menjijikkan seperti yang
dibayangkan banyak orang, karena dia berenang di
danau, sungai, air terjun, bahkan membiarkan air
hujan membersihkan dirinya. Kisah Rob dapat mengingatkan kita untuk selalu menghemat air bersih. Saat ini bagi banyak orang sangat sulit untuk mendapatkan air bersih, terutama pada saat musim kemarau dan di negara-negara tandus seperti di Afrika.
terbaik manusia. Bahkan mereka banyak mengukir
kisah kesetiaan yang sangat mengharukan kepada
pemiliknya. Sebenarnya semua hewan peliharaan
akan memiliki ikatan yang erat dengan pemiliknya
begitu Anda menunjukkan rasa sayang yang benar- benar dari hati. Seperti persahabatan keluarga Hannah dengan anjing kesayangan mereka Steve Mason, seperti dilansir dari oddstuffmagazine.com.
Tinggal di Alaska selama 25 tahun, Hannah memiliki waktu yang istimewa selama 16 tahun dengan anjing kesayangannya yang diberi nama Steve Mason. Anjing keturunan mestizo husky ini awalnya dipilih Hannah karena dia sangat menyukai bunga. Hannah jatuh cinta untuk pertama kalinya pada anjing yang sangat betah berlama-lama duduk di dekat bunga ini. Dengan Mason, Hannah merasakan ikatan yang sangat istimewa, banyak hal dilakukannya bersama Mason, bahkan dia sering kali berpetualang ke pegunungan dan mengajak anjing kesayangannya. Mason juga mampu menjadi teman terbaik saat dia dan kakaknya mengalami masa-masa sulit. Mason akan berlari ke pelukannya begitu melihat pemiliknya terlihat murung. Mason selalu melompat ke dekapan pemiliknya seolah-olah dia masih seperti anak anjing. Namun inilah waktu yang sangat istimewa bagi Hannah dan keluarganya.
Namun dua tahun terakhir, Mason menunjukkan
bahwa usia memakan ketajaman penciumannya dan gerakannya juga sedikit melambat. Tak mudah bagi Hannah dan keluarganya untuk membayangkan bahwa Mason akan mati dalam waktu dekat ini. Maka Hannah menghabiskan banyak waktu dengan anjing kesayangannya itu, Mason pun demikian, dia seperti tidak pernah merasa tua dan tetap berusaha bermain seperti biasanya. Hingga suatu hari ketika Hannah membawa 3 anjing lainnya dan juga Mason
berjalan-jalan 2 kilometer dari rumah. Tiba-tiba ada serigala mengintai Hannah, tepat berada di atas
bebatuan di mana Hannah berdiri. Serigala itu
tampak lapar dan terus menatap tajam ke arah
Hannah. Beberapa detik kemudian serigala tersebut menyerang Hannah, untung waktu itu dia membawa papan ski, dengan benda itu Hannah mencoba menepis serigala agar menjauh darinya. Namun serigala terus menyerang dan akhirnya serigala juga menyerang 3 anjing kecil lainnya. Mason melompat dan menerjang serigala tanpa rasa takut. Mason melawannya dengan sekuat tenaga sementara Hannah berteriak meminta bantuan.
Ketika keluarganya datang, serigala itu baru saja
menggigit Mason tepat di lehernya. Pertahanan
Mason runtuh dan inilah detik-detik memilukan yang tak mudah dilupakan Hannah. Mason
menghembuskan nafas terakhirnya, lehernya
berdarah hebat dan itu adalah bukti bahwa Mason yang mengorbankan darah segar di tubuhnya untuk menyelamatkan Hannah. Mason telah tiada, namun kenangan bersamanya tidak akan pernah mati.
dikaruniai anak pertama, Priscilla Ekpenyong
sedang bersama dengan putrinya menunggu taksi di dekat Pyramid Hotel, Nigeria. Tak ada perasaan
apapun yang menghinggapi hati ibu 23 tahun ini.
