It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kalau yg dilempar bom gmana
itu mah Bi namanya Abub.Omnifora-pemakan segalanya-wakakakaka
EAAAAA
@3ll0 gue juga tau kali bi apaan. Tapi, emangnya gue bi? Kalo gue bilang mah cowok mana yang ga bakal doyan liat model2 Victoria Secret lagi catwalk?
@Tsunami silahkan duduk mas. Mau minum apa? *nyodorinbukuMenu*
Ohhh jadi abub bi tapi cenderung ke cewek,,, kalo dede @3ll0 gimana? Yakin fudan doang??? Ada yg bilang fudan itu cuma mitos,,,
Part 6: Vow
Harris POV
“Jadi.. Haikal , Miki , Heri dan juga Bisma menyelinap masuk kedalam gedung itu meninggalkan Fabian yang tengah terluka?” tanya Nial. I just want to ask that one! Aku kembali berpaling pada bapak yang menjawab pertanyaan anak semata wayangnya itu dengan anggukan.
“Tapi pak, apa Fabian nggak ketahuan sama penjaga? Kan banyak penjaganya tuh” kali ini ibunya Nial juga ikut bertanya. That old lady terlihat sama antusiasnya dengan anaknya saat Bapak menggantungkan kalimatnya ketika mengatakan ke-4 tentara itu menerobos masuk kedalam markas besar Boomer.
“Nggak lah buk. Wong Fabiannya nyari tempat yang agak enakan dikit buat sembunyi”
“Bapak, but how did they could escaping themselves out of that place? I mean , kau bilang itu semua adalah misi bunuh diri” Aku lalu mencondongkan badanku sedikit kedepan. “It’s really impossible bagi mereka untuk kabur”
Nial terangguk angguk mendengar perkataanku. How about his mother? She’s confused as always sebelum Nial mengartikan perkataanku padanya dan langsung ditimpali dengan “Ooooh..” ,”Njee Njee” . What is Njee?
“Kemarikan kepala kalian”
Me, Nial and his mother melakukan perintah Bapak. Kami mendekatkan kepala kami kepadanya dan masing masing dari mata kami menatap mantan tentara ini dalam dalam. Begitu dalam. Too deep. Too sharp.
“Mereka...”
Hening.
Masih hening. What the hell , Bapak!? Just say it!
“Bersambung...” Katanya pelan didekat telinga kami bertiga
“Damn it!!” Reflekku sambil memukul dahiku sendiri dengan telapak tangan kanan.
Nial dan Ibunya terduduk lemas dikursi mereka masing masing. Bapak tertawa terbahak bahak sambil memegangi perutnya. Airmatanya bahkan sampai mencuat dari sudut sudut kelopak matanya. Dia mengerjaiku , damn it!.
“Kalian terlalu serius mendengarkan cerita ini. Padahal Bapak hanya menceritakan hal yang Bapak ingat saja” bapak lalu merapikan duduknya. “Terutama kau Harris”
Aku mendengus sebal mendengar kata kata bapak barusan. Padahal aku sudah begitu membayangkan bagaimana serunya adegan tembak-menembak yang akan terjadi nanti. Aku begitu berharap bahwa Boomer dan pemimpin Negeri Para Kurcaci itu mati ditangan ke-4 tentara. Kau bayangkan saja orang sejahat Boomer yang tak peduli dengan arti sebuah nyawa beserta bawahannya yang jumlahnya bahkan mengalahkan jumlah murid di 10 sekolah melawan beberapa tentara yang tengah cidera akibat terluka dalam peperangan. How cool is that?
Nial beranjak berdiri lalu masuk kedalam kamarnya. Bapak dan Ibunya Nial tersenyum lalu menyuruhku menghampiri Nial. And i did. I went there for him dan aku mendapatkan Nial yang sedang mengambil beberapa berkas daridalam tasnya. Much of paper.
“What do you do?”
Nial menoleh sebentar padaku lalu kembali berkutat pada kertas kertasnya. “Kenapa kau kesini?”
Aku mendekat padanya ,”Where do you want me to go?”
“Pulanglah”
“Hanya jika kau ikut denganku”
Kembali dia memelototiku dengan kedua bola matanya yang beriris indah itu. I know what he wants , but i won’t do that. I want to enjoy him and do what his father wants me to do. Aku merebut sebuah kertas darinya. Disana tertulis, “PENTAS SENI DAN BAZAAR SMA KAYU HARAPAN”. I don’t get it.
“Apa maksudnya ini?”
“Kau tak perlu mengetahuinya”
“Oh ayolah”
Dia berhenti. Dan lalu berbalik dan menatap mataku. “Apa kau memaksaku?”
Did i? “I guess,.. yes?”
“Baiklah...” dia mengambil kertas yang kupegang dan kemudian memperhatikannya dan membacanya sebentar. “Sekolahku akan mengadakan sebuah pertunjukan kesenian dan beberapa bazaar yang menjual berbagai pernak pernik khas indonesia dan juga khas desa ini”
Aku kemudian melirik tumpukan kertas yang berada diatas meja belajar Nial. “Lalu apa hubungannya denganmu?”
