It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kompleks permasalahan keluarga.
dan padahal ayahnya berurusan dengan kris...tapi kenapa darren bisa dalam bahaya, padahal darren itu anaknya..
ah lanjut dah....aku suka cerita seperti ini, bikin penasaran dan bertanya tanya...
dan padahal ayahnya berurusan dengan kris...tapi kenapa darren bisa dalam bahaya, padahal darren itu anaknya..
ah lanjut dah....aku suka cerita seperti ini, bikin penasaran dan bertanya tanya...
***
Aku membuka mata ku perlahan karena merasa seseorang memeluk ku cukup kuat dan saat aku melihat Darrenlah yang memeluku. Karena Carl menempati kamar ku, aku jadi tidur bersama Darren dan sebenarnya ini seperti uji nyali ah lihat bagaimana bisa aku bertahan kalau orang yang tidur bersama ku semanis dia bukan hanya karena manis, aku akui aku tertarik padanya. mengingat perkataan Carl tadi malam membuat ku tidak masih tidak mengerti kenapa ayah akan mengincar Darren untuk jadi bonekanya.
"Kau juga pasti tidak tau kan? meski curiga, Keanu sangat menyayangi mu itu sebabnya kau tidak tau apapun", aku membelai surai coklatnya perlahan agar dia tidak terbangun mengingat ini masih sangat pagi.
Aku lalu bangkit dan mencari ponsel ku yang ternyata ada satu pesan yang ternyata dari si kuning itu dan aku terkejut membaca pesannya, dia bilang dia pergi menemui Keanu karena sesuatu. Bagus hanya berdua dengan Darren itu bahaya aku bisa saja tergoda menyentuhnya nanti. Aku pergi kedapur dan membuat sarapan sebelum Darren bangun spagetti dan omlete kurasa cukup dan susu coklat untuknya kopi hitam untuk ku.
"Kakak apa kau memasak?", dia berdiri di depan meja makan dengan rambut acak-acakan, masih menggunakan piama, mata coklat yang sayu ditambah dia sedang minum oh god di begitu sexy saat jakunnya bergerak menelan air, tapi aku segera memalingkan wajah saat dia selesai minum.
"Dimana Carl? bukankah sejak ada dia, dia yang membuat sarapan? ", aku tersenyum padanya.
"Dia pergi kesuatu tempat karena ingin mengurus sesuatu", Darren mengangguk.
"Hey aku akan mengantar dan menjemput mu kuliah hari ini", dia menatap ku heran.
"Uh jika kakak sibuk, aku bisa pakai transportasi umum", aku menggeleng lemah.
"Tidak masalah Darren, mobil mu masih di perbaiki kan? ", aku menata makanan di meja makan.
"Sebaiknya kau mandi dulu lalu sarapan", aku mengacak rambutnya halus.
Setelah beberapa menit dia sudah rapi dengan pakaian casualnya untuk kuliah, faktanya meski dia direktur dia tetap harus kuliah.
"Darren aku ingin mengajak mu makan di luar setelah kau pulang kuliah", perkataan ku terdengar seperti perintah dibanding ajakan makan malam karena aku bahkan menahan diri untuk tersenyum.
"Uh kau ingin kencan dengan ku kak? ", ya tuhan apa Darren terlambat dewasa? bisanya dia berkata sepolos itu.
"Kau sering pergi bersama Xavier, apa kau mau menolak ajakan ku? ", matanya berkedip beberapa kali.
"Kau memerintah ku kak itu bahkan tidak terdengar seperti ajakan dinner, jadi mana mungkin aku menolak", dia tersenyum sambil memasukan spageti kemulutnya yang kecil dan aku terus mencuri pandang untuk melihatnya.
Kami sudah menghabiskan sarapan dan bersiap pergi, aku mengenakan setelan jas hitam salah satu warna favorite ku. Hari ini aku mengantar Darren kuliah meski kenyataanya arah kantor dan universitas berlawanan, ku rasa tidak ada salahnya perlahan menunjukan perhatian lebih padanya mengingat rencana ku berhasil dan dalam waktu dekat Darren akan mengakhiri hubunganya dengan Xavier.
"Sudah siap? ayo berangkat jika tidak ingin telat", aku mengambil kunci mobil ferrari dan keluar menuju garasi tapi baru sampai di ambang pintu Darren menahan lengan ku, aku hanya diam dan menatap heran.
"Bagaimana kau bisa menggantikan papa Anderson jika dasi saja kau tidak rapi memakainya", tubuhnya memang tidak lebih dari dagu ku tapi dia cukup kuat untuk membalikan badan ku menghadapnya dengan lihai dia merapikan dasi ku yang kupasang asal karena khawatir dia telat.
