It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Mengundang:
@Tsunami @ryanadsyah @lulu_75 @3ll0 @arifinselalusial @d_cetya @4ndh0 @Adamx @kaka_el @Tsu_no_YanYan @dafaZartin @Cyclone @Rika1006 @Adi_Suseno10 @boygiga @JengDianFebrian @cute_inuyasha @Ndraa @Otho_WNata92 @ciel_P @Rifal_RMR @nakashima @Rikadza @Sho_Lee @revan_27 @ramadhani_rizky @rama_andikaa @bayuindra-san @DoojoonDoo @malmol @AryaPutra_25 @DekMenoel @raden_sujay
Thanks For Today
Makkkk!! Huaaaa!! Kepalaku serasa mau pecah menghadapi setumpuk tugas dan berentet ujian yang siap menyambut esok hari. Bukannya aku mengulur atau tidak mengerjakan tugas-tugas itu, tetapi jadwal bimbel benar-benar menyita waktuku.
Ya, salahku sendiri juga karena memintanya. Tapi sungguh, aku tidak menyangka akan seberat dan semelelahkan ini. Setiap hari pulang dari sekolah hanya untuk mengambil buku dan bertukar pakaian, sebelum akhirnya berangkat lagi untuk.... belajar.
"Aghhh!!!" teriakku frustasi di kelas saat ini hingga membuat beberapa pasang mata menoleh.
Plak! Kurasakan sebuah hantaman tepat di atas kepalaku.
"Aww!" ringisku kemudian menoleh dengan tatapan tajam ke bangku sebelah. Siapa lagi sih orang yang punya kebiasaan geplak kepala orang lain kalo bukan si nenek sihir? (dibaca : Vina ) "Resek lu!" ucapku.
"Lu tuh yang bikin orang kaget, tiba-tiba teriak gitu. Untung kagak ada yang jantungan. Coba kalo ada? Mau tanggung jawab?!" balasnya sewot.
Aku hanya diam menatapnya sambil terus mengusap-usap bagian kepala yang dicium oleh buku sejarahnya. Eh, buku sejarah?
"Woi nenek lampir, lu geplak gw pake buku sejarah ya?!" ucapku begitu menyadari suatu hal.
"Hehehe...." sekarang giliran dia yang nyengir tanpa dosa menyadari perbuatannya.
"Pantes nih pala masih nyut-nyutan lu geplak pake buku sejarah yang tebelnya 300 halaman aghhh!" protesku kesal.
"Maap deh maap, abis reflek sih" ucapnya dengan muka sok polos dan kedua tangan yang dikatupkan di depan wajah.
"Huh...."
"Maap ya, pleaseeee......" ucapnya sambil terus mengatupkan kedua tangan di depan wajah. "Hmmm.... gimana kalo sebagai permintaan maafnya gw ajak makan bakso?"
"Cih sorry ya gw ga bakal tersogok" balasku sok jual mahal.
"Dua porsi deh. Gimana?" aduh di sogoknya lebih intens, gimana bisa nolak ya? Hahaha...
"Huhhh... yaudalah kalo lu maksa"
"Halah bilang aja mau" celutuknya.
"Ih ihklas ga sih nraktirnya?"
"Ikhlas kok ikhlas. Jangan ngambek lagi ya, hehehe..." bujuknya sambil mencubit hidungku.
"Ughh.... Ga bisa napas gw" ucapku dengan suara yang terdengar berbeda dari biasanya.
"Hahahaha!!" tawa si nenek lampir nyaring. "Suara lu lebih bagus gini Ven, besok gw beliin jepitan baju ya buat di idung. Hahahaha!!" lanjutnya kurang ajar. Ughhh... nih anak kalo bukan cewek udah bakal kujadikan ulekan sambel buat ubek-ubek mulut lemesnya.
"Hei..." ucap sebuah suara yang terdengar familiar.
"Hai babe...." balas Vina pada pacarnya, Billy.
"Lagi apa kamu?"
"Nih lagi ngerjaiin makhluk ngeselin di disebelahku" ucapnya seraya menunjukku dengan dagunya.
"Lah kok gw? Ada juga lu yang ngeselin" protesku. Kulihat Vina hanya menjulurkan lidahnya mengejek.
"Oh iya babe, ngapain kamu kesini? Kangen ya sama aku?" ucap Vina dengan gaya genit seraya mencolek-colek dagu Billy. Iyuh.... gak cocok.
"Ya iya dong masa kangen sama dia?" sahut Billy sambil melihatku dengan senyum menyindir. Ih... mulai ngeselin dia.
"Siapa juga yang minta dikangenin" ucapku misuh-misuh.
"Babe, nanti pulang sekolah aku mau ajak nih bocah satu buat makan bakso. Kamu ikut juga ya?" ajak Vina.
"Bakso dimana?"
"Itu di ruko depan sekolah"
"Hmm...." gumamnya sambil melihat ke arahku. Hish. Ngapain dia liatin aku? "Boleh deh" setujunya. Ahhhh!! Si kunyuk ikutan lagi. Gak bakal tenang nih makannya.