Ketika taksi berhenti, Priscilla segera naik dan tak disangka, ada pria yang juga turut naik ke dalam
taksi tersebut.
Beberapa waktu kemudian, laki-laki tersebut
berusaha merebut putrinya dan menendang sang ibu keluar dari dalam taksi. Supir taksi ternyata juga berkomplot dengan pria tersebut. Namun dengan sekuat tenaga Priscilla memegang bayinya sambil terseret mobil sejauh 500 meter. Beruntung ada petugas keamanan yang menyaksikan kejadian tersebut dan segera menolongnya. Polisi
menangkap tersangka, sedangkan supir taksi
berhasil kabur.Perjuangan Priscilla terbayar, anaknya yang baru berusia 9 bulan kini aman
bersamanya.
dengan sesama. Namun, tak jarang sebuah
kebaikan membuat orang yang menerimanya malu
dan merasa tidak enak. Untuk mencegah hal ini
terjadi, seorang pria di kota Hail, Arab Saudi
memiliki trik khusus agar tetap bisa berbagi tanpa membuat orang yang dibantu merasa malu untuk
meminta. Pria ini meletakkan sebuah lemari es di depan rumahnya. Dia juga mengajak para tetangganya untuk meletakkan kelebihan makanan di rumah mereka ke dalam lemari es tersebut agar orang yang kelaparan dapat datang ke depan rumahnya untuk makan secara gratis.
Ide cemerlang ini mendapat perhatian internasional
setelah seorang ulama, Shaikh Mohammas Al Araifi memuji tindakan ini dalam akun twitternya dengan menyertakan foto dari lemari es tersebut. "Saya selalu berkata bahwa penduduk Hail sangat
baik hati. Seorang pria meletakkan lemari es di
depan rumahnya untuk kelebihan makanan: sebuah cara berbagi secara tidak langsung pada yang membutuhkan," ungkapnya di Twitter, seperti
dilansir Huffingtonpost.com. "Oh, betapa saya mencintai kalian, Hail!" Dunia twitter memuji tindakan sederhana tersebut.
"Ide tersebut adalah ide yang kita butuhkan: Sebuah ide sederhana cemerlang yang sangat bermanfaat untuk membantu orang lain." ungkap salah satu pengguna Twitter, Sniper. "Ide ini dapat ditiru dan digunakan pada semua masjid besar di seluruh penjuru negara agar menyediakan lemari es untuk sarana berbagi makanan." Mengingat tak lama lagi bulan Ramadhan tiba, salah seorang pria berkebangsaan Bahrain mengatakan bahwa cara ini harus diterapkan juga di Bahrain selama Ramadhan. "Ini adalah sebuah tindakan amal luar biasa yang dapat membuat banyak orang bahagia dan puas." ujarnya. "Ada faktor makanan, namun ada juga dimensi spiritual, khususnya pada bulan suci di mana orang banyak terlibat dalam kegiatan amal."
bagi orang lain, terlebih lagi bagi seorang ibu yang
sedang sakit parah. Wanita ini punya satu impian
yang sangat manis, melihat pernikahan putrinya.
Namun karena sakit parah, dia tidak bisa
meninggalkan rumah sakit. Tapi Tuhan sangat murah hati, karena seorang perawat di rumah sakit
mewujudkan impian wanita tua tersebut. Laura Peterson adalah seorang perawat di Salem
Hospital, Oregano. Menjadi seorang wedding planner atau perancang pernikahan tentu bukan tugas pekerjaannya, namun kebaikan hati membuat Laura bersedia menjadi wedding planner di rumah sakitnya. Dia bahkan mempersiapkan pernikahan untuk putri pasiennya hanya dalam waktu 3 hari, dilansir oleh Huffingtonpost.com. Semua dipersiapkan di sebuah aula kecil di rumah sakit.
