It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Tsunami @ryanadsyah @lulu_75 @3ll0 @arifinselalusial @d_cetya @4ndh0 @Adamx @kaka_el @Tsu_no_YanYan @dafaZartin @Cyclone @Rika1006 @Adi_Suseno10 @boygiga @JengDianFebrian @cute_inuyasha
Dreeet... Dreeet... Dreeet... Dreeeet...
Dapat kurasakan hp di samping kasurku sedang bergetar, pertanda adanya panggilan masuk. Segera ku ambil hp ku dan hendak mengangkatnya sebelum kulihat sebuah nomor tidak dikenal tercetak disana.
"Halo?" ucapku.
"Halo. Ini Steven?" tanya suaru disana.
"Ia betul. Siapa ya?" tanyaku balik.
"Ini gw, BILLY!" teriaknya.
"Billy?! Ngapain lu kunyuk nelpon gw?!" ucapku super judes. Bodo amat lah sama dia ini hufft. Kipas-kipas.
"Kenapa si lu jadi orang judes banget? Coba kek ngomong yang lembut, yang ramah gitu" protesnya.
"Mimpi lo ya?! Ga bakal gw baik-baik'in orang kek lu. Di sekolah lu ngapain aja kunyuk? Ngerjaiin gw mulu!"
"Kapan coba gw ngerjaiin lu?" tanyanya.
WHAT?! Masih berani dia nanya kek gitu? Setelah minggu kemarin dia dengan sok'nya merangkulku dan menepuk-nepuk punggungku layaknya seorang sahabat dekat, kemudian meninggalkanku sendiri.
****
FLASHBACK
Saat sedang berjalan keluar kelas, entah mengapa semua mata tertuju padaku dengan muka menahan tawa. Kupikir awalnya ada hal lucu yang mereka bicarakan dengan temannya atau apalah. Hingga akhirnya muncul Josh—teman satu kelasku—yang tertawa terbahak-bahak tepat dibelakangku.
"Woii! Gw tau lu keturunan binatang tapi ga usah di sebar-sebarin juga kali Ven. Ahahaha..." ucap Josh sambil menepuk pundakku dan tertawa.
"Apaan sih lu Josh?! Gw ga ngerti" ucapku sesaat kemudian sebelum ia menyentuh punggungku dan mengambil sesuatu disana.
"Nih baca" perintahnya sambil memberikan sebuah kertas seukuran HVS yang diatasnya telah ditulis sebuah kalimat.
"Permisi-permisi, anak monyet mau lewat" ucapku membaca tulisan yang tertera disana. Mataku melotot dan tubuhku memanas. WHAAAAATTT?!! Siapa yang berani nulis beginian terus nempelin di punggung ku?! Tunggu... tadi kan Billy....
"BILLY!!! KUNYUKKKKKK!!! Gw sembelih lo anak "oink"!! teriakku kesal sambil menahan malu.
END OF FLASHBACK
****
"Masih berani nanya lu kapan ngerjain gw?" kurasakan aura pembunuh keluar dari tubuhku bersamaan dengan setiap perkataanku pada Billy.
"Eh...ee... iya deh maap, maap. Kan cuma becanda" ucapnya sok menyesal, cih.
"Hish... Napa si lu demen banget ngerjaiin gw? Dosa apa ya Allah" ratapku.
"Hehehe... lucu aja kerjaiin lu"
"Kan! KUNYUK emang! Udah! To the point aja lu mau ngomong paan? Ni udah malem, ganggu orang mau tidur tau ga!"
"Sabar dong. Ini penting tau"
"Paan cepetan!" ucapku tidak sabaran.
"Gw mau bilang... Have a nice dream ya, muach" ucapnya diselingi suara kecupan.
"HAH?! Lo ngomong apa barusan? WOI!! Kunyuk!!" teriakku namun tidak ada balasan. Kulihat ternyata panggilan telah terputus. Kampret! Iseng banget tuh orang malem-malem cuma mau ngomong gituan. Liat aja besok! Huft, sabar-sabar.