"Aku tidak mengerti....apa warna hitam pada iris mata mu dan rambut mu masih kurang hingga kau suka memakai sesuatu berwarna hitam", mata coklatnya menatap mataku membuat ku merasa beku dan sulit bicara mata coklatnya terlihat berbinar iris mata yang biasa ada pada orang lain dan tidak ada yang spesial di mata coklat itu tapi mata itu juga yang bisa membuat ku luluh mata yang nyaris sama dengan mata Keanu.
"Sudah selesai....", aku mengangguk dan kami siap untuk pergi, ku lirik Darren yang berjalan dibelakang ku entah karena apa wajahnya sedikit merah dan itu terlihat manis. Saat kami berada di mobil suasana sangat hening aku juga tidak berniat memulai pembicaraan denganya dan wajahnya masih merah, ada apa denganya? apa dia sakit?.
"Eumh kakak...", aku melihatnya sebentar, ingat usia Darren 20 tahun jangan berfikir dia memanggil ku dengan nada manis bagaimanapun suaranya sudah cukup berubah meski tidak seberat suara ku.
"Kurasa aku ingin menceritakan sesuatu padamu....", aku hanya diam dan kembali melihatnya sebentar, saat kau melihat barang bagus di depan mu dan menahan untuk tidak menyentuhnya atau terlihat tidak tertarik itu sangat berat, otak dan hati ku saling berkhianat.
"Darren...", dia mengangkat kepalanya untuk melihat ku, dan detik itu juga aku menghentikan mobil perlahan dan menepikanya, aku tidak munafik bibirnya yang pink terlihat manis jadi perlahan aku menghapus jarak dan menempelkan bibirku pada bibirnya dan benar saja bibirnya terasa manis tapi aku tidak ingin melumatnya.
"Kakak... ?", aku sudah melepaskan kecupan ku padanya.
"Pantas saja orang itu menyukai mu, kau semanis itu...", sekarang dialah yang diam dia terlihat canggung dan wajahnya semakin merah, lucu sekali.
"Hey jangan canggung seperti itu Darren tadi itu hanya ciuman kecil", wajahnya malah semakin merah, demi tuhan apa-apaan anak ini kenapa dia berekspresi begitu ? apa dia sekarang mau menggoda ku?.
"T...tapi apa itu?, kau kan kakak ku", aku menyalakan mesin mobil dan melajukanya dengan kecepatan standar.
"Apa kau mau lagi? ", dia menggeleng lemah ya dia pasti berfikir aku marah karena aku bicara dengan datar.
Setelah mengantar Darren kuliah aku segera ke kantor meski sebenarnya aku tidak harus ke sini tapi papa akan melakukan apapun agar aku tertarik untuk menggantikanya nanti.
♠♠♠
Wajah ku memanas mengingat apa yang di lakukan Dyllou di mobil tadi dia mencium ku tepat di bibir membuat jantung ku berhenti berdetak karennya di tambah ajakan makan diluar malam ini, perasaan ini rasanya tidak asing seperti saat aku pertama bertemu Xavier ya jantung ku juga berdetak secepat ini saat itu, tapi untuk siapa perasaan ini? apa benar untuk Dyllou? demi neptunus dia sepupuku sendiri.
"Apa yang ku fikirkan? ", aku bergumam kecil.
"Kau harusnya memperhatikan dosen yang sedang bicara Darren", aku tersentak saat suara berat mengintrupsi ku, seorang pria berusia sekitar 40 tahun dengan pakaian rapi dan klimis yang sudah jelas dosen.
"I am sorry", dia mengangguk dan kembali menjelaskan sesuatu yang tak bisa ku pahami karena fikiran ku berlari ke Dyllou. Ini mustahil jatuh cinta pada Dyllou bagaimanapun dia kakak ku.
Mungkin Xavier benar tentang Dyllou, mengingat nama Xavier aku jadi teringat dengan pembicaraan ku dan Viona kemarin.
"Aku harus mengakhiri hubungan ku denganya", gumam ku kecil, entahlah persaan ku tidak begitu sakit jika mengingat aku harus mengakhiri hubungan dengan Xavier yah mungkin sekarang aku jatuh cinta pada Dyllou buruk sekali jika pada akhirnya aku harus incest dengan sepupup sendiri tapi mustahil, Dyllou pasti bukan gay seperti ku.
Setengah hari berlalu aku habiskan sekitar kurang lebih 8 jam di sini tidak ada yang spesial yah menjadi seorang direktur bukan jaminan aku bisa melopati pendidikan, sekarang pukul 4 sore aku hanya duduk bersantai menikmati angin segar yang menerbangkan dedaunan kering, pohon pohon disini cukup tinggi dedaunnya berkumpul membentuk seperti jamur pohon hijau seperti ini tidak spesial tapi kota besar yang penuh dengan bangunan membuatnya spesial.