Memiliki pernikahan sempurna adalah impian setiap gadis, namun saat sang ibu sakit parah, pernikahan tentu tidak menjadi prioritas utama. Namun di sisi lain Sherri West, seorang ibu yang sedang sakit parah, ingin melihat putrinya, Sarah menikah. Dalam segala keterbatasan di rumah sakit dan persiapan hanya 3 hari, impian Sherri terkabul. Dengan bantuan Laura sebagai perawat sekaligus wedding planner untuk pernikahan Sarah, hari bahagia yang ditunggu datang.
Sarah dan Ethan, suaminya, mengatakan bahwa
mereka sudah mempertimbangkan akan menikah
sebelum kondisi Sherri memburuk. Namun karena
sang ibu harus dirawat di rumah sakit, rencana itu
terpaksa dibatalkan. Tapi siapa yang bisa melawan
kehendak Tuhan, di masa-masa kritis ini, ada perawat baik hati yang mewujudkan impian Sherri,
Sarah dan semua keluarganya. Walau sederhana,
pernikahan mereka sangat indah dan dipenuhi tangis haru. Dengan bantuan kursi roda, Sherri melihat langsung putri kesayangannya menikah. Sarah dan Ethan juga tampak bahagia walaupun mereka ada di masa- masa sulit, karena kondisi ibu Sarah belum membaik. "Pernikahan mereka sangat indah," ujar Sherri sambil berbaring di ranjang rumah sakit. "Jika saya meninggal dalam waktu dekat, saya akan meninggal dengan bahagia," tambahnya. Semoga Sherri segera pulih dan bisa berkumpul lagi dengan keluarganya. Selamat untuk Sarah dan Ethan, juga untuk suster Laura yang sudah mewujudkan impian bahagia dan mengharukan ini.
Walaupun begitu, cinta kedua orang tuanya sangat
besar kepada bayi mungil ini. 4 hari setelah
dilahirkan, Benjamin Scot Miller, ayah Ward,
mempunyai ide untuk mendokumentasikan segala yang terjadi dalam kehidupan Ward. "Ia lahir kurang dari waktunya dan berbagai rintangan besar dihadapinya. Tetapi, tidak ada yang lebih besar daripada Tuhan kita," tulis Miller tentang videonya itu. Lalu, video ini diunggah Miller di situs Youtube dan Vimeo sebagai hadiah ulangtahun sang istri.
"Setelah menghabiskan waktu selama 107 hari di
ICU.. dan bermalam-malam tanpa sang ibu,
akhirnya Ward boleh pulang ke rumah," ujar Miller
dalam videonya. Mata kecil Ward yang berbinar melihat wajah sang ibu dengan senyumnya yang
lebar, mempesona jutaan penonton yang melihat
videonya. Tak disangka, video ini telah ditonton
lebih dari 22 juta kali di kedua situs tersebut!
Ward boleh saja bertubuh mungil. Cinta orang-orang di sekitarnya, terlebih cinta Tuhan kepadanya sungguhlah besar. Tampak mustahil, bayi yang lahir kurang dari 1 kg ini dapat tumbuh berkembang dengan normal seperti bayi-bayi kebanyakan. Namun, Tuhan memberikan kasihnya yang begitu besar untuk si mungil Ward. Ia tampak sangat sehat dan cukup aktif untuk bayi seusianya. "Keajaiban itu benar-benar ada," tulis akun bernama Gizem Tuncer. "Kalian berdua telah menemukan kebahagiaan sejati. Tuhan memberikan kalian 'hadiah' ini, jagalah," ungkap akun juanawesome15. Bagi kita barangkali banyak hal di dunia ini yang tampak mustahil. Tetapi percayalah, Tuhan tidak akan memberi cobaan lebih besar daripada yang dapat ditanggung manusia. Seperti kata Miller, "God is Bigger Than Any Obstacle."
normal dan semua berjalan dengan lancar. Lulus
sekolah tepat waktu, nilai yang memuaskan, dan
memiliki peluang untuk lanjut kuliah dan langsung
mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang bagus.
