It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
gw kira mr bringsam itu seumuran sama luis ato north. ternyata malah anaknya yg seumuran
penasaran sama konflik yg ntar ada
hehe
Deru mobil itu kini sudah berhenti. Diiringi suara pintu dibuka. Mr. Bringsam serta Luis dan North berdiri didekat pintu. Mereka menyaksikan dua sosok wanita keluar dari balik pintu mobil. Satu wanita dewasa dan satu wanita atau lebih tepatnya anak-anak perempuan berumur sekitar 7 tahun. Mr. Bringsam menyapa keduanya.
“Selamat datang! Marrie, Andine.” Sapa Mr. Bringsam ramah. Mrs. Bringsam nampak tersenyum.
“Indah sekali! Aku suka rumah ini!” kata Mrs. Bringsam mengomentari rumah yang akan mereka diami. “Tidak salah ayah memilih rumah di New Green Village. Rumahnya bagus-bagus dan suasana desa ini juga begitu nyaman.” Lanjut Mrs. Bringsam. North dan Luis merasa bangga mendengar itu semua.
“Selamat datang, Mrs. Bringsam.” Kata North menyambut. “Dan, selamat datang juga, Andine.” Lanjut North dengan senyuman lebar diwajahnya. Andine tak bergeming, dia hanya diam. Bahkan dia tidak menatap North yang saat itu tengah berbicara padanya.
“Andine, tidak sopan kalau ada orang menyapa dicuekin.” Kata Mrs. Bringsam menasehati Andine dengan lembut. “Sekarang balas sapaan kakak!” lanjut Mrs. Bringsam menyuruh, meski tetap lembut.
Andine hanya diam. Selang beberapa saat, ia masuk ke dalam rumah dengan terburu. Mrs.Bringsam menghela nafas melihat tingkah laku anaknya itu.
“Ada apa dengannya?” kata Luis tanpa memalingkan pandangannya pada anak perempuan yang sedang berlari menuju kamar.
“Kami juga tidak tahu!” kata Mr. Bringsam. “Sejak kami berencana untuk pindah dari Worcester, tingkahnya mendadak seperti itu.” Kata Mr. Bringsam dengan wajah tertunduk.
“Padahal dulu ia tidak pernah seperti itu. Dulu, ketika kami masih di Worcester dia sangat bersahabat, senang bergaul, dan tidak pemalu.” Mrs. Bringsam menambahkan. “Tapi, sekarang malah begini.” Lanjut Mrs. Bringsam.
“Sepertinya, dia tidak suka kalau dia meninggalkan tempat tinggalnya dulu. Jadi dia sekarang... eee... apa ya?” North kebingungan dengan kata apa yang akan ia pakai. Tiba-tiba Luis mengatakan apa yang sedang dicari-cari olehnya. “Ngambek!” “Eh iya, benar... ngambek!” kata North setuju.
“Itu bisa saja.” Mr. Bringsam termenung. “Sepertinya jika Andine tidak senang berada disini. Kami akan kembali ke Worcester.” Katanya dengan raut muka sedih. North dan Luis tampak ikut sedih.
Waktu hampir memasuki tengah hari. North dan Luis bergegas pulang ke rumah mereka yang hanya berjarak 40 meter dari rumah keluarga Bringsam.
North berjalan menuju rumah. Sedang Luis menuju danau. Luis berjalan lambat, dia seperti tengah memikirkan sesuatu. Ketika sudah sampai di tepi danau, Luis duduk. Mengambil salah satu batu yang ada di dekatnya. Lalu, melemparkannya ke danau. Ini adalah kebiasaan Luis jika ia sedang memikirkan sesuatu. Katanya, kalau dekat dengan alam maka pikiran akan jernih dan berpikir jadi mudah.
“Entah mengapa, aku merasa kalau Andine...tidak senang dengan keberadaan seseorang disini. Di desa ini, di kota ini, Carlisle.” Katanya tanpa berhenti melemparkan batu ke danau. “Firasatku mengatakan kalau...” Luis termenung. “Akan ada suatu bencana!”
