It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Jun , Ron , dan Harry terdiam. Mereka mencoba menelaah argumen Abi. "Kau benar" kata Ron menambahkan.
"Ylvan tak jauh lagi dari sini. Aku masih punya petanya" Ron melepaskan ranselnya dari punggung dan mengeluarkan sebuah peta. Mereka semua lalu berkerumun -kecuali Tobing- . Juanda menghidupkan senternya dan menerangi peta Ron.
"Anggaplah sekarang kita berada disini" Ron menunjuk sebauh kawasan yang berwarna hijau pada peta. "Dan markas Dentaag tepat berada di balik gunung ini. Akan sangat mudah bagi mereka untuk menerkam kita saat sedang beristirahat" Jun , Harry dan Abi hanya berdehem sambil terus menperhatikan Ron.
"Seandainya kita bisa melewati sungai ini malam hari ini" Ron menunjuk sebuah garis bergelombang warna biru pada peta. "Kuperkirakan kita akan sampai di Ylvan tepat tengah hari besok" Ke empat orang itu terdiam sebentar.
"Aku , kau , Tobing , dan Harry mungkin masih bisa berjalan. Tapi bagaimana denganmu , Abi?"
"Aku masih bisa berjalan. Percayalah"
"Bagaimana?" Tanya Ron . "Apa kalian mau mati ditempat ini?"
Ke-4 temannya langsung menggeleng. "Baiklah kalau begiti ayo kita berangkat sekarang" ucap Harrye memerintah teman temannya yang lain.
Jun membangunkan Tobing. Sementara Ron membantu Abi yang sedikit kesusahan berdiri. Hari semakin gelap. Perjalanan panjang merekapun dimulai.
Sementara itu disebuah tempat yang menyerupai sebuah lapangan terbang dimana terdapat banyak tangki tangki minyak berukuran besar , mobil , serta pesawat tempur . Sebuah tempat yang terletak di bagian Barat Daya kota Ylvan . Seseorang berbadan besar berjalan bersama ajudan-ajudannya menuju sebuah ruangan yang berada dilantai paling teratas. Matanya tajam laksana elang. Langkahnya pasti bagai rumus matematika. Banyak medali yang tertempel pada bagian dadanya. Ia berhenti pada sebuah pintu yang dijaga oleh seorang prajurit bersenjata. Prajurit itu lalu membukakan pintu dan menpersilahkan pria itu masuk dan meninggalkan ajudannya diluar.
Ia berjalan memasuki sebuah lorong yang minim cahaya serta berbelok belok dan berujung pada sebuah pintu lagi . Ia menempelkan jempolnya pada alat pemindai dan kemudian pintu terbuka otomatis.
"Hello , Harris" sapa orang itu ketika melihat seorang anak lelaki yang ditaksir berusia 4 tahunan tengah berlatih beladiri bersama gurunya. Ia berhenti di depan sebuah meja yang berada didepan sebuah jendela besar.
"Selamat datang , presiden Harold Dentaag" Ucap seseorang dibalik kursi putar. "Silahkan duduk"
Harold kemudian menarik kursi dari meja dan duduk. Wajahnya menyatakan bahwa ia benar benar tengah naik pitam saat ini. Itu ditegaskan lagi oleh sorot matanya.
"Hanya hilang 1 orang saja kan?" Kata orang itu dengan santainya lalu memutar kursinya menghadap presiden. "They said , untuk meraih kebebasan kau memang harus rela kehilangan"
Presiden Harold benar benar geram. Selaku presiden dari negerinya dan juga pimpinan dari penyerangan ini. Ia merasa benar benar bertanggung jawab akan nyawa setiap personilnya.
"KAU BERJANJI AKAN MENJAMIN KESELAMATAN ANAK BUAHKU!!" Ia memukul meja dengan keras hingga membuat sedikit kopi berserakan.
"Tenanglah. Kau menghancurkan mejaku"
"BAGAIMANA AKU BISA TENANG SEMENTARA KALIAN TETAP TAK BISA MENGHANCURKAN BAJINGAN BAJINGAN ITU!!?"
Pria itu kembali menyeruput kopinya dengan santai. "Kau sudah menandatangani perjanjian untuk bekerja sama dengan mafia seperti kami. Tenanglah kami bukan orang orang yang tak bertanggung jawab"
Harold berhenti berkata kata. Sebagian dari dirinya merutuki perjanjian yang telah ia setujui untuk bekerja sama dengan Organisasi Mafia semacam ini.
