It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Jadi @Tsunami ga beriman gitu @aldino_13
Aku telah lupa bagaimana jatuh cinta sejak kepergiannya. Aku bahkan tak menjamin apakah aku akan jatuh cinta lagi atau tidak. Dia telah merenggut segalanya dariku disaat umurku masih belia. Cinta, harapan, dan keperjakaan yg dulu selalu kujaga. Aku masih ingat bagaimana rasa sakit itu. Aku masih belum lupa bagaimana dia mengkhianati rasaku. Hingga akhirnya dia pergi, meninggalkanku dalan belenggu rasa. Aku mengenalnya sebagaimana dia mengenalku dan aku memperlakukannya sebagaimana dia memperlakukanku tapi....sudahlah bukankah itu sudah menjadi masa lalu? Aku seharusnya melupakannya saja jika bisa. Meskipun aku tau aku takkan bisa.
***
Langit sudah lembayung ketika ibuku memanggil. Lautan pun sudah damai bersama dengan semilir angin yang menerpa pepohonan kelapa sepanjang pantai. Aku segera berbalik lalu menghampiri ibuku yg sedang duduk dipekarangan rumah.
"Ada apa bu?"
"Kamu ini, sudah tau besok harus berangkat malah belum packing dan istirahat. pesawatmu berangkat pagi pagi skali loh."
"Sebentar lg bu. Aku masih belum rela meninggalkan pantai tempatku tinggal ini bu"
"Sudah tau ga rela, masih aja ngebet pengen kuliah jauh jauh. Ibu bilang jg apa? Mending kuliah disini aja."
"Ini demi masa depan jg lah bu.Lagian tiketnya uda terlanjur dibeli. Ga mungkin dibiarkan hangus kan bu? Kasian duitnya"
"Yaudah beres beres sana. Masa harus ibu yg ngepacking keperluan kamu?"
"Iya iya. Ini jg uda mau beres beres"
Dan langitpun semakinmenggelap seiring dengan hatiku yg kian menggelap.
***
Pesawat yg kutumpangi akhirnya tiba di bandara yg kutuju. Aku bersama para penumpang lain segera turun dan menuju tempat pengambilan barang.
Aku sudah mengambil barangku dan berada diluat bandara ketika lelaki yg akan menjemputku datang. Disini aku akan tinggal bersama pamanku dan yg kini menjemputku adalah supirnya. Kami bertegur sapa sejenak sebelum akhirnya kami melaju menuju rumah pamanku.
***
Aku akhirnya sampai dan mereka menyambutku. Ada pamanku dan istrinya, Pembantu mereka, dan kedua putri kecilnya.
Kami berbincang bincang sepanjang hari itu. Tentang keluarga pamanku dan berbagai tetek bengek kehidupannya. Dia jg kadang menanyakan berbagai hal padaku dan aku menjawab seadanya. Hingga akhirnya aku tau bahwa akan ada 2 orang lagi yg akan ikut tinggal bersama kami. Seorang anak lelakinya yg sebelumnya skolah diluar kota dan akan melanjutkan kuliah disini (Aku baru tau dia punya 3 orang anak) dan seorang lg adalah kerabat dari istri pamanku. Aku senang rumah ini akan ramai. Tapi aku lebih senang lagi jika salah seorang dr mereka dapat membuatki jatih cinta.
*tbc
baca ya @Tsunami dan @aldino_13
Ternyata semuanya diluar ekspektasiku. Mereka tampan dan menggiurkan tapi aku tak merasakannya. Mereka tampak biasa saja bagiku bahkan mungkin basi. Aku sudah bertemu dengan banyak orang setipe mereka yg gagal menggetarkan hatiku. Dan aku kecewa hatiku tak memilih salah seorang dari mereka. Apakah mereka belum sempurna? Apakah mereka tak digilai pecinta sejenis? tentu saja tidak! Hanya saja hatiku masih buta. matanya belum membuka.
***
Aku masih termenung saat aku mendengar ada "Hai" dr sebelahku. Aku menoleh dan si anak paman berdiri bersisian denganku. Kuakui dia sangat tampan (mirip bapaknya). Dengan tinggi diatasku dan senyuman nan meneduhkan, aku yakin dia sangat ideal untuk membuatku terpikat. Tapi entah menga...