"Lama menunggu? ", mobil ferrari berhenti di dekat ku dan pria dengan setelan jas hitam mendekati ku.
"Tadinya ku fikir akan naik taksi saja", Dyllou, dia mengacak rambut ku dengan lembut, sebenarnya aku tidak berharap dia menepati janji dan datang menjemput tapi nyatanya disinilah dia.
"Ayo...aku traktir kau di caffe favorite mu", aku mengangguk dan mengekor dibelakangnya, beberapa langkah dan tiba-tiba dia berhenti lalu menarik ku untuk berjalan di sampingnya membuat aku seperti disengat listrik bertegangan rendah yang sanggup menggetarkan jantung ku.
Kami sudah sampai di Caffe ini caffe yang punya view terbaik dikota ini, sesudah memarkirkan mobil kami memilih meja dengan dua kursi berhadapan dan tepat disamping kami pemandangan laut yang indah .
"Pesanlah...tapi jangan terlalu banyak makan yang manis, Winona bisa membunuh ku jika dia tau", aku tertawa mendengar perkataanya Dyllou memang lebih tua dari Winona tapi wanita anggun itu bisa sangat kejam jika berkaitan dengan kesehatan dia bahkan lebih cerewet dari mama.
"Hotel disini terlihat sangat bagus mereka memilih warna cantik putih dengan kaca hijau toska dimana-mana ditambah pemandangan laut", kami sudah memesan makanan dan menunggu pelayan mengantarnya dan sambil itu kami menikmati pemandangan laut lepas.
"Kita bisa tidur di hotel itu jika kau mau dan aku akan membayarnya", dia tersenyum pada ku oh god senyum Dyllou memang menawan dan demi neptunus aku harus sadar dan tidak boleh tertarik padanya.
"Tidak kak, aku ingin di rumah saja", aku menggeleng lemah dan dia tersenyum lagi, hotel itu memang bagus tapi apa jadinya jika kami kesana. Beberapa menit menunggu akhirnya pesanan kami datang.
"Bagaimana kuliah mu? ", aku menjeda makan ice cream coklat yang tadi ku pesan melihat ke arah Dyllou yang sedang tersenyum pada ku.
"Biasa saja yah tidak banyak yang terjadi", tanpa peduli lagi aku kembali menyuapkan ice cream coklat yang penuh dengan taburan choco chip.
"Yang mana bagimu lebih menarik? memimpin perusahaan atau kuliah? ", aku diam sejenak mencoba menimbang-nimbang.
"Memimpin perusahaan yah paling tidak mereka memandang ku sebagai pemimpin", semakin lama pandangan Dyllou semakin intens dan jujur itu membuat ku sedikit gugup.
"Carl benar kau begitu manis", entah angin apa atau Dyllou sedang sakit, dia berdiri dan tiba-tiba mengecup ku lagi.
"Kakak kau.... uh k-kau...", aku belum selesai bicara dan tiba-tiba dia menyuapkan pancake ke mulut ku yang membuat ku berhenti bicara.
"Ahaha ku rasa ada baiknya kita lebih sering keluar bersama", aku sedikit kesal padanya jadi ku abaikan dia dan melanjutkan makan ku, dia tidak biasanya dia begini.
"Setelah ini apa kau ingin kesuatu tempat Darren? ", dia menyesap kopi hitamnya, mata kami bertemu dan mata itu menatap ku dengan tatapan lembut.
"Rumah...aku ingin bersantai sambil menoton tv dirumah", dia mengangguk sebagai jawaban. Kami makan dengan suasana hening sekarang, sesekali aku memperhatikan wajah tenangnya.
Kufikir Dyllou akan merencanakan sesuatu saat makan malam yah aku berlebihan berharap dia bersikap sedikit....
"Kau mikirkan sesuatu? ", suara Dyllou menyadarkan ku dari khayalan kecil yang tadi sempat terfikir.
"Kau yakin hanya ingin menonton tv dirumah? tidak bioskop? ", aku hanya menggaguk sebagai jawaban, ini tidak baik menghabiskan waktu bersama Dyllou, jika terus begini aku bisa - bisa menyukainya lebih dari kakak.
"Ayo turun Darren", aku terkejut mendengar dia mengajak ku turun, kami sudah sampai dirumah dan aku tidak menyadarinya sedikit pun, karena aku hanya diam Dyllou memenggang tangan ku dan membawa ku masuk ke rumah dan meminta ku ganti pakain sedangkan dia menyiapkan cemilan untuk kami bersantai di depan tv. Aku masuk kekamar dan memilih memakai kaos santai dengan lengan pendek dan celana selutut, aku keluar dari kamar melihat Dyllou duduk santai di sofa sambil menonton acara tv, dia hanya melepas jasnya dan masih mengenakan kemeja dengan kancing atas dibuka dan dasi longgar menambah kesan maskulin padanya, aku duduk disampingnya ikut menonton sambil memakan cemilan.