"Menurut data yang sampai padaku , hanya ada 6 orang yang berhasil lolos dari 90 orang. Benar?"
"Ya"
"Aku akan menyuruh orang orangku untuk masuk kedalam hutan nanti malam. Tak akan ada yang bisa menggagalkan rencanamu untuk menjadikan Polevia sebagai bagian dari wilayah teritorial negaramu"
Harold mendengus sambil melipat tangannya didadanya. Ia kembali menatap tajam kepada pria yang saat ini berada didepannya , "Mr. Keith, kau tahu bagaimana tertekannya aku jika melihat musuh yang masih bebas berkeliaran bukan?"
Keith berdiri dari duduknya. "I do. Lalu kenapa?" Ia membelakangi Harold dan memandang langit yang sedang memuntahkan isinya saat ini.
"Satu saja, satu saja semut diluar sana yang masih bisa hidup dengan bebas. Itu sama saja dengan membiarkan pers dunia memakanku hidup hidup dalam berita murahan yang mereka buat itu"
Keith terdiam. "Kau tahu Organisasiku tak akan semudah itu membiarkan seekor semut bahagia kan?" . Ia meraba pinggangnya dan menarik sebuah pistol dari pinggangnya. "I'm 100% kau pasti tau betapa bencinya aku diragukan oleh sekutu sendiri" ia lantas menodongkan pistol itu pada Harold.
"Kau tak bisa membunuhku , Mr. Calvin Keith"
"Kenapa tidak?"
Harold tercekat. Ia tak berkutik saat ini.
"Yang kuminta hanyalah, percayakan semuanya padaku. Dan biarkan organisasi kami bekerja. Jika kami berhasil, kau juga akan membantu kami mengedarkan benda benda menarik yang kami ciptakan. Cukup mudah bukan?" Keith berjalan mendekati pria bertubuh besar itu dengan pistol yang sewaktu waktu bisa dengan mudah melubangi kepalanya. "Aku tak ingin memberikan tontonan ini pada anakku yang masih kecil ini , Harold. Tapi kau terlihat memaksaku untuk melakukannya"
Keringat dingin bercucuran dari dahi Harold. "Baiklah. Aku akan melakukannya untukmu"
Keith mengembangkan senyumannya. Bagai Gladiator yang berhasil menumbangkan singa di tengah tengah Colosseum. Keith berhasil menggertak Harold.
Presiden itu benar benar menyesali perbuatannya telah setuju untuk bekerja sama dengan pria licik ini.
Juanda dan teman temannya berhenti tepat diseberang sungai. Mereka merasakan letih yang sangat hebat pada tubuh mereka dan memutuskan untuk beristirahat sebentar. Ron membaringkan Abi diatas tanah dan kemudian ia juga ikut duduk.
"Seharusnya kau tidak memaksakan diri untuk berjalan, Abi"
"Sudahlah Harry , aku baik baik saja"
"Ahh sudahlah. Kita beristirahat dulu. Perjalanan kita masih panjang. Aku akan berjaga dan kau Ron , gantikan aku jika aku sudah tak sanggup lagi" perintah Juanda pada teman temannya .
Mereka semua lalu berbaring. Juanda melepaskan ransel dan peralatannya. Langit semakin gelap. Hujan turum drngan begitu derasnya. Beberapa kali kilatan petir juga menyambar dari langit.
Juanda teringat pada Istrinya , bagaimana keadaan istrinya , apakah anaknya sudah makan , apakah anak dan istrinya betah tidur dalam cuaca seperti ini.
Pikiran Juanda terus melayang layang hingga hujan berhenti turun. Tetapi langit masuh terlihat angkuh untuk bersahabat.
Perlahan lahan telinga Jun mendengarkan sebuah suara. Kmudian hening. Muncul lagi. Dan hening lagi.
"Cari di sebelah sanaa!!"
Astaga! Pekik Jun dalam hatinya. Seseorang sedang melacak keberadaan mereka saat ini. Jun membangunkan teman temannya yang lain yang tengah tertidur dan bergegas pergi meninggalkan tempat itu.
Mereka terus berjalan. Berjalan. Dan berjalan dengan senjata yang terdapat pada masing masing mereka.
Petir kembali menyambar. Gemuruh terdengar meraung raung dari atas langit.
"Stop!"
Mereka semua berhenti dan bersembunyi pada sebuah semak semak.