Ditegah lamunan Luis memikirkan sesuatu, terdengar seruan memanggilnya. Itu seruan ibunya.
“Luis!” “Ayo, makan siang!” kata Mrs. Sophia dari serambi belakang rumah.
“Iya ma! Aku kesana!” kata Luis seraya bangkit dari posisi awalnya.
Sekarang Luis sudah berada di meja makan. Menghadapi sebuah burger jumbo buatan ibunya. Luis memandangi makanan itu sebentar, lalu melahapnya. Dia terlihat tidak bernafsu memakan burger buatan ibunya. Mr. William menyaksikan tingkah aneh Luis. Sementara North, dia sama tidak bernafsunya seperti Luis. Memakan dengan raut muka yang menampakkan ketidak nyamanan.
“Kamu kenapa, North?” tanya Mrs. Sophia. “Apa burger buatan ibu tidak enak?”
“Tidak bu!” kata North cepat-cepat. “Burger buatan ibu enak kok.” “Hanya saja....” North tertunduk.
“Apa?” sambung Mrs. Sophia.
“Hanya saja North kelelahan dan ingin tidur sehabis makan.” Kata North dengan senyum yang dipaksakan.
“Oo, begitu. Ayah pikir kalian tidak bernafsu begitu karena tidak mendapat imbalan dari kerja kalian.” Kata Mr. William sambil tertawa nyengir. North tidak merespon, begitupun dengan Luis.
Kakak beradik itu sudah menyelesaikan makan siangnya. North bergegas menuju kamar. Lalu berbaring di ranjang. Dia menyilangkan kedua tangannya untuk menahan kepalanya. North terlihat memikirkan sesuatu.
“Ada apa ya?” katanya. “Kenapa aku jadi tidak bersemangat begini. Apa benar karena aku kelelahan?” “Kurasa tidak. Mungkinkah karena dia, Andine.?” North bertanya pada diri sendiri. “Dicuekin seperti itu, rasanya... menyebalkan dan memalukan sekali.” North mengganti posisinya, kini ia memiringkan badannya kekiri.
Bunyi detak jam juga suasana sepi membuat North mengantuk, dan tidur.
Sementara itu, setelah mengatakan pada Mrs. Sophia kalau ia ingin pergi ke danau Luis duduk di tempat sebelumnya ia duduk. Di payungi oleh teduhnya pepohonan yang seperti tidak ingin membuat Luis kepanasan serta pantulan cahaya matahari di jernihnya air danau, sungguh menakjubkan. Tidak heran mengapa Luis begitu senang dengan tempat itu. Luis menikmati pemandangan menakjubkan itu dengan seksama.
Ditengah waktu Luis menikmati pemandangan. Suatu suara terdengar samar-samar. Suara itu seperti orang yang sedang menyibakkan semak belukar. Luis lantas mencari sumber suara itu. Beberapa saat kemudian, Luis sudah menemukan sumber suara. Bersembunyi di balik semak belukar besar membuat Luis dengan leluasa mengenali sosok mencurigakan di depan.
“Siapa orang itu?” pikir Luis. Matanya terpicing. Berusaha agar gambaran wajah orang itu terkunci dalam memori otaknya.
Orang itu berjalan mendekati Luis. Meskipun Luis yakin kalau orang itu tidak menyadari keberadaannya. Orang itu terus melangkah ke depan, mendekati Luis. Dan itu menguntungkan bagi Luis. Wajah orang itu dapat terlihat dengan jelas. Orang dengan kulit kehitaman dan bola mata yang hitam juga. Orang itu botak, beralis tipis dan berhidung mancung. Pakaian yang dikenakannya layaknya perkerja suatu perusahaan. Dengan kemeja biru muda serta celana hitam mulus. Serasa aneh melihat orang-orang seperti itu berkeliaran di tumpukkan semak belukar.