Tapi di suatu pagi, Maggie Doyne terbangun dengan perasaan hampa. Ia merasa tidak tahu apa tujuan hidupnya.
Seperti yang dilansir oleh teenvogue.com, Maggie merasa tertekan dengan gagasan untuk melanjutkan kuliah. "Di detik-detik terakhir, aku memutuskan untuk tidak kuliah. Hal itu sangat mengejutkan untuk semua orang," ungkapnya. Meskipun ia tidak lanjut kuliah, ia mengikuti sebuah program satu tahun yang mengkombinasikan kelas bertahan hidup di ruang terbuka dan belajar memberikan pelayanan atau bantuan. Ia pun langsung memulai perjalanannya ke Asia Selatan. Di semester kedua program tersebut, Maggie berada di India. Perjalanan dan petualangan yang
didapatkannya sangat luar biasa. Ia pernah
menghabiskan waktu beberapa hari untuk berjalan,
trekking, dan mendaki gunung. Hingga ia berada
pada suatu tempat di mana anak-anak dan para wanitanya hidup dalam kondisi yang sangat
memprihatinkan. Di titik itu, ia memutuskan untuk
tinggal lebih lama di Kopila Valley. Juga
meyakinkan orang tuanya untuk menransfer uang
sebesar 5.000 dolar yang sudah ia tabung dari gaji
mengasuh dan menjaga bayi. Uang itu lalu ia gunakan untuk membeli sebidang tanah dan
membangun sebuah rumah untuk anak-anak. Kini,
ada 42 anak yang memanggilnya "ibu". Apa sih yang sebenarnya menginspirasi Maggie
untuk mau repot-repot membangun rumah untuk
anak-anak di tempat pedalaman dan sangat jauh
ini? "Aku ingin memberi anak-anak ini sebuah masa kecil yang hampir sama dengan pernah kumiliki dulu, dengan keluarga dan cinta," jelasnya.
Maggie sangat sedih dengan kondisi yang ia lihat saat itu. Anak-anak di bawah umur yang sudah dipekerjakan, mengemis di jalanan, dan menjadi pemecah batu di pinggir jalan. Jadi ia merasa bahwa anak-anak perlu mendapatkan pendidikan yang layak agar kehidupannya nanti bisa jauh lebih baik. Tidak hanya membangun sekolah untuk anak-anak, Maggie juga membuat sebuah tempat khusus untuk wanita. "Di Nepal, banyak sekali hal tabu tentang menstruasi," ungkapnya. Di Nepal, perempuan yang sedang menstruasi tidak boleh tinggal di rumah apalagi tidur di rumah. Hal ini tentu saja sangat memicu pelecehan seksual atau kekerasan seksual pada wanita. Selain itu, perempuan yang sudah menstruasi bahkan banyak yang tidak sekolah, yaitu sekitar 75 persen. Masalah sanitasi juga menjadi perhatian utamanya, apalagi para perempuan tidak punya akses yang memadai untuk mendapatkan pembalut. Bagi Maggie, perjuangannya masih jauh dari sempurna. "Jika kalian dulu memberitahuku bahwa saat aku
berusia 16 tahun aku akan tinggal di Nepal dan
menjadi ibu untuk 42 anak, aku akan berpendapat
bahwa kalian adalah pembohong terbesar yang ada di dunia ini," jelasnya saat ia menyadari bahwa
ternyata yang dikerjakannya sekarang adalah hal yang paling dicintainya. "Aku bangun setiap pagi
mencintai pekerjaanku dan merasa bahwa aku
memiliki pekerjaan paling sempurna di dunia ini.
