It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Tsunami
@balaka
@3ll0
@d_cetya
@cute_inuyasha
@Wita
@lulu_75
@susucoklat
@centaury
"Fisika boring ya,"
"Mmmm.... Gak juga, sih." kataku. "Kalo siang lah baru..."
Kemudian dia menuliskan sesuatu di kertas.
'SATRIA. Itu nama gue.'
'Kalo loe?'
Ooooh, jadi nