It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Adamx kita lihat sja nanti hehe
@4ndh0 dor!
@Cyclone tunggu eps slanjutny hehe
@kaka_el dor!
@boygiga yup bneran bro
Masih kurang ngeh.Willian kok dianggep Adeknya Steven?William tu adik kelasnya Stevenkah?
Jiaahhh aq baca marathonnya kok pas banget disaat yg menegangkan yahhh,,,
Titip mention kalo update yahhh
@Tsunami @ryanadsyah @lulu_75 @3ll0 @arifinselalusial @d_cetya @4ndh0 @Adamx @kaka_el @Tsu_no_YanYan @dafaZartin @Cyclone @Rika1006 @Adi_Suseno10 @boygiga @JengDianFebrian @cute_inuyasha
"Gw mau bilang kalo... kalo gw..."
Deg Deg... Deg Deg... Dapat kurasakan irama jantungku berdegub sangat cepat saat ini.
"Kalo gw berencana untuk sekolah di luar negeri" ucapnya.
JDER!! Seperti ada kilat yang menyambar diriku saat itu juga. Aku hanya terdiam dengan tatapan datar, masih mencoba untuk mencerna perkataan yang baru saja ia lontarkan.Aku tidak salah dengar bukan?
"A...pa?" tanyaku gemetar.
"Gw berencana untuk sekolah di luar negeri" ulangnya dengan wajah menunduk. Berarti apa yang tadi kudengar memang tidak salah.
"Kok... bisa mendadak gini?" tanyaku kaget.
"Sebenernya gw udah ngerencanaiin ini sebelum masuk SMA. Gw emang cuma mau ambil satu tahun SMA di Indo dan ngelanjutin sisanya di LN ( luar negeri )" terangnya.
"Jadi.... lu udah berniat buat pergi?" tanyaku lagi tanpa dapat membendung kesedihan yang meluap.
"Ya..." jawabnya lemah.
Apakah ini akhir dari segalanya? Aku tidak menyangka perpisahan akan terjadi secepat ini. Aku... aku belum siap. Ini terlalu cepat! Jangan pergi Wil, kumohon.
****
"Aduh lama bener sih baru dateng. Pacaran dulu ya kalian?!" omel Novi begitu kami sampai di TKP.
"Ujan neng. Kaga liat apa noh jalanan basah semua?" jawabku.
"Ya alesan doang itu ma. Bilang aja mau date dulu"
Ughh!! Bener-bener deh ya ni makhluk satu. Udah bela-belain dateng, eh malah di komentarin ini-itu. Ya, walaupun ada benernya juga sih.
"Bung kok diem aja?" tanya William.
"Lah? Gw mau ngomong paan emang?" jawab Bunga dengan gaya khasnya yang sedikit tomboy.
Sekilas tentang perawakan NoBung ( Novi Bunga )— sebuah julukan yang aku dan William buat untuk membalas julukan 'Monkey Brothers'. Jujur saja keduanya memiliki paras yang dapat di katakan cantik. Walaupun memang ku akui masih kalah jika di bandingkan Vina. Novi terlibat lebih feminim, dengan rambut lurus sebahu dan gerakan tubuh yang lembut yang pas dengan parasnya yang imut—walaupun aslinya ga ada imut dan feminimnya sama sekali urghh. Sementara Bunga lebih terlihat tomboy dengan rambut hitam lurus tergerai dan gerak tubuh yang energik serta lugas, namun tetap memperlihatkan sisi kefeminimannya.
"Acaranya udah sampai mana?" tanyaku.
"Belom terlalu jauh sih, soalnya tadi kan ujan jadi diberentiin dulu" jawab Novi.
"Wil kok lu jadi diem sih? Jaim banget, ehem..." godaku walaupun sebenarnya hati miris.
"Iya nih Bunga juga jadi jaim. Biasa tomboy sekarang jauh lebih feminim euy" goda Novi sambil menahan tawa.