Luis melihat kalau orang itu mengeluh lalu mengumpat. Dilihatnya orang itu berjalan menjauh dengan langkah terburu-buru. Beberapa saat kemudian, sosok itu telah menghilang ke balik cahaya putih yang menyilaukan.
Luis berjalan menuju tempatnya semula. Dengan pikiran orang mencurigakan yang berkemelut didalamnya.
“Siapa dia sebenarnya?” katanya pada diri sendiri. “Datang dengan pakaian seperti itu.” “Lucu sekali!” Luis tersenyum simpul. Kelihatannya menggelikan sekali mengingat orang berpakaian rapi datang ke tempat seperti itu.
Setelah bersantai dengan memandangi pemandangan indah danau. Luis dengan langkah ringan berjalan menuju rumah. Luis lewat depan. Ketika dia berada di depan rumah Mr. Bringsam, terdengar sapaan dari arah rumah tersebut. Itu sapaan dari Mr. Bringsam. Luis membalas sapaan itu dengan senyuman lebar sambil melambaikan tangan. Ketika ia berbalik, dia melihat orang yang tadi ia lihat berkeliaran di hutan dekat danau keluar dari rumahnya.
“Dia!” kata Luis dengan suara tertahan. Beberapa detik setelah Luis menatap orang itu dari kejauhan, Luis lalu berjalan menuju orang itu. Pandangannya tak bergeming, dia bukannya menatap orang itu. Tapi, ia bisa melihatnya tanpa menatap langsung.
Orang itu menatap Luis dengan perasaan biasa. Tapi, Luis tetap tidak bergeming dari pandangan lurusnya. Ketika orang itu berpapasan dengan Luis, secepat kilat Luis melirik orang yang ada di sampingnya itu. Sambil berjalan Luis tersenyum lebar.
“Memang benar!” “Dia orangnya!” kata Luis dengan wajah yang dihiasi senyuman.
Saat Luis berada di rumah. Dia melihat North tengah menenggak sebuah minuman bersoda dengan smartphone di tangannya. Luis mendekati kakaknya tanpa duduk disampingnya. Luis bertanya “Siapa tamu tadi?”
“Kunjungan dari orang yang diutus oleh Mrs. Alice. Dia menanyakan soal ide-ideku. Dan meminta saran dan ilham soal perusahaannya. Sepertinya Promoting Deal-Man Agency tengah memasuki masa krisis.” Kata North sambil menenggak minuman bersoda di tangannya.
“Kenapa begitu?” tanya Luis.
“Hmm, aku tidak tahu pasti.” Kata North dengan enteng. “Sepertinya karena tidak banyak yang memerlukan jasa mereka.” Lanjut North.
Luis mengangguk. Tanpa basa-basi yang berlebihan, Luis menuju kamar tidurnya. Membuka ruangan rahasia yang berada di balik lemari besar. Dan mulai melakukan sesuatu yang sering ia lakukan jika sedang bingung atau berperasaan aneh terhadap sesuatu. Bermain game!
Luis berhenti bermain game, dia kini membuka browser app. Dia mengetik di search engine google dengan kata kunci “Daily Mail”. Menu google yang sudah tidak asing lagi baginya muncul. Luis memilih link yang mengarahkannya ke website Daily Mail. Dia membaca beberapa berita yang disediakan disana.
Luis seperti tidak puas dengan apa yang ia dapat disana. Dia mencari-cari sesuatu. Sesuatu yang ia cari-cari akhirnya berhasil ia temukan. Berita mengenai Promoting Deal-Man Agency. Namun, hanya ada satu berita yang dimuat oleh Daily Mail tentang Promoting Deal-Man Agency.
“Sial!” tukasnya. “Hanya satu! Apa tidak ada yang lain?” Luis bicara pada diri sendiri. Luis menggeram, dia benci sekali kalau sesuatu yang ia cari tidak ada di internet. “Apa boleh buat!” “Terpaksa mengajak ayah pergi ke tempat itu.” Katanya pada diri sendiri.