"Halo, earth calling to Tamma" Suaranya menyadarkanku lagi.
"oh ya. Sorry melamun." ucapku malu "emm hai"
"uda tau nama gue belum?" tanyanya menyelidik. "belum ya? padahal kita sepupuan loh dan gue uda tau nama lo sejak lama."
"oh ya? Sebetulnya gue jg baru tau kalo anak paman alfa ada 3. Soalnya yg sering berkunjung kan cuma mereka berempat. so sorry"
"it's okay. btw nama gue Mario. bukan mario maurer loh. gue mario bramasta."
"em nama gue..."
Dia segera menempelkan telunjuknya kebibirku,menandakanku untuk berhenti.
"gue uda tau. Tamma! T-A-M-M-A"
Aku tersenyum kikuk dan merasa malu. Bagaimana bisa dia mengenaalku sedangkan aku tidak? So embrassing!
"btw hobi lu emang melamun ya? gue liat daritadi elu ngayal ga jelas disini. ga takut kesurupan?"
Aku tertawa kecil, " ga lah. udah biasa kok"
"apanya yg biasa" tanyanya
"ya melamunlah"
Lali kami tertawa dan terus berbincang bincang. yah meskipun dia tak berhasil membuatku jatuh cinta, setidaknya dia bisa jadi teman dekatku.
***
Hari sudah siang ketika aku terbangun. Aku merasa begitu lelah. Pertama karna penerbanganku dan kedua karna Mario. kami terus berbincang hingga tengah malam dan alhasil aku kesiangan. Aku segera mandi dan berpakaian sebelum akhirnya aku turun kelantai bawah. fyi, rumah pamanku bertingkat 2 dan aku diberi kamat sendiri. katanya sih biar kerasan.
Meja makan sudah kosong dan sepertinya yg lain sudah keluar kecuali Mario dan silelaki lain. Mereka berdua sedang asik menonton ketika aku menghampiri mereka. Mario menoleh.
"hei slanat pagi pemalas" dia nyengir kuda.
"pagi tam" sapa si lelaki lain.
Aku membalas dengan senyuman lalu duduk disebelhanya lelaki lain.
"ga makan tam?" tanya mario
aku menggeleng "belum lapar"
"eh btw lu uda tau ini siapa?"
aku menggeleng lagi. "lu siapa?" tanyaku polos.
Mario malah tertawa dan menjitak kepalaku.
Silelaki lain lebih alim. Dia senyum trus, "nama gue Teguh"
"salam kenal" balasku.
Dan lagi lagi akhirnya kami malah berbincang bincang. Membahas berbagai topik hingga siang menjelang (dan aku belum lapar)
***
Langit sudah sore ketika aku memutuskan untuk jalan jalan keluar (dan aku sudah makan). Aku berjalan hingga keluar dari kompleh perumahan dan tiba di jalan besar. Aku terus menyusuri jalanan hingga akhirnya aku tiba disebuah bookstore. Tanpa pikir panjang lago aku sgera masuk dan melihat lihat. Aki berpindah dari satu rak ke rak lain sembari membaca baca judul buku yg mngkin menarik minatku. Ketika membaca satu judul buku, aku kembali termenung. Aku masih ingat saat ia menghadiahiku buku itu-sebenarnya novel- dan bagaimana dia tersenyum tulus saat itu.
'selamat ulang tahun Tamma' kata kata itu kembali terngiang olehku. Selamat ulang tahun pertama yg kudapat di umurku yg ke 14. Saat itupun tengah malam saat dia mengetuk jendela kamarku dan mengagetkanku. Lalu dia membawaku kepantai dan mem...
"Halo" lagi lagi kata itu menyadarkanku. Aku menoleh kearah suara yg trnyata brasal dari lelaki manis yg kutaksir seumuranku.
"siapa ya?" aku mengerutkan kening.
Dia malah tersenyum "aku Kevin. salam kenal. kamu siapa?"
"eh gue Tamma"
"jangan pake lu gua dong. ga sopan!" tegurnya dengan lugu.
Aku merasa kikuk dengannya. Dia sangat frontal dan santai.
"woi kok melamun lg?" tegurnya"akukan lg ngomong. dengering dong"
kayanya dia gila. memangnya urusanku kalau kamu ngomong? Sok deket pula. padahal baru kenalan.
"sory gue harus pulang" ucapku sembari meninggalkannya.
"oke! kapan kapan ketemuan lg ya" serunya girang.
'ga bakal' ucapku dalam hati.
*tbc
Aku merasa duniaku hancur ketika itu. Saat semuanya terjadi dan menorehkan bekas di hati dan fikirku. Aku merasa takkan ada lg hidup stelah ini. Segalanya raib dariku! Dirinya, Jiwaku, dan Rasaku. Aku ingin sgala nya segalanya dengan sebilah pisau cukur digenggamanku. Tapi niatku lulus ketika kuteringat akan ibuku yg menjanda dan ke-3 saudaraku. Aku merasa tolol dan hina saat itu jg. Aku merasa kalah.
Tapi akhirnya aku mencoba bangun meski tak seluruh AKU bangkit. Setidaknya aku terus menjalanike lihat hidup dengan melihat keluargaku dan mendengar tawa mereka. Aku tetap hidup demi mereka.
***
Aku menjalani hari bersama Mario dan Teguh. Aku merasa nyaman dengan keberadaan mereka disebelahku. Seolah olah aku punya dua pelindung tampan disekitarku. Bayangkan saja jika aku, Tamma, keluar rumah dengan diapit 2 pria tampan. Yg seorang tampan, putih, dan mempesona. Yg seorang lagi Tampan, coklat, dan menggoda. Betapa beruntungnya aku. Hanya saja aku tak mencintai mereka. Sesuatu yg masih kusesali. Yah mau gimana lagi? Aku tak mngkin berpura pura mencintai salah seorang hanya untuk menyembuhkan lukaku. Sedangkan si anak aneh,Kevin, tak pernah lagi kutemukan berkeliaran disekitar bookstore. Aku bersyukur untuk itu.
***
Hari penyambutan mahasiswa baru akhirnya tiba. Entah direncanakan atau tidak, kami bertiga sekampus. Kami naik mobil berangkatnya. Kampus kami mengadakan penyambutan selama tiga hari. Tanpa ada bentak bentak para senior. Tanpa ada hukum menghukum ala ospek biasanya. Dan tanpa atribut atribut ospek yg merepotkan mahasiswa baru. Penyambutan kami malah diisi dengan ceramah dan motivasi (yg sejujurnya membosankan) dengan tujuan kami mau memimpin dan jadi pemimpin. Aku melewati dua hari itu dengan nyaman, aman, dan damai. Hari ketiga adalah saat dimana semuanya berawal. Hari yg aku yakini sebagai awal penyembuhan lukaku.
***
Saat itu aku, Mario, dan Teguh sedang break di kantin. kami berbincang sewajarnya dan tertawa seadanya. hingga...
"Tamma?" aku mendengar suara itu lagi. Aku menoleh dan benar saja dia ada disana bersama 3 lelaki yg kutaksir se-geng-nya.
"Cowok manis itu siapa Tam?" Tanya Mario
Aku mengangkat bahu pertanda tak tau. tepatnya pura pura tak tau. Dia dan segengnya menghampiri kami dan senyumannya ituloh. ga ilang ilang dari kemarin.
"Tam, ingat aku gak? Aku kevin loh" ucapanya semangat.
"Ga. gue ga ingat."
"dibilangin ga usah pake lu gua juga malah ga nurut!" tegurnya "oh iya. siapa dua malaikat tampan ini?"
"Dia mario dan ini Teguh" jawabku.
"halo" sapa Mario sopan sedangkan Teguh hanya mengumbar senyum tak tertarik.
"Aku Kevin. Salam kenal" Dia menyalami kedua temanku. "Dan ini Chandra, Luthfi, dan Richard. Ayo salaman" ucapnya ceria. sebenarnya kelebihan ceria. Ketiga temannya segera menyalami kami but wait. Aku merasa berbeda saat Richard menyalamiku. Aku merasakam sesuatu. Hatiku berdegup tak karuan saat matanya membalas mataku. Aku merasaka rasa itu. Stelah sekian lama akhirnya aku merasakan ras...
"Sudah salamannya?" Tanyanya sopan.
Aku segera menarik jauh tanganku dan menunduk malu, "sorry"
Aku merasakan sepasang mata menatapku tajam saat itu jg. Tatapan tidak suka. Ketika aku menengadah tatapan itu hilang.