"Haish.... Apaan sih lu pada" ucap Bunga kesal. Sementara William hanya diam tidak merespon.
Sebenarnya aku dan Novi memiliki semacam kerjasama untuk menjodohkan Bunga dengan William. Kenapa? Karena kami melihat mereka sepertinya saling tertarik, terutama Bunga. Sementara untuk William, aku hanya menduga saja. Semua ini merupakan usul Novi pada awalnya, melihat Bunga yang sepertinya menaruh rasa pada William—sama sepertiku. Dengan berat hati aku pun menyetujuinnya karena mempertimbangkan juga bahwa Bunga merupakan salah satu teman dekatku. Kurasa dia pun memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan hati William, dengan satu poin plus yang tidak kumiliki. Apa itu? Yeah, she is a girl.
****
Hari semakin larut dan acara berjalan dengan meriah. Banyak peserta telah menunjukkan kebolehannya dan ku akui mereka semua, KEREN BANGET!!
Dance competition ini dibagi dalam beberapa kategori. Ada yang kids ( usia 5 hingga 12 tahun ), solo perform boys, solo perform girls, duo, dan yang terakhir ialah grup dance perform.
Tiba giliran Novi dan Bunga tampil kedepan. Mereka berdua tergabung dalam satu grup dance bersama dengan 5 orang lainnya yang totalnya berjumlah 7 orang. Terdengar teriakan penonton memenuhi atmosfir di tempat ini. Memang yang ku tau, kelompok dance Novi dan Bunga merupakan kelompok dance yang terkenal di daerahku dengan banyaknya kejuaran yang telah mereka menangkan. Belum tampil aja udah heboh gini, pasti nantinya lebih heboh.
"Mari kita sambut... THE PYRAMID!!!" teriak sang host membangkitkan atmosfir lebih panas lagi ditambah dengan dentuman musik keras dan teriakan penonton yang semakin histeris. Tuh kan apa kubilang?
Ku lihat William yang kini berdiri di sebelah kananku. Mukanya terlihat seperti silhouette karena tersamarkan oleh gelapnya malam. Hanya saat lampu yang terkadang menyorot ke arahnya lah aku bisa melihat dengan jelas wajah tampannya yang selalu memikat.
Entah mengapa aku merasa cemas. Setiap kali melihat silhouette'nya, disaat itu juga aku takut kehilangan dirinya. Membayangkan dirinya yang samar-samar di depanku kini, memaksaku untuk berpikir tentang disaat aku benar-benar tidak dapat melihatnya dan berbicara bersama dengannya lagi. Mungkin kalian akan berpikir aku terlalu lebay atau apalah, terserah. Tapi memang itulah yang sedang aku rasakan.
"Ven..." panggil sebuah suara dengan lembut.
Begitu tersadar, kulihat William sedang menatapku dengan bingung.
"Lu gpp?" tanyanya.
"Gpp kok Wil" ucapku berbohong.
"Lu kepikiran soal tadi?" tanyanya lagi.
Aku hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaannya. Malas untuk bersuara rasanya.
"Udah dong jangan sedih. Kan tadi gw udah janji" ucapnya sambil mengelus palaku.
"Iya gw tau kok. Tapi kan tetep aja gw masih kepikiran" ucapku. Tiba-tiba kurasakan sebuah tangan besar memegang pundak kiriku dan memaksaku untuk mendekat ke kanan.
"Wil?" kulihat tangannya yang di pundakku sejenak sebelum akhirnya kupalingkan wajahku kepadanya. Kini aku benar-benar dapat melihat mukanya dengan jelas. Sangat jelas.
"Gw disini kok. Dan lu juga disini. Gak ada yang perlu di takutkan" ucapnya melihatku dengan senyuman lembut dan tatapan teduh. Seketika itu juga hatiku luluh dan merasa tenang. Ya, aku tidak takut lagi Wil.
****
#FLASHBACK
"Jadi.... lu udah berniat buat pergi?" tanyaku lagi tanpa dapat membendung kesedihan yang meluap.