Rasanya seperti, apakah ini benar-benar nyata
diinginkan anak-anak, apalagi yang terbaru,
PlayStation 4. Anak laki-laki dari Texas ini sudah
menabung lama demi bisa membeli sebuah
PlayStation 4. Namun setelah terjadi kebakaran di
dekat rumahnya, dia memutuskan untuk menyumbangkan tabungannya. Mari berkenalan dengan anak laki-laki yang baik hati ini, namanya Hector Montoya, 9 tahun, dari Grand Prairie, Texas. Hector sudah menabung cukup lama
agar bisa membeli PlayStation 4 impiannya. Namun dengan segala kerendahan hati, Hector
memutuskan untuk membeli detektor asap atau alarm kebakaran untuk beberapa rumah komunitas, dilansir oleh Huffingtonpost.com. "Sangat sedih melihat orang-orang meninggal dalam kebakaran," ujar Hector pada CNN.
Anak laki-laki ini menyumbangkan $ 300 atau
sekitar Rp 3,5 juta dan dibelikan 100 detektor asap.
Detektor itu berfungsi sebagai alarm yang otomatis
akan berbunyi kencang jika ada asap tanda
kebakaran. Semua detektor atau alarm asap itu
sudah diinstal dan tersambung dengan pemadam kebakaran lokal. "Detektor asap itu lebih penting untuk kehidupan orang banyak," lanjut Hector. Walaupun akhirnya tidak bisa membeli PlayStation
idamannya, Hector tidak merasa sedih, karena dia
masih bisa menabung lagi. Anak laki-laki ini merasa belum membutuhkan PlayStation, karena dia tidak ingin ada kejadian kebakaran yang terjadi karena si pemilik rumah tidak memiliki detektor asap.
Bantuan ini tentu sangat penting, karena dengan
adanya detektor asap, sinyal kebakaran dapat
dikirim lebih cepat, tim pemadam kebakaran bisa
datang lebih cepat sehingga kerusakan akibat
kebakaran lebih kecil dan diharapkan tidak ada
korban jiwa. "Membantu orang lain membuat saya merasa lebih baik," ujar Hector. "Saya senang bisa melakukan ini dan membantu banyak orang," Wah wah.. hebat sekali anak ini, karena jarang sekali anak di usianya mau membantu orang lain
dengan merelakan mainan impiannya. Semoga saja perbuatan baik Hector mendapat balasan yang baik dan menjadi motivasi kita semua untuk membantu orang lain.
yang sedang tidak berdinas, Surjit Singh Virk,
menaiki salah satu bus di area tempat tinggalnya.
Sebenarnya hari tersebut adalah hari biasa, orang-
orang tengah sibuk dengan rutinitas masing-masing. Namun, dalam bus, sesuatu yang tidak terjadi. Seperti dilansir nydailynews.com, saat itu para penumpang memenuhi bagian belakang bus. Di bagian depan hanya ada seorang pria dengan kaus berwarna hitam, tanpa jaket di hari yang cukup dingin. Pria itu tidak menggunakan sepatu, dan hanya membawa sebuah tas tipis. Virk kemudian melihat seorang pria muslim menaiki
bus itu dan duduk di sebelah orang asing tanpa
sepatu. Secara diam-diam, pria yang baru saja naik
bus itu melepas kaos kaki dan sepatunya dan
menggeserkannya secara perlahan ke arah pria itu. Semua itu dilakukannya seolah tidak ingin siapapun melihat tindakannya.
"Pada awalnya saya tidak mengetahui mengapa pria itu melepas sepatunya seperti akan beribadah?" Ingat Virk." Kemudian pria muslim itu berkata pada pria di sebelahnya 'Ambil saja, jangan mengkhawatirkan aku, aku tinggal dekat sini.'" Si penerima sangat terkejut dengan hadiah yang tidak disangka-sangka ini. Demikian pula Virk, dia merasa sangat terkesima dengan apa yang terjadi di hadapannya. Pria muslim berusia 27 tahun itu menolak menyebutkan namanya. Dan berkata lebih baik jika perbuatan baik dilakukan secara sembunyi- sembunyi.