"boleh gabungkan?" Tanya Kevin.
***
Kami bertujuh akhirnya berbincang. Lebih tepatnya mereka berlima yg berbincang. Teguh sibuk dengan smartphonenya dan aku diam membisu sambil mrncuri pandang ke richard.
Dia sebenarnya kalah tampan dari mario dan teguh. Dia jg kalah tinggi meskipun tetap saja dia lebih tinggi dariku. kulitnya jg tidak seindah kulit mario. lalu apa yg membuatku suka padanya? Dia tidak lebih seluarbiasa pria idamanku. Lalu mengapa?
Hanya hatiku yg tau jawabannya.
***
Cinta pertamaku dulu sangatlah sempurna. Tinggi, Tampan, Dan digilai gadis gadis. Tak ada yg tak mengenalnya. Guru gurupun bangga terhadapanya. Dia tidak hanya pintar di bidang akademis tapi pula di non akademis. how perfect was him.
Tapi sepopuler apapun dia, dia tak pernah melupakanku. Aku yg adalah tetangganya. Aku yg adalah sahabat masa kecilnya. bukankah dia sempurna?
Dan jujur aku mencintainya bukan oleh kesempurnaan itu, tapi lebih kaarna bagaimana dia memperlakukanku.
Mengantar jemput aku. membiatku selalu tertawa dan merasa nyaman. mengajari aku.
yah bukankah dia luat biasa? bukankah semua orang ingin diperlakukan seperti itu?
dan aku yg hanyalah seorangbocah biasa mendapat keistimewaan itu. segalanya sempurna hingga..
"...memang hobi melamun. jangan heran lagi kalo dia melupakan kita hanya karna asik dunianya sendiri." kudengar kevin bersuara.
"bisa ga gak bicarain gue?" sindirku.
"lagian kamu sih melamun aja daritadi."
"trserah gue dong" kilahku.
"sudahlah kev" ucap richard "lagian kamu ga diganggu diakan?"
Kevin akhitnya diam. sebenarnya ngambek.
"ehem mami marah loh" ucap luthfi dibarengi tawanya dan tawa chabdra.
Mami? maksudnya?
"yah jangan ngambek dong vin. bebepkan cuma bercanda" canda richard sembari mencubit pipi kevin.
dan akhirnya mereka malah tertawa dengn aku yg cemburu
*tbc
Typonya antara I sam U dan O sering ketuker, maklumlah ~ hahaha
Hati apakah kau telah membuka diri?
apakah kau mau mempersilahkan orang lain masuk?
Apakah kau yakin dengan semua ini?
Hati siapkah kau terluka lagi bila dia tak merasa?
siapkah kau merana lagi bila dia tak menoleh?
siapkah kau untuk ini?
Dan aku yg sedang bertanya ini mndengar jawabnya:
"Lebih dari siap"
***
Entah bagaimana kini kami bertujuh selalu bersama sama. Sering nongkrong bareng dan pula keluar bareng. Aku tak lagi membenci Kevin karna bagaimanapun dialah yg mmpertemukan aku dengan Richard.
Setiap kali kami ngumpul dan bercanda, aku hanya bertindak sebagai pendengar. Diam dan Tak menanggapi. Karna hanya dengan diamlah aku bisa memperhatikan dirinya. Hanya dengan bisulah aku bisa memandang parasnya tanpa ketahuan.
Tapi aku merasa nyaman dengan semua itu. tak apa aku hanya mematung diantara mereka. tak apa aku tak dihiraukan oleh mereka. asal aku bisa melahapnya melalui mataku. karna sampai saat ini hanya dia yg berhasil mengurangi rasa lukaku.
***
Malam ini kami kembali nongkrong di cafe favorit kami. saat itu baru ada aku dan Richard. Mario sedang menjemput Luthfi dan Chandra.
Teguh dan Kevin sedang memilihlan pesanan dimeja kasir.
Kami berdua hanya diam diaman. Aku tak pernah bisa memulai pembicaraan jadi aku hanya menunggu. Hingga akhirnya dia membuka suaranya.
"kalo aku liat liat kayaknya kamu introvert banget deh" ucapnya.
"introvert?" balasku dengan tanya.
"iya. setiap kita ngumpul kamu pasti diam diam aja. ketawa seadanya lalu diam lagi. ga pernah nanggapi."
"benarkah? tapi aku nyaman dengan itu kok"
"kamu ga nyaman, tp hanya berusaha nyaman. Kamu pengen bicara tp kamu enggan."
"em aku hanya ga suka bicara banyak"
"nah aku orangnya suka bicara banyak. jadi kalo bareng aku kamu harus banyak ngomong"
"gimana mau ngomong kalo yg lain bisa nanggapin?" ucapku.
"yaudah. biar kamu bisa ngomong banyak banyak besok kita keluar berdua deh. kita jalan bareng besok. biar makin deket jg"
Tak kusangkal mendengar itu aku merasa bahagia. aku merasa akhirnya aku bisa jalan berdua bareng dia. hanya saja aku takut dia cepat bosan padaku karna aku tak pandai ngobrol. aku takut dia...
"tuh kan. melamun lagi." ucapnya " pantas saja Kevin sering kesal sama kamu"
"sorry" aku menunduk malu.
Dan akupun kembali diam hingga yg lain berdatangan.
***
"mau kemana Tam? tumben rapi" tanya Mario.
"mau keluar" jawabku seadanya.
"sama siapa?" tanyanya menyelidik
"Richard"
"kok cuma berdua?"
"ya gitu. dianya ngajak"
"kalo gitu aku ikut"
"ga usah."
Dia malah segera masuk kamar, " tunggu aku yah. gantu baju dulu"
aku segeranya menyusulnya. tentu saja aku tak bileh mmbiarkan momen langka ini rusak olehnya.
"ga usah Yo. Cukup kami berdua aja."
Dia menatapku tajam."aku ga suka kamu berduaan sama cowo lain"
"maksudnya?"
"udah tunggu diluar aja" ucapnya seraya mendorongku keluar"pokoknya aku ikut!"
Dan aku bingung dengan maksud perkataannya tadi. apa maksudnya ga mau ngebiarin aku jalan sama cowo lain? aku kan bukan pacarnya. lagian dia kan straight?
***
Momen langka itupun buyar oleh karna mario. ketika richard menjemputku dia jg mengusulkan buat naik mobil tapi aku tetap kukuh naik motor dan dengan dibonceng Richard pastinya. Hingga akhirnya dia menyerah dan memutuskan mngikuti kami dengan motornya.
"sorry ya chad dia ikut" ucapku diboncengan.
"gapapa. kita kan ga lagi ngedate harus berduaan."
Dan aku bungkam. benar ini bukan date. ini hanyalah jalan jalan biasa.
***
Aku kehilangan semangat sejak itu. mereka terus mengajakku ngobrol tapi aku malah diam saja. alhasil mereka yg malah asik berduaan.
"kamu kok diam aja daritadi? padahal aku ngajak kamu hang out biar kamu ga diam diam lg" tanya richard dalam perjalanam pulang.
"kan mario uda bisa nanggapin tadi" jawabku malas.
"hahaha kamu ngambek ya? yaudah malam mingguan nanti kita ngedate deh. janji. cuma berdua."
"ga usah. ntar mario ikutan lagi"
"itu bisa diurus. mau gak?"
Tiba tiba aku merada bahagia lg. ucapannya barusan membangkitkan smangatku lagi.
"oke aja deh" jawabku pura pura malas.
"jawabnya ga antusias banget. yaudah batal aja deh."
"hey oke oke aku mau" jawaku lebih smangat.
Dan dia tertawa. sedangkan aku tersenyum senang.
***
Aku segera mndudukkan diri disofa stelah tiba dirumah. Mario ikut duduk disebelahku dengan tampang puas.
"asik ya" ucapnya.
Aku hanya diam tak menjawab. tentu saja aku sedang marah terhadapnya.
Dia menyadari itu tapi dia malah menyindirku."yah ngambek. gagal ngedate"
aku menatapnya marah,"kamu menyebalkan ."
"siapa suruh ga ngajak"
"terserah kamu deh. aku mau tidur"
aky segera pergi meninggalkannya. dan dari jauh aku masi bisa mendengarnya tertawa mengejekku.
*tbc
yah diusahakan biar typonya brkurang ka @aldino_13
makasih komennya kak @lulu_75