It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Yeeee .... kerenn =D>
gmn kbr billy ya ???
Di tmbah lg konflik nya biar tambah seru...
@venvenvenven
Seret paksa:
@Tsunami @ryanadsyah @lulu_75 @3ll0@arifinselalusial @d_cetya @4ndh0 @Adamx @kaka_el @Tsu_no_YanYan @dafaZartin @Cyclone @Rika1006 @Adi_Suseno10 @boygiga @JengDianFebrian @cute_inuyasha @Ndraa @Widy_WNata92 @ciel_P @Rifal_RMR
Hari ini aku akan kembali ke Jakarta. Selesai sudah liburanku di Jogja, kampung halamanku. Sayangnya, mama tidak bisa ikut kembali bersamaku, karena masih ada pekerjaan yang perlu ia selesaikan di sini. Sementara aku yang besok lusa sudah harus masuk sekolah, terpaksa pulang sendiri terlebih dahulu.
Selama seminggu ini, aku benar-benar menikmati semua hal yang ada di kampung. Mulai dari pergi ke pasar tradisional, jalan-jalan merasakan suasana kampung yang kurindukan, mengelilingi Jogja, dan lain sebagainya. Bahkan sehari sebelum pulang, aku sempat untuk pergi ke Merapi dan berwisata disana. Maklum, sejak kecil aku belum pernah kesana. Walaupun sebenarnya dari rumah nenek buyutku, aku dapat melihat gunung Merapi. Ya, tapi hanya melihat.
Ngomong-ngomong, nenek buyutku memang masih hidup loh sampai sekarang dan sehat. Diumurnya yang sudah memasuki kepala delapan, ia masih sanggup untuk berjualan lemper di pasar setiap pagi atau lebih tepatnya setiap subuh. Kakek ku adalah anak pertama dari tujuh bersaudara dan mamaku adalah cucu pertama dan tertua diantara yang lainnya. Karena begitu banyaknya anak dan cucu nenek buyutku ini, tidak heran apabila aku memiliki paman yang masih berumur tiga tahun, yakni cucu dari anak ke tujuh nenek buyutku (yang paling akhir).
Enam tahun terasa begitu cepat. Dulu aku masih duduk di bangku SD dan saudara sepupuku juga masih balita. Namun sekarang mereka telah beranjak remaja, bahkan bibiku yang dulu belum memiliki anakpun sekarang sudah dikaruniai tiga anak lelaki yang imut-imut.
Aku diantar oleh kakek, nenek, dan adik sepupuku dari adik kandung mamaku yang masih balita menuju bandara Adi Sucipto. Pesawat yang kutumpangi akan berangkat pukul 16.30 sore.
"Hati-hati yo le. Jangan lupa telepon mama mu kalau udah sampe Jakarta ya" pesan nenek begitu aku hendak memasuki check in airport.
"Iya mbah. Nanti aku pasti kabarin kalo udah sampe" ucapku menenangkan.
"Mas Teven, ojo lupa loh ya ngabarin (jangan lupa kabarin)" ulang si kecil Atika mengingatkan. Hihihi... emang lucu banget nih anak.
"Iya nok (dek)" ku tundukkan badanku sambil mengelus rambutnya yang panjang.
"Engko aku yo melu numpak pesawat ke tempat mas Teven yo mbah" (nanti aku juga 'kapan-kapan' ikut naik pesawat ke tempatnya mas Steven ya nek) ucapnya ke nenek.
"Iyo engko ya nok' jawab nenek.
"Mbah, Kung, Sisi pulang ya. Jaga diri baik-baik disini. Kalau ada waktu, lain kali pasti aku bakal main lagi" ucapku pada nenek maupun kakek. Rasanya sedih sekali mengucapkan salam perpisahan pada mereka.
"Iya pasti. Kamu juga ya le" ucap nenek lalu menarik tubuhku untuk mendekat agar dapat dipeluk olehnya. Hangat... hanya itu yang dapat kurasakan darinya. Kubalas pelukan nenek sambil mengelus punggungnya dengan lembut.
Begitu kulepas pelukan nenek, kulihat matanya telah basah. Kuhapus air mata nenek yang masih mengalir dengan ibu jariku dan tersenyum padanya seolah berkata "Tenang nek, aku janji pasti akan datang lagi"
"Kung" ucapku mengalihkan padangan padanya dan kulihat matanya pun juga basah. Walau tidak ada air mata yang mengalir, aku yakin ia sedang menahan tangis. Aku tersenyum dalam hati, melihat kakek yang berusaha tegar melepas kepergian cucunya ini. "Aku pamit ya. Jaga kesehatan Kung. Jangan terlalu capek, nanti takut asma nya kambuh. Oke?" ucapku sambil tersenyum.