"Oke deh kalo gitu, langsung ketemuan disana aja ya" ucap Vina.
"Sip!" balasnya dengan mengacungkan jempol.
****
KRINGGGG!!!
Bel pulang telah dibunyikan. Tanpa menunggu lama, aku dan Vina segera pergi ke bakso Pak Asa di depan sekolah. Rupanya tidak hanya kami yang memiliki ide untuk makan di tempat ini. Buktinya, banyak tempat yang sudah terisi baik oleh anak muda maupun orang dewasa.
"Wahh penuh banget ini" ucap Vina sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. "Eh itu ada tempat" tunjuknya kemudian menarikku.
Aku sedikit enggan untuk menghampiri tempat yang ditunjuk oleh Vina. Bukan karena tempatnya yang tidak nyaman ataupun kotor. Tapi....
"Heyy!!" sapa Vina.
"Eh! Kak Vina. Halo kak" balas perempuan itu — yang tidak ku kenal namanya — pada Vina.
"Ceileh pasangan baru berduaan aja" godanya. Kulihat perempuan itu hanya tersenyum malu dengan kedua pipi yang merona.
"Kakak bisa aja"
"Ngomong-ngomong, aku boleh gabung ngak? Tempat makan yang lain udah penuh nih" tanyanya.
"Gabung aja kak, duduk" tawar perempuan itu. Sesaat kemudian Vina sudah duduk manis dan mengajakku untuk duduk juga disebelahnya.
"Ven duduk sini. Ngapain berdiri mulu?" tanyanya. Namun aku tetap diam tidak bergeming hingga akhirnya Vina menarikku dan memaksaku untuk duduk. "Duduk aja kok susah. Nih pesen" ucapnya kemudian menyodorkan menu.
Jujur saja saat ini aku sudah kehilangan selera makanku. Kenapa? Jawabannya karena melihat pemandangan pasangan baru di depanku. William dan....
"Ven kenalin nih adik kelas kita, Tiara. Anak cheerleader juga sama kayak gw" ucap Vina memperkenalkan sosok perempuan yang sudah ku kenal sebagai pacar William.
"Tiara kak..." ucapnya memperkenalkan diri seraya menjulurkan tangan. Aku merasakan perasaan tidak nyaman. Apakah aku harus membalas uluran tangannya? Seharusnya iya, karena aku tahu etika. Namun tubuhku terlalu kaku untuk bereaksi normal. Semua pasang mata di meja itu kini memandangku, menungguku untuk mebalas jabatan tangan Tiara. Apa yang harus aku lakukan? Keringat dingin mulai turun membasahi dahiku. Aku panik!!
"Billy" ucap sebuah suara dengan tangan yang terulur membalas jabatan tangan Tiara. Seketika aku terkejut dan menoleh, menyadari Billy yang kini telah ada di sampingku.
"Bukan kamu babe yang diajak kenalan" ucap Vina tiba-tiba memecah keheningan.
"Loh aku kira tadi ngajak kenalannya ke aku" sahut Billy dengan senyuman bad boynya.
"Huh GR kamu! Jangan-jangan kamu suka ya sama Tiara?!" tuduh Vina.
"Ngak kok babe. Astaga neting banget sama pacar sendiri" bela Billy memasang muka melas.
Aku yang duduk di antara mereka berdua menjadi pusing sendiri. Tetapi aku sangat berterima kasih dengan Billy. Aku tahu ia sengaja melakukan itu agar aku tidak perlu memilih dan berpura-pura bahwa semuanya berjalan baik.
"Hahaha kak Vina sama kak Billy berantemnya lucu yah yang" ucap Tiara pada William. Yang? Ayang peyang? Hahaha.... Tawaku miris dalam hati. Seketika itu juga seperti ada sebilah pisau yang menancap di jantungku mendengar ucapan sayang mereka. Kupegang dada kiriku yang terasa nyeri. Rupanya masih terasa sakit.
Kulihat William hanya tersenyum dan tidak banyak bicara. Entah apa yang ia pikirkan. Mungkin ia merasa sama canggungnya dengan keadaan ini. Aku tidak mau ambil pusing dan kurasa memang lebih baik seperti itu adanya.
Tak lama berselang, seluruh pesanan bakso kami telah tiba. Tiara dan Vina memakan bakso mereka dengan syahdu. Sementara aku dan William hanya mengaduk-aduk makanan. Kurasa seluruh selera makanku telah lenyap. Sementara si kunyuk? Dia terlihat memakan baksonya dengan khidmat tanpa beban pikiran.
Kuperhatikan cara makannya yang sungguh tidak cool itu. Kelaperan apa ya nih anak? pikirku. Namun melihat Billy makan tanpa beban membuatku sedikit tersenyum. Walaupun tidak cool, tetapi cara makannya sangatlah lucu. Hmm... kekanakan mungkin? Agak berantakan dan belepotan. Tunggu.... Kenapa aku jadi meratiin dia sih? Kalo sampe dia nyadar bisa besar kepala nanti.
"Huaaa kenyang" ucap si kunyuk setelah menghabiskan dua mangkok bakso dalam waktu kurang dari 10 menit.