Keesokkan harinya Luis memberitahukan pada Mr. William kalau dia ingin pergi ke Promoting Deal-Man Agency. Mr. William jadi bingung karenanya. Tapi, Mr. William menyanggupi permintaan Luis. Mereka berdua pun berangkat menggunakan mobil Audi hijau kepunyaan Mr. William.
10 menit berselang setelah keberangkatan mereka dari rumah. Mereka kini telah tiba di pusat kota. Nampak kantor polisi yang menjadi tempat Mr. William bekerja berada di samping. Kantor polisi itu cukup besar, dengan banyak mobil polisi serta petugas-petugas yang tengah bekerja disana. Mr. William biasanya langsung ke sana jika ia melewati tempat itu. Tapi, hari ini menjadi pengecualian. Mobil Audi hijau yang dikemudikan Mr. William terus melaju ke arah utara Carlisle.
Audi hijau yang dikendarai oleh Mr. William melintasi jalan yang dikelilingi oleh pepohonan hijau yang rindang. Luis memandangi pemandangan yang tersaji di depan matanya. Tampak wajah kagum di air muka Luis.
Daerah yang menuju gedung perusahaan Promoting Deal-Man Agency termasuk daerah perbukitan yang subur. Hanya saja, karena sekarang musim panas suhu di tempat itu terasa panas. Meskipun jika dibandingkan dengan suhu pusat kota Carlisle dapat dikatakan jauh lebih baik.
15 menit kemudian mereka tiba di gedung perusahaan Promoting Deal-Man Agency. Gedung bertingkat 3 itu terlihat begitu megah dengan kaca yang mendominasi sebagai dinding serta pohon pinus yang terlihat semakin menambah kemegahan gedung itu.
“Wow!” kata Luis dari balik jendela mobil yang masih tertutup. “Gedung semegah ini tidak menunjukkan kalau perusahaan ini tengah memasuki masa krisis.” Katanya. “Aku merasakan sesuatu yang aneh. Mencurigakan!” katanya dengan suara agak tertahan. Meski begitu, Mr. William tetap mendengarnya.
“Kau terlihat mirip sekali dengan ayah, Luis!” kata Mr. William tiba-tiba. “Firasat tajam yang kamu miliki persis seperti yang aku miliki pada saat aku masih seusiamu.” Lanjut Mr. William. “Kurasa...inilah jawaban dari pertanyaan ku!” kata Mr. William sambil tersenyum. Luis menatap ayahnya dengan perasaan bingung.
“Baiklah.” Kata Mr. Ednan. “Meskipun aku agak kaget dengan kedatangan anda, Mr. William.” Kata Mr. Ednan sambil menatapi kedua tamunya yang sekarang ini duduk di depan meja besar. Mr. Ednan mengambil sebuah cerutu, lalu menghisapnya. Ia lalu menghembuskan asap cerutu dari mulutnya. Luis menutup hidungnya dengan bagian luar jari.
“Bukankah tidak sopan...” kata Mr. William dengan mata terpejam. “Merokok di depan orang dengan asap mengepul seperti kebakaran.” Lanjut Mr. William. “Kalau diperlukan, saya akan menelpon petugas pemadam untuk memadamkan itu.”
“Tidak perlu repot.” Tukas Mr. Ednan. “Saya bisa mematikannya sendiri.” Mr. William tampak senang dengan ucapan Mr. Ednan. Tapi, wajah Mr. William langsung berubah ketika Mr. Ednan mengatakan ini, “Setelah kalian minggat dari gedung ini.” Kata Mr. Ednan dengan senyuman sombong terpancar di wajahnya.
“Saya tidak keberatan dengan asap yang mengepul itu.” Kata Luis dengan tenang.”Sebab, ada hal yang lebih penting ketimbang membahas sampah terbakar itu!” tukas Luis seraya menuding cerutu yang dipegang Mr. Ednan dengan lirikkan mata. Sontak Mr. Ednan dibuat kesal karenanya. Tapi, kemudian Mr. Ednan kembali meluruskan posisi duduknya.