"Iyo le. Kamu disana juga harus jaga kesehatan ya" ucapnya kemudian menepuk pundakku dengan mata yang terlihat berkaca-kaca.
Kulirik jam yang telah menunjukkan pukul tiga sore. Sepertinya ini sudah saatnya untuk check-in bagasi dan bersiap di dalam. Ku jinjing koperku dan mulai berjalan menjauhi kakek, nenek, dan si kecil Atika. Hanya sampai disinilah mereka dapat mengantarku, namun aku sangat berterima kasih akan hal itu. Sebelum sampai di pintu masuk, kupalingkan wajah sejenak untuk melihat mereka. Kulambaikan tanganku setinggi-tingginya dengan senyum yang mengembang. Ini bukanlah perpisahan untuk selamanya, jadi tak ada air mata yang perlu ku teteskan. Karena aku tahu, suatu saat aku akan kembali.
****
Setelah mengurus bagasi dan embel-embel lainnya, kini aku hanya perlu duduk manis dan menuggu pesawat yang kutumpangi tiba. Karena tidak ada pekerjaan, aku pun membuka hp sekalian mengecek apa ada pesan masuk. Hari ini aku benar-benar sibuk hingga tidak sempat mengurus hp sama sekali dan begitu ku cek, ternyata banyak sekali pesan masuk, termasuk dari William.
From Willy (today at 11.20)
"Sorry ven kemarin gw udah tidur, hehehe..."
Kubaca pesan dari William dengan perasaan kesal. Bagaimana tidak? Kemarin dia sedang curhat dan tiba-tiba saja menghilang hingga tidak ada balasan apa-apa lagi. Aku sampai menunggunya selama satu jam sekedar berjaga-jaga kalau nanti dia membalas lagi. Tapi apa? Dia malah tidur. Bilang kek kalo mau tidur. Kalo gitu kan sama aja kek dia ngegantungin aku! (plak!). Maksudnya di tengah curhatan dia.
Sebenarnya sih aku tidak terlalu mempemasalahkan hal itu karena curhat gak curhat itu kan hak dia. Tapi ada suatu hal yang membuatku sangat jengkel akhir-akhir ini. Sudah beberapa kali dalam tiga hari ini, ia lama sekali membalas pesan-pesanku. Ya wajar sih mungkin kalian pikir, dia juga kan punya urusan sendiri. Tapi masalahnya, saat aku mengcek statusnya, dia sedang online. Apa? ONLINE!!
Dan kalian tahu? Online nya itu bertahan hingga satu jam kedepan disaat dia membalas pesanku dengan "Sorry Ven gw lupa bales chat lu, keasikan chat sama orang sampe ga perhatiin chat lain masuk". WTF?! Itu pertama kalinya ia lupa membalas chatku, dan pertama kalinya juga ia online di whatsapp dalam waktu satu jam non-stop hanya untuk chatting!
Aku tahu dia bukan tipe orang yang suka chatting dan sibuk dengan hal tersebut lama-lama. Namun justru ini yang membuatku heran! Siapakah gerangan orang yang bisa membuat seorang William betah berlama-lama ber'chatting ria? Awalnya aku berasumsi mungkin dia sedang chat dengan Novi, karena aku tahu mereka cukup dekat dan sering chat juga di WA. Namun begitu ku tanya Novi apakah William sedang chat dengannya, ia menjawab tidak dan ia pun bertanya balik padaku apa aku sedang chat dengan William, karena chatnya pun belum di balas walau sedang online.
Ada perasaan cemburu yang menyelimutiku. Banyak dugaan yang kubuat dan yang paling ku takuti adalah adanya seorang perempuan yang berhasil memikat hati William hingga ia betah berlama-lama chat dengannya. Semua prasangka itu muncul karena seperti yang kubilang, hal seperti ini terjadi tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali berturut-turut dan yang terakhir adalah kemarin malam. Jujur aku sedikit sakit dan kecewa membaca pesannya. Kalau aku memang berharga, seharusnya ia tidak melupakanku. Namun aku hanya bisa pasrah dan berdiam diri karena aku sadar bahwa aku bukanlah siapa-siapa.
"Gw udah tau kok. Udah keberapa kalinya kan kek gitu?" balasku. Selang beberapa menit kemudian ia pun membalas pesanku.
"He he he... Eh iya nanti kalo udah mau take off sama pas udah landing, kabarin gw ya" pesannya. Cih. Sok perhatian. Ya walaupun jujur di dalam hati kecilku aku sangat bahagia dengan perhatiannya itu.
"Iya sip" balasku seadanya dan kemudian tidak ada balasan lagi darinya.
****
"Will, gw udah mau take off nih" pesanku padanya. Kulihat last seen'nya belum berubah sejak chat terakhir kami tadi. Berarti dia belum membuka WA lagi.