****
Keesokan paginya dengan hati dongkol, ku langkahkan kaki menuju kelas 11 IPA 1 untuk melabrak Billy. Apa yang udah dia lakuin kemarin itu bener-bener ga lucu. Aku paling benci tipe orang seperti dia yang tebar-tebar pesona. Dia pikir dia paling ganteng apa? Ya emang sih ganteng. Tapi tetep aja gaya nya itu loh uggghh!
"Billy! Gw mau ngomong sama lu sini" ucapku ketus begitu memasuki ruang kelasnya tanpa basa-basi.
"Kenapa beb? Kamu kangen ya sama aku? Pagi-pagi udah nyariin aja" ucapnya kepedean.
"Ikut aja sini ga usah cincong"
"Bentar ya guys gw ada perlu" ucap Billy pada genk'nya.
"Gila lo Bil, udah dapet si Vina yang cakep ajib gitu, masih embat cowok juga" celoteh satu teman genk'nya yang kalau tidak salah namanya Doni.
"Buat gw aja sini Vina nya kalo dah bosen Bil" tambah teman genk'nya yang lain.
Tanpa menghiraukan ocehan teman-temannya, Billy menghampiriku dan segera menarik tanganku menjauh dari kelas. Loh kok jadi dia yang narik sih, yang ada juga mestinya kan aku.
Disepanjang jalan melewati kelas-kelas, beberapa mata memandang bingung ke arah kami. Tidak terkecuali William dan Vina yang kebetulan berpapasan. Dapat kulihat pandangan bingung dari Vina dan tatapan tidak suka dari William. Tapi sepertinya Billy tidak menghiraukan mereka —bahkan ceweknya sendiri— dan tetap menarikku entah kemana.
Ternyata ia menarikku ke sebuah kapel yang berada cukup jauh dari gedung utama. Kenapa di sebut kapel? Karena memang ruangan ini di gunakan sebagai tempat ibadah siswa maupun guru yang beragama Kristen pada saat pagi hari, setelah bel masuk berbunyi. Disekolah kami ini memang sudah menjadi suatu rutinitas dimana sebelum memulai pelajaran, setiap siswa berdasarkan agama masing-masing, dikumpulkan bersama dan saling melakukan sharing kehidupan, siraman rohani serta berdoa bersama.
"Lu ngapain narik gw ke kapel?" tanyaku dingin sambil menghentakkan tanganku mencoba melepaskannya dari pegangan Billy, namun gagal. Tenaganya sangat kuat, ditunjang dengan hobinya yang olahraga tidak heran jika aku kalah tenaga.
"Lepasin woi tangan gw!" teriakku. Namun dia hanya diam menatapku.
"Kenapa sih Ven..." ucapnya lemah.
"Kenapa lu selalu bersikap kayak gini ke gw?" tambahnya.
"Lu mau tau? Karena lu itu ngeselin! Gw balikin sekarang ke lu ya. Kenapa lu demen banget ganggu hidup gw?!" seruku.
"Gw ngelakuin itu cuma buat narik simpati lo!" ucapnya meledak.
"Gw cuma mau lu ngeliat gw. Lu selalu melihat William, William, dan William. Cuma dia yang lu lihat dimata lu. Apa ga bisa, kalo gw mendapatkan perhatian lu juga?" ucapnya tertunduk dengan kedua tangan yang kini mencengkram pundakku.
Amarahku yang tadi membuncah, entah menguap kemana. Melihat sosoknya yang biasa ceria dan pecicilan itu, kini tertunduk dan sedih. Apa yang harus ku lakukan sekarang?
"Gw cinta sama lu" ucapnya lembut namum terdengar sangat tegas di telingaku.
****
"Ven! Woi!"
Pletak!
"Aw!" teriak ku karena merasa ada sesuatu yang menghantam kepalaku.
"Ngelamun aja lu. Kenapa sih?" ucap Vina yang duduk disebelahku.
