It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
yg gw suka dari lo nih bub, updatenya cepeet. semoga bgni terus ampe tamat
sepertinya bapak suka nih sama harris ampe mempercayakan dia buat nial. ciyeee
misi bunuh diri? siapaa?
penasaran deh
mereka bunuh diri gtu, serem ah
Part 5 : Calvin Keith
AUTHOR POV
Banyak jenazah relawan yang berserakan. Asap hitam mengepul dimana mana akibat bom yang dijatuhkan oleh pihak Dentaag. Langit menghitam seakan akan mewakili suasana yang terjadi saat itu ditengah hutan di kepulauan Tuna. Team 17 , yaitu kelompok tentara yang sedang dalam perjalanan menuju Ylvan , kota yang saat ini tengah dijajah oleh bangsa Solomon , terlacak oleh musuh. Pihak Dentaag kemudian mengerahkan pasukannya untuk menghabisi Team 17 bersama relawan .
Situasinya sangat mencekam , rintihan kesakitan terdengar dimana mana. Nafas Juanda tersengal sengal. Dia berhasil lolos dari serangan Dentaag dan bersembunyi didalam sebuah goa bersama Ron yang juga selamat.
Pasukan yang dikerahkan memecah formasi dan berpencar untuk memeriksa keadaan sekitar. Mereka juga memasang ranjau didalam tanah. Semuanya terlihat begitu mencekam. Langit juga berubah menjadi kelam. Angin berhembus ke arah utara.
"Hh.. hhh.. Jun.. bagai--"
"Ssstt!!!" Juanda langsung menutup mulut Ron dengan menggunakan tangannya. Ia menyandarkan punggungnya pada tembok dan menempelkan telinganya pada dinding goa.
"Seseorang sedang menuju kesini. Persiapkan senjatamu"
Ron dengan tangan yang bergemetar mengambil selongsong peluru dari dalam tasnya dan membenarkan posisi helm.
"Sssrrk"
Benar saja , seorang tentara pihak Dentaag mendapati sebuah Goa yang terletak dipinggir sungai. Ia lalu masuk kedalam dengan langkah yang benar benar pelan.
Detak jantung kedua sahabat itu berdetak semakin cepat . Semakin cepat dan semakin cepat saat Jun mengode kepada Ron untuk bersiap siap karena musuh dirasa berada dalam radius yang cukup dekat dengan mereka.
Semakin dalam tentara itu memeriksa , semakin minimlah penerangan yang didapatnya. Dengan berani tentara yang berpihak pada Dentaag semakin melambatkan langkahnya dan meningkatkan kewaspadaannya akan musuh. Ia berjalan semakin dalam. Dalam. Dan terus berjalan hingga dirasa tak ada lagi penerangan yang bisa didapat.
Ia mengambil sebuah senter dari dalam tasnya. Ia mencoba menghidupkan senter itu. Mati. Lalu ia kembali mencoba. Masih saja mati. Pria itu menggoncang goncang senternya lalu memukul mukul bagian lampunya pada dinding Goa.
"DORR!"
Pria itu tumbang. Juanda berhasil melubangi jantung orang itu. Ron dengan sigap mengambil senter dan menggeledah isi ranselnya. Ron mengambil beberapa peralatan , seperti sebuah pisau berukuran 15 cm , beberapa kotak peluru , tambang , dan juga sebuah pistol K47.
Sebuah WalkieTalkie yang tergantung pada pinggang jenazah ini berbunyi. Juanda meraihnya dan mencoba mendengarkan instruksi dari seseorang diluarsana yang disebarkan melalui alat ini. Ia tak dapat mendengar jelas apa yang dikatakan orang itu.
"Ron , bersiaplah. Kita akan keluar dari sini"
Ron mengangguk dan segera memasukkan hasil rampasannya kedalam ransel. Kedua orang sahabat itu berjalan dengan penuh kewaspadaan menuju hutan.
"Sekarang kita harus bagaimana?" Tanya Ron pada Juanda .
"Sebaiknya kita kembali ke markas"
"Apa kau bercanda? Kita sudah berminggu minggu berjalan menuju Ylvan. Kau tahu artinya apa? Markas kita dan tempat ini jaraknya sangat jauh!"
"Lalu apa kau mempunyai ide?"
"Krek"
Langkah mereka terhenti. "Kau mendengar itu?" Tanya Juanda yang terlihat sangat waspada. Ia mengangkat pistolnya dan memposisikan tangannya pada peletuk. Matanya berlari larian mencari sosok orang yang mungkin saja ada saat kondisi seperti ini. Sementara itu Ron juga melakukan hal yang sama.
Benar saja , beberapa saat kemudian muncul tembakan dari sisi kanan Juanda. Ia berhasil mengelak dan berlari kedalam hutan begitu pula Ron. Mereka berdua kembali berpisah.
Langit semakin gelap. Helikopter yang mengitari langit satu persatu menghilang. Begitu juga dengan pesawat tempur. Suara gluduk terdengar seperti orang bergumam.
Juanda berjalan dengan langkah yang benar benar pelan. Memutari tempat ia dan Ron berdiri tadi dari dalam hutan. Siapapun orang itu , dia pasti masih berada di sekitar sini. Pikirnya. Dengan waspada ia memainkan bola matanya. Mencoba mencari sosok yang telah menembakkan peluru kepadanya tadi.
Langkahnya terhenti. Burung burung tampak berterbangan dilangit yang kelam itu. Seseorang sedang mengikutiku. Batinnya. Ia lalu bersembunyi dibalik sebuah pohon.
Benar saja , beberapa saat kemudian ia melihat seorang tentara yang membawa sebuah K47 dengan peredam suara. Jun menyiapkan senjatanya dan
"DOR!!!"
Orang itu tumbang seketika. Juanda lalu merebut WalkieTalkie orang itu dan membawanya pergi.
"....bzzzz...bzzzz"
Juanda mencoba mendengarkan suara dari benda itu sambil berjalan menuju tempat dimana ia berpisah dengan Ron tadi. "...bzzzz...bzzz..Clear..bzzz"
Bagus. Batin Juanda
"Jun!!!" Pekik Ron dari dalam hutan yang berlarian ke arah Juanda. "Aku menemukan Abi dan 3 orang yang lainnya!"
Mendengar kabar itu, Juanda segera berlari mengikuti Ron kedalam hutan. Ia menemukan Harry dan Abi terluka pada bagian pipi dan paha. "Abi! Abi! Apa kau baik baik saja?"
Abi meringis kesakitan , "Ya , hanya tertembak sedikit"
"Sedikit? Kau terluka parah!"
"Aku masih bisa berjalan Jun"Abi mencoba menenangkan Juanda."Harusnya kau mencemaskan Tobing. Gendang telinganya pecah akibat letusan bom yang meledak tepat 1 meter darinya"
Juanda kemudian menoleh kepada Tobing yang sedang tergeletak sambil menutup telinganya. Pemuda itu terlihat menggigil dibawah sebuah pohon lain.
"Tobing" panggil Jun. Ia tak merespon.
"Percuma, telinga kanannya tak lagi berfungsi" ucap Harry yang sedikit tenang.
Juanda menatap Tobing yang memunggunginya. Ia meringkuk. Jun bisa melihat badannya yang seperti bergetar.
"Mana yang lain?" Tanya Juanda
"Kami terpisah ditengah hutan setelah mereka meledakkan Capt. Stephen dengan bom" kata Abi yang mencoba berdiri dari duduknya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Kita harus pergi dari sini" Jawabnya .