"Perhatikan itu" tunjuk Abi ke sebuah bangunan yang dipenuhi dengan tangki tangki besar. "Tempat apa ini?"
Ron lalu mengeluarkan teropongnya dari tas. "Tempat apapun itu, yang pasti saat ini target utama kita sedang berada di tempat itu"
Jun, Harry, Abi, dan Tobing tergidik. "Dipuncak itu.." Ron menunjuk sebuah tempat yang berada di puncak . "Aku bisa melihat Harold Dentaag darisini"
"Kau yakin?" Tanya Jun yang langsung dijawab Ron dengan anggukan.
"Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" Tanya Tobing yang sudah sedikit terbiasa mendengar dengan telinga kirinya
"Apa salah satu dari kalian mempunyai box telefon darurat yang bisa menghubungi markas?" Tanya Jun
"Aku punya" jawab Tobing
"Apa yang akan kau lakukan dengan telfon itu?" Tanya Abi
"Lalu?" Sambung Harry
"Kita akan menangkap Harold malam ini juga" kata Jun pongah sambil mencari cari box telefon dalam ransel Tobing.
Ke-4 rekannya terkejut mendengar pernyataan Jun. "Apa kau bercanda? Itu sama saja dengan bunuh diri!" Keluh Harry geram.
"Lalu? Apa yang akan kau lakukan disini?" Tanya Jun "Kau ingin menunggu orang orang itu memergoki kita disini yang tengah mengintai pimpinan mereka?"
Harry terdiam .
"Kau benar , Jun. Ini jalan buntu. Kita tetap akan mati. Jelas sekali misi ini gagal" sambung Abi
"Apa maksudmu!? Tak akan ada yang mati!" Bentak Jun yang sepertinya frustasi.
Ron mendekati Jun dan mengusap punggungnya. "Jun , Abi benar. Kesempatan untuk menuntaskan misi ini hanya 1% . Menurutmu orang orang di markas akan bisa menurunkan bantuan begitu saja malam ini?"
"SUDAHLAH!!"
Ke-4 rekan Jun terkesiap. Juanda benar benar frustasi saat ini. "TAK AKAN ADA LAGI YANG MATI MALAM INI!!"
"Tapi.."
Bukk! Satu pukulan dari Juanda bersarang di pipi Harry. Ia meraung kesakitan. "BAJINGAN! KAU INI BISANYA HANYA MENGELUH!!"
Kemudian hening. Jun benar benar naik pitam.
"Sekarang dengarkan aku. Abi, kau bertugas untuk memantau kondisi. Masing masing dari kita punya WalkieTalkie. Aku , dan kalian bertiga-Ron, Harry, dan Tobing- akan menyelinap masuk kedalam gedung itu" Jun terengah engah "Apa kalian paham?"
Tak ada yang menjawab.
"Apa kalian paham!!?"
Mereka bertiga lalu mengangguk dan langsung bersiap siap untuk menyelinap. "Abi , kau jaga dirimu"
Dan kemudian mereka secara perlahan keluar dari semak semak dan berlari menuju gedung tersebut. Abi berjalan pincang mencari tempat aman baginya untuk memantau keadaan. Ia mengambil teropong dan menghidupkan WalkieTalkie nya.
Sementara itu , Keith dan Harold berjalan keluar dari ruangan pemimpin Organisasi Mafia itu. Mereka berjalan untuk melakukan inspeksi dalam proses distribusi dan produksi narkotika yang menjadi penghasilan Keith selama ini.
"Bagaimana? Kau suka dengan semua ini?"
Harold termangu melihat pemandangan didepannya.Ia tak percaya dengan matanya sendiri.
@balaka @new92 @3ll0 @lulu_75 @d_cetya @Tsu_no_YanYan @Tsunami @balaka @zakrie @DafaZartin @arifinselalusial @ramadhani_rizky @Adi_Suseno10 @bianagustine dan lain lain. lupa gue. selamat membaca *ketawajelita*
@Moccachiino Makasih udah di mention {} gak berani baca Flashback nya ah lewat ajah ==}
Betewe kalian tahun baru begimana?? #Salam_Sejahtera
@d_cetya bapaknya nial tau , cuman Harris ngga merasa pernah bertemu ama bapaknya Nial
Ahhh tahun baru aq malah flu,,, jadi cuma dirumah aja tiduran,ngeforum ama makan coklat,,,, ditemani sekotak tisu,,,