"Permisi pak, bisa tolong matikan hp nya? Kita akan segera lepas landas" ucap seorang pramugari yang berdiri di sampingku.
"Oh iya maaf mbak" ucapku kemudian mematikan hp.
****
Sekitar satu jam kemudian, aku telah tiba di bandara Soekarno Hatta dan sedang menunggu dijemput oleh tanteku. Kulihat lagi hp ku yang telah mengirimkan pesan "Gw dah landing nih", kepada William sejak 20 menit yang lalu—tepat disaat pesawat melandas— dan belum ada balasan hingga sekarang. Huh... Padahal dialah yang kuberi kabar pertama kali. Logikanya, jemputan lebih penting daripada orang lain yang tidak memiliki urusan apa-apa perihal kepulanganku. Tapi seperti kata Agnes Monica, cinta itu tak ada logika (plak!)
Tak lama kemudian, sebuah kijang silver yang familiar, berhenti di depanku. Ya, ini pasti mobil tante dan benar saja sesaat kemudian tante keluar dan menyambutku dengan gayanya yang nyablak alias judes. Tanteku ini memang terkenal judes dan galak sejak dulu, tapi aku tau dia sangat baik dan penyayang. Di usianya yang memasuki kepala lima, ia masih terlihat cantik dan muda. Padahal aku tau dia tidak pernah melakukan perawatan berlebihan yang dilakukan tante-tante lain untuk tetap awet muda. Memang dasarnya saja tanteku awet muda, hihihi...
Sesudah memasukan koper, mobil pun melaju meninggalkan bandara. Disepanjang perjalanan, tante menanyakan kondisi mbah buyut, nenek, dan kakek serta sanak saudara yang lainnya. Kemudian ia juga bertanya apa saja yang aku lakukan disana dan apakah aku senang? Tentu saja aku menjawab semua pertanyaan tante dengan positif dan antusias. Tidak ketinggalan aku juga menceritakan seluruh rangkaian liburankanku serta kekonyolan-kekonyolan adik sepupuku, Atika.
Saking asiknya bercerita, tanpa disadari aku telah sampai di rumah. Wow cepat juga ya. Begitu masuk, aku pun segera merapihkan semua barang bawaan dan mandi sekedar melepaskan lelah. Sesudah mandi, kulihat jam yang menunjukan pukul delapan malam.
Kurebahkan tubuhku di kasur dan mengambil hp untuk mengecek pesan. Ternyata William telah membalas pesanku.
"Sorry ya Ven gw baru bales. Tadi abis basket. Syukurlah lu udah sampe dengan selamat " aku sedikit tersenyum membaca pesannya itu. Antara senang dan sinis. Senang karena dia perduli dan sinis karena mana ada orang basket dari jam empat sampe delapan?
"Slow aja kali" balasku dengan malas. Tidak ada balasan darinya hingga sepuluh menit kemudian walaupun statusnya online. Mungkin dia sedang chat dengan 'teman yang membuatnya ke asikan itu hingga lupa dengan temannya yang lain'.
Saat aku sedang membalas chat dari temanku yang lain—sekaligus menunggu balasan William, akhirnya pesan dari William datang dan langsung kubalas saat itu juga. Namun dia baru membalasnya lima hingga sepuluh menit kemudian dan hal itu terus berulang selama dua jam dan puncaknya saat ia lagi-lagi lupa membalas chatku hingga satu jam dalam keadaan online.
Oke ini sudah terlalu sering and it pissed me off! Kubuka chat terakhir darinya dan tak ku balas lagi. Percuma. Toh nanti juga dia lupa. Lebih baik aku tidur dan beristirahat daripada makan hati. Biarlah sana dia bersenang-senang dengan 'teman'nya itu. Cih.
Aku berusaha untuk tidur dan terus memejamkan mata, namun aku tidak bisa. Tiba-tiba saja perasaanku tidak enak dan hatiku gelisah. Ughh... Kupegang dada kiriku yang mendadak nyeri dan kurasakan jantungku sedang berdugub kencang.
Degg Degg Degg Degg
Aku bertanya pada diriku sendiri, apa gerangan yang terjadi? Semoga ini hanyalah kecemasanku semata. Semoga...
ada yg mirip gw, sering bgt klo chat ga sengaja gw tinggal bubu ...
hahhaa, spt biasa khusus story ini gw ksh quote :
"Dont waste the words on people who deserve your silence.
Sometimes the most powerful thing you can say is NOTHING AT ALL..."
@Adamx mana billy :0
@Rifal_RMR ok
@Tsunami tuh dah d update ko. Sampe bgadang loh kmarin hahaha ) Gpp asal ga ngacangin org kek Willy aja. Like ur quotes
@Ndraa kamu?! PHO heyy!! )
@3ll0 hiks