"Kau terlalu jauh Darren...mendekatlah!", aku menatapnya heran, matanya fokus pada tv yang menayangkan film fantasi romantis dan kami jadi terlihat seperti pasangan.
"Kau tidak mendengarku ", dan dalam hitungan detik dia manarik lengan ku maksa aku duduk menempel padanya lalu dia merangkul bahu ku dengan tangannya.
"K...kakak b...bukankah ini terlalu dekat? ", aku gugup yah aku gugup Dyllou benar-benar menyeramkan, dia begitu baik tapi lihat dia tidak mau melihat wajah ku atau tersenyum.
"Aku kedinginan...jika aku merangkulmu begini paling tidak dinginya berkurang", dia menunduk melihat wajah ku, entah kenapa hari ini setiap kami saling menatap aku merasa mata hitam itu masuk ke dalam mata ku tatapanya begitu intens dan menghanyutkan ku.
"Darren...", aku mengalihkan pandangan ke padanya dia memainkan helaian rambutku dengan jarinya rangkulanya juga semakin erat dan terasa posesif.
"Apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu? ", aku selalu benci Dyllou jika mulai bicara seperti ini, dia memaksa ku mencerna dan memahami apa yang dia katakan.
"Apa maksud mu? ", dia menghembuskan nafasnya pelan, aku tidak lagi fokus pada film tapi fokus pada Dyllou yang menyita fikiran ku.
"Kau dan Xavier, untuk hubungan sahabat itu terlihat emh terlalu intim, kau hampir selalu menghabiskan akhir pekan bersamanya", aku menegang sempurna, apalagi sekarang? Dyllou mulai curiga hubungan ku dengan Xavier.
"Jika tidak ingin memberi tahu aku tidak masalah....", jari-jarinya yang tadi memainkan helain rambut ku kini beralih ke leher bagian belakang ku dan aku hanya bisa diam, seluruh tubuh ku terasa kaku.
"Aku hanya ingin kau menyadarinya, lalu kau melihat ku", tangannya menyentuh dagu ku, memaksa ku melihat ke matanya, aku masih kesulitan mencerna perkataanya, Dyllou apa dia Dyllou ?.
Aku tidak mengatakan apapun suasan pun jadi hening setelah Dyllou hanya merangkul bahu ku, tidak lagi bermain-main dan menyentuh tubuh ku.
"Aku ingin mandi dulu, kau ku tinggal tidak apa-apakan? ", aku menatapnya kesal, dia berkata seolah aku anak kecil.
"Aku bukan anak kecil ,jika kau lupa kak", dia hanya tertawa mendengar protes dari ku, dia mengacak rambut ku lalu bangkit menuju kamarnya.
"Ah malam ini aku tidur di kamar ku sendiri karena tidak ada Carl", entah apa yang ku fikirkan, sekarang aku menahan lengan Dyllou, membuat langkahnya terhenti menunggu penjelasan atas tindakan ku menahanya.
"Tidur di kamar ku saja", aku membekap mulut ku saat sadar apa yang baru ku katakan, aku berharap di kubur hidup-hidup sekarang, takut dia menolak, ini sudah tidak wajar lagi.
"Kau lucu sekali...tapi baiklah...", dia mengacak rambut ku lagi dan pergi, kurasa wajah ku jadi memanas.
"Xavier maafkan aku, aku jatuh cinta pada Dyllou, pada sepupu ku".
@fuumareicchi , @dhika_smg ,
@Zhar12 , @duna , @caetsith
@Mangki36 , @TigerGirlz ,
@Wooyoung , @doodledeedum ,
@balaka , @WYATB , @rayarere ,
@Soni_Saja , , @zeva_21 ,
@JulianWisnu2 , @leviostorm ,
@mikaelkananta_cakep ,
@admmx01 ,
@4ndh0 , @nakashima , @ukhty ,
@dole_dole , @yo_sap89 , @rizal_
acank , @3ll0 , @ikmal_lapasila ,
@d_cetya , @adamy , @arieat ,
@arhies , @yans filan,
, @abidoank , @sandalrusak ,
@tristandust , @tialawliet ,
@boezel , @lulu_75 , @cibro ,
@mustaja84465148 ,
@aldino_13 , @dafiaditya ,
@danze , @cute_inuyasha ,
@yudha19 , @steve_hendra ,
@edelwis , @wita , @egosantoso
@Tsunami @faisalrayhan
@akina_kenji
zakrie @nakashima