“Apa?” tanya Mr. Ednan singkat.
“Awalnya saya ingin bertanya tentang Mrs. Alice. Tapi, sepertinya mengetahui tentang diri anda akan lebih mengenakkan hati saya, Mr. Ednan.” Kata Luis dengan raut muka cerah. Mr. Ednan tampak mengiyakan dan mempersilakan Luis bertanya mengenai dirinya. “Pertama, siapa anda? Mengapa anda berada di Promoting Deal-Man Agency yang seharusnya sudah anda ketahui kalau perusahaan periklanan ini kepunyaan Mrs. Alice.”
“Ada - ada saja kau ini, bocah!” ejek Mr. Ednan. Raut muka Luis mendadak cemberut. “Promoting Deal-Man Agency... sekarang kepunyaanku!” katan Mr. Ednan nyaring. “Dan yang bernama Mrs. Alice sekarang hanyalah orang biasa!” lanjut Mr. Ednan.
Mr. William dan Luis kaget, terlebih untuk Luis. Dia tidak menyangka kalau Promoting Deal-Man Agency adalah kepunyaan Mr. Ednan. Lalu, bagaimana dengan orang yang diutus Mrs. Alice? Apa tujuan utama mereka datang ke rumahnya kemarin?
“Sekarang kamu puas kan, bocah?” kata Mr. Ednan dengan raut muka kesal. “Sekarang kalian berdua, pergi dari sini!!” bentak Mr. Ednan. Mr. William dan Luis dengan langkah gontai keluar dari ruangan manager galak itu.
“Ayah benar-benar tidak suka dengan orang itu. Berani sekali dia membentak kepala polisi serta anaknya.” Tukas Mr. William ketika ia dan Luis sudah berada dalam mobil. “Kalau bisa, dia tersangkut kasus kriminal. Jadi, aku dengan santai menjebloskannya ke penjara tanpa repot sana-sini.” Mr. William tampak masih kesal dengan manager Promoting Deal-Man Agency sekarang, Mr. Ednan.
Luis melamun, dia terlihat tengah berpikir. Sepertinya kebingunganlah yang menyelimuti pikirannya.
Tanpa menghiraukan tingkah Luis. Mr. William menginjak pedal gas dalam-dalam dan pergi dari gedung perusahaan periklanan yang memuakkan itu.
Tak sampai sejam, mereka kini sudah berada di New Green Village. Sebuah desa yang baru didirikan oleh seorang pengusaha yang tidak mau di sebut namanya. Di sebuah jalan menuju rumah, tiba-tiba Mr. William menghentikan mobil di depan kerumunan orang. Mata Luis terkejap-kejap melihat keumunan orang yang mengelilingi sebuah rumah berwarna putih. Tampak Mr. Bringsam dan istrinya serta North dengan Mrs. Sophia.
Luis dibuat bingung dengan kerumunan orang disana. Terutama pada Mrs. Bringsam, dia menangis. Dengan segera, Luis turun dari mobil lalu berlari ke arah kerumunan orang itu. Nampak Mr. Bringsam berusaha menenangkan istrinya yang menangis histeris. Luis menghampiri North yang saat itu berada di samping Mr. William. North menoleh ke arah Luis dengan wajah cemas.
“Oh, akhirnya kamu disini, Luis.” Kata North dengan suara agak gemetar.
“Ada apa?” tanya Luis pada North.
“Putri Mr. Dan Mrs. Bringsam menghilang!” kata North dengan raut muka cemas.
“Me-menghilang?” kata Luis dengan nada tidak percaya.
o ya mentionan buat @3ll0 salah bukan i besar tpi l double. iya kn didi
Itu masih ada kata yg kurang baku ato terkesan percakapannya bersetting di Indonesia.misalnya 'Minggat' #Sorry klo sok tempe
betul mba'e @d_cetya
Nambah lgi nih misterinya
ngilang kemana? dan si botak itu siapa? gw kira anaknya mr bringsam