“Aku adalah bagian dari panitianya”
Seriously? That was cool! Selama di sekolah aku tak sekalipun pernah diikut sertakan dalam kegiatan seperti ini. Aku selalu mendaftarkan diri menjadi panitia, tapi tak satupun dari mereka yang berniat memilihku. Sadly, bahkan ketika form yang berisikan data diriku saat mendaftarpun mereka hancurkan dengan mesin penghancur kertas. Berurusan dengan banyak orang, itu adalah hal terkeren yang pernah kudengar!. “Seriously?”
Nial mengangguk.
“Apa aku boleh ikut?”
“Boleh boleh saja, lagian aku juga akan membagikan selebaran itu kepada semua orang didesa nanti malam”
Tonight? Dia? Sendirian? Aku mendadak jadi mengkhawatirkannya. Bagaimana jika dia bertemu dengan seseorang dijalan, lalu dia ditarik kedalam sebuah gang, lalu bajunya dirobek, dan mereka meremas bokong this cute guy, bahkan.. I don’t want to talk about that. “Aku ikut”
“Kau? Menemaniku? Malam ini?” that gaze. The one that i hate the most. But he makes it sweet. “Apa kau berniat menyelinap masuk kedalam kamar seseorang lalu memperkosanya?”
Apa sih yang dia pikirkan?
“Kenapa kau mengernyit seperti itu?” Tanya Nial seolah olah menelanjangiku.
“Aku tak akan memperkosa siapapun”
Dia lalu berjalan keluar kamar dan aku juga mengikutinya. Ia mengambil sebuah plastik yang berwarna bening dan berukuran cukup besar lalu kembali kedalam kamarnya. Begitu juga aku. Dia kemudian mencoba meraih tumpukan kertas itu, tapi gagal karena aku mendahului dia dan merebut plastiknya lalu memasukkan kertas kertas itu kedalamnya.
“Aku tetap tak akan mengizinkanmu, Harris”
“Look,i’m just worried about you. Aku tak mau kau diganggu lagi!”
Dia terhenyak sebentar. Dan merebut kertas kertas yang berada pada tanganku. “Aku tak akan diganggu lagi. Tenang saja. Ah! Lepaskan tanganku!”
“Aku mohon”
Nial terdiam sebentar dan menggigiti bibir bawahnya yang membuat ia menjadi 1000 kali lebih cute daripada wajah normalnya yang basicly memang sudah cute. “Kau yakin?”
Tentu saja! Berdua berjalan dimalam hari bersama seseorang yang lucu sepertinya. Siapa yang akan menolak? Lagian Bapak sudah menitipkannya –yang entah kenapa- padaku. Dan dia juga menyuruhku untuk melindunginya meski aku tidak tahu pasti alasannya kenapa. You know what? Saat aku akan pulang kerumah pada kunjunganku pertama kerumah ini, dia memelukku dan berbisik, “Akhirnya kau datang juga..” di telingaku. Ini agak aneh. “Juga”? Apa aku pernah bertemu dengannya dalam sebelumnya? I guess the answer is no. Tapi lupakan itu. Kita kembali kepada rencana malam ini.
Setelah aku mengangguk dengan mantapnya kepada Nial dan ia mengantarku kedepan rumahnya untuk pulang. Entah kenapa rasanya hatiku begitu berbunga bunga. Dan sepanjang jalan aku tak bisa berhenti memasang senyuman terindahku. Cukup lebar mungkin, hingga beberapa anak kecil yang sedang bermain kite berlari menjauhiku. Kids, i’m not cannibal.
Angin bertiup cukup kencang sore ini. Aku lalu membuka pintu penginapan dan menemukan Bima yang sedang topless sambil mengibas ngibaskan sesuatu kearahnya. Entahlah. Sepertinya Bima kepanasan. Padahal angin bertiup cukup kencang diluar sana. Rambutku bahkan menjadi acak acakan setelah memasuki penginapan.
“Kau darimana?”
Aku mengacuhkan Bima dan berjalan kedalam kamar. Aku harus berbenah malam ini. Tunggu, kenapa harus? Oh! Aku harus mendapatkan perhatian yang lebih besar darinya malam ini.
“I ask you, where have you been?” Suaranya terdengar jelas dari dalam kamar.
“I’M SLEEPING! KAU BISA MENANYAKAN ITU NANTI!!” dan kalian pasti tahu bahwa aku berbohong soal itu. Aku malah mengunci pintu kamar, membongkar isi ranselku, mencari cari baju yang kurasa cukup swaggie untuk bisa kugunakan menemani Nial nanti malam. Mencari cari parfum yang beraroma cukup menggoda. Hohoho , aku pasti akan mendapatkan pujian darinya malam ini.
Aku membuka baju dan celanaku sehingga hanya menyisakan celana dalamku saja lalu berjalan menuju kamar mandi utama –aku dan Bima sudah terbiasa berjalan tanpa busana jika ingin mandi.
“Stop!” Hardik Bima dari belakangku. Aku memutarkan badan dan menatapnya. Ia terlihat senyum senyum sendiri melihat tingkahku. “You got a date?”
What? Tentu saja tidak. “I don’t”
“I’m 100% you do. Lupakan itu, tadi ayahmu menelfon” Huh? “Dia bilang tolong sampaikan pada Harris untuk segera pulang sebelum malam pergantian tahun baru dan aku tak mengerti lagi apa yang ia katakan dari seberang sana. Intinya adalah kau diminta untuk pulang”
Rasanya aku begitu malas untuk pulang saat ini.