Setelah kejadian tadi pagi yang menimpaku, tidak henti-hentinya aku mencubit diri, meyakinkan diri bahwa ini bukan mimpi—dan sialnya memang ini nyata.
"Ven...." ucap Vina lagi.
"Hmmm?" jawabku seadanya.
"Pagi tadi Billy minta putus"
"Hah? Kok bisa?" tanyaku kaget.
"Gw juga ngak tau kenapa. Apa salah gw?" kulihat matanya mulai berkaca-kaca.
"Gw ngak mau putus sama dia" lanjutnya dengan air mata yang mulai berjatuhan.
Si kunyuk itu ternyata benar-benar serius.
****
KRINGG KRINGG
Segera ku ambil tas dan berjalan keluar menuju kelas 11 IPA 1. Aku perlu bicara dengan Billy. Sesampainya di kelas, tak ku temukan Billy disana. Kemana nih anak?
"Don. Lu liat Billy ga?" tanyaku pada teman sebangkunya itu.
"Baru aja dia keluar. Keknya si mau pulang"
"Oh oke, thx ya" ucapku sebelum berlalu.
Kupercepat langkahku hingga berlari, takut si kunyuk keduluan pulang. Ketika sampai, kulihat dia sedang memasang helmnya dan bersiap naik ke motor besarnya.
"BILLY!!" teriakku dari kejauhan dan ia pun menengok.
"Hah.. hah..." suara nafasku tersendat.
Dilepaskannya helm yang ia kenakan dan melihatku sambil tersenyum. Mungkin kalau perempuan yang melihatnya, mereka pasti akan terkagum. Tapi tidak denganku.
"Lu minta putus sama Vina?" ucapku sesaat setelah menormalkan nafas.
"Iya. Emangnya kenapa?" ucapnya sambil bergaya cool. Ughh...
"Dia itu tulus sama lu tau. Kenapa lu putusin dia gitu aja? Dasar ga punya perasaan" ucapku ketus.
Mendengar perkataanku itu, ia pun turun dari motornya dan berdiri di depanku.
"Gimana mungkin gw bisa membagi hati ke dua orang yang berbeda?" ucapnya simpel namun menusuk ku. "Gw akan terus nunggu lu Ven, selama apa pun itu" lanjutnya.
Cup...
Diciumnya pipi kananku dengan cepat sebelum ia memakai helmnya dan memacu motornya meninggalkanku sendiri di pelataran parkir.
"Woiii "oink" cium kaga minta izin!!" teriakku. Ya, walaupun dia sering bikin kesal, tapi akhirnya aku tahu itu hanya untuk menarik perhatianku. Mengingat kelakuan-kelakuannya selama ini malah membuatku geli sendiri. Tanpa kusadari seuntai senyuman menghiasi bibirku bersamaan dengan motornya yang perlahan menjauh.
"Selama apa pun itu...?" ucapku sendiri di dalam hati.
Rada susah gw ksh quote eps kali ini, tp gw cb :
"Being honest may not get you A LOT of friends, but it'll always get you the RIGHT ONES"
Kesian Vina =((
Uda seminggu d tungguin Ven ...
"Gimana mungkin gw bisa membagi hati ke dua orang yang berbeda?" ucapnya simpel namun menusuk ku.
"Gw akan terus nunggu lu Ven, selama apa pun itu"
Mustinya sih dua dialog itu gak dipisah dengan enter, soalnya dialog itu berasal dr 1 tokoh yg sama....
-> "Gimana mungkin gw bisa membagi hati ke dua orang yang berbeda?" ucapnya simpel namun menusukku, "gw akan terus nunggu lu Ven, selama apa pun itu." lanjutnya.(mungkin ditambah ini biar lebih memperjelas, gak pake juga gakpapa)
Lanjuut^^/
@Tsu_no_YanYan wah jangan di bilangin ke Willy dong thx ya masukannya, udh di edit
@Adamx bimbang knapa haha
@JengDianFebrian yuk jeng haha
mention aku ya kak