"Ya..." jawabnya lemah.
"Oh... begitu ya" ucapku sangat pasrah dengan kepala tertunduk kebawah. Entah apa yang sedang kulihat, tapi setidaknya lebih baik dibanding harus melihat William saat ini.
"Tapi itu dulu Ven" ucapnya tiba-tiba.
"Hah?" ucapku kaget dan kembali mengangkat kepala memandang dirinya.
"Itu dulu jauh sebelum gw mengenal lu. Sekarang gw ngerasa ada hal yang patut gw pertahankan disini. Se'engaknya gw akan disini sampai lulus SMA, baru setelahnya gw akan di LN" jelasnya panjang.
"Jadi lu ga akan pindah dulu?" tanyaku antusias.
"Iya" jawabnya tersenyum. Ah senyum itu, selalu saja membuaikanku.
"Janji ya?" ucapku sambil mengeluarkan kelingking kanan.
"Iya gw janji" ucapnya kemudian dengan kelingking kanannya yang dia pautkan di kelingking ku kini.
Dia sudah berjanji, dan aku percaya janjinya.
"Tapi tahun depan lu lulus kan?" tanyanya.
"Iya, gw lulus tahun depan" jawabku.
Betul juga kata dia. Tahun depan aku sudah akan menghadapi ujian nasional dan kemudian melanjutkan pendidikan ke universitas. Aku jadi sadar bahwa aku lah sekarang yang akan pergi meninggalkannya terlebih dahulu.
"Lu... mau kuliah dimana?" tanyanya.
"Belum tau Wil. Tapi yang pasti di luar kota" ucapku lemah.
"Oh..." hanya itu ucapnya.
"Kenapa ya kita ga kenal dari dulu? Baru SMA ini kita ketemu dan tiba-tiba aja ada banyak kejadian yang kebetulan, seakan menggiring kita untuk kenal satu sama lain lebih dekat" ucapku mengenang kejadian-kejadian yang telah terlewati.
"Itu juga yang gw bingung. Dulu gw juga pernah mikir gitu. Kenapa ya kok bisa begitu banyak kejadian yang kebetulan membuat kita jadi dekat? Mulai dari culture day, lomba puisi, olimpiade. Sejak gw lahir belum pernah kejadian kek gini terjadi, ditambah juga gw baru ketemu orang yang punya motor bener-bener kembar. Hahahaha..." ucapnya diakhiri dengan tawa.
Melihatnya tertawa membuatku ikut merasakan bahagia. Aneh memang, tapi percayalah itu nyata.
"Hahaha... Gw rasa ga ada yang namanya kebetulan Wil. Mungkin ini udah takdir?"
"Ya gw rasa juga begitu" ucapnya tersenyum.
"Tinggal 1 tahunan lagi ya mungkin kita bisa bareng kek gini, dan itu bukan waktu yang lama" ucapku agak sedih.
"Cepat atau lambat memang perpisahan itu bakal dateng Ven. Yang perlu kita lakuin sekarang cuma menjalani hari dan menikmatinya" ucapnya bijak.
Ku tarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Ya, dia benar. Aku harus menikmati hari yang ada saat ini. Biarlah kini aku membuat banyak memori tentangnya yang dapat kubawa kemanapun aku dan dirinya berada nanti. Raga memang tidak pernah dapat selalu bersama, namun ku tahu kenangan kan selalu ada dan menjadi pengingat cerita-cerita saat raga kami tengah bersama.
Ku lihat jendela disampingku. Hujan telah berhenti, langitpun tampak membiru dan matahari mulai bersinar. Dapat ku lihat pelangi yang begitu indah disana.
"Wil! Pelangi Wil!" ucapku sedikit berteriak sambil menunjuk keluar. Sesaat kemudian ia pun ikut menoleh dan melihat sambil tersenyum.
"Indah ya" ucapnya.
"Ya" ucapku sambil mengalihkan pandanganku kepadanya.
"Sangat indah"
eh billy kmana ya kok gak muncul?