"Babe, itu mulut kamu belepotan ih. Makannya kayak anak kecil deh" omel Vina.
"Hah dimana?" tanyanya sambil berusaha membersihkan sisa makanan yang menempel di mulutnya. Walaupun sudah dibersihkan, tetap masih ada sedikit makanan yang menempel di ujung bibirnya.
Merasa lucu melihat Billy yang tidak bisa membersihkan mulutnya dengan benar, ku ulurkan tanganku dan membersihkan kedua sudut bibir merahnya bergantian dengan jempol tanganku.
"Makanya makan jangan kayak anak kecil. Badan doang gede" ucapku setelahnya. Begitu selesai, baru kusadari hal apa yang baru saja kulakukan. Kulihat Billy masih terkejut dengan mata yang menatapku seolah tidak percaya.
"Apa liat-liat?" tanyaku judes. Tidak ingin terlihat salah tingkah, aku pun memilih untuk sibuk dengan makananku. Kuperhatikan sekelilingku dan kurasa tidak ada yang sadar tentang apa yang baru saja kulakukan, termasuk Tiara dan Vina yang terlihat sedang asik bercengkrama. Girls talk.
"Yang, itu kok baksonya ga dimakan-makan sih? Jangan cuma diaduk dong" ucap Tiara melihat William yang hanya bermain-main dengan makanannya.
"Gak nafsu makan aku" jawabnya singkat.
"Sini aku suapin" bujuk Tiara.
Aku hanya diam melihat pasangan baru itu. Rasa tidak nyaman semakin kuat kurasakan. Sebaiknya aku cepat-cepat pergi dari sini sebelum pertahanan yang selama ini kubuat hancur berkeping-keping menyaksikan keromantisan mereka nantinya.
"Apa sih? Ngak usah, aku bisa makan sendiri kok" tolak William.
"Gpp udah nih aku suapin. Buka mulutnya" perintah Tiara sedikit memaksa.
Dengan ragu William pun membuka mulutnya dan akhirnya adegan suap menyuap pun terjadi. Aku tidak sanggup melihatnya lebih dari sekali. Segera kubuang pandanganku dari mereka.
"Ya ampun pasangan baru romantis banget ya" ucap Vina si nenek lampir yang tak tahu sikon. Ga liat apa temennya mulai galau? Ya tapi emang dia ga tahu juga sih.
Aku yang mulai merasa gelisah, segera memikirkan cara agar dapat keluar dari tempat ini secepatnya.
"Ven, bukannya hari ini lu bilang mau pergi nemenin nyokap ke rumah saudara?" ucap Billy secara tiba-tiba dengan suara lantang. Hah? Ngomong apaan sih nih kunyuk?
"Tau dari mana kamu babe? tanya Vina.
"Kemarin dia kan chat sama aku babe. Tadinya aku mau ajak dia main futsal di Arena. Eh dia bilang gak bisa soalnya jam 4 mau pergi nemenin nyokapnya ke rumah saudara" jelasnya. Sejak kapan aku pernah chating gitu? Lagian aku juga gak pernah tuh ngerasa chating'an sama dia.
"Ini udah setengah empat lewat, pulang gih ntar takut ga keburu loh" usirnya. Pulang...? Jangan-jangan....
Kutatap dirinya seolah memastikan dugaanku. Dan sejenak kemudian ia pun mengangguk.
"Oh iya!!" ucapku berpura-pura teringat sesuatu. "Untung lu ingetin Bil. Hmm....Vin gw balik duluan ya"
"Lah gimana sih? Baru juga seporsi"
"Ya besok lu bayar lagi satu porsinya. Gw ada urusan hari ini. Oke?"
"Ogah! Angus pokoknya"
"Yahh.... sayang banget dong" ujarku bersedih.
"Salah sendiri yeee...." ejeknya. Sial.
"Hmm.. semuanya, balik dulu ya" pamitku secara tidak langsung pada Tiara dan William. Kulihat Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, sementara William tidak sekalipun melihatku.
Segera kuambil tasku dan berjalan secepat mungkin keluar dari tempat ini. Sebelum keluar, aku menoleh dan mendapati Billy yang tengah tersenyum kepadaku.
"Makasih banyak Bil buat bantuan lu hari ini" ucapku dalam hati seraya membalas senyumannya dan kemudian pergi berlalu.
Sekitar 15 menit kemudian, pak Agus datang menjemputku di depan gerbang sekolah. Baru saja mobil melaju, terdengar suara pesan masuk dari hpku.
Kurogoh saku celanaku dan mengambil hpku, melihat isi pesan yang masuk tersebut. Hmmm... dari Billy rupanya.
"Lu ngutang satu hal sama gw ya karena hari ini. Pokoknya nanti, hari sabtu lu musti nemenin gw seharian penuh. Titik" begitulah isi pesan yang ia kirimkan. Kampret si kunyuk! Ngambil kesempatan dalam kesempitan.
"Aghhh!!" teriakku frustasi entah untuk kesekian kalinya hari ini.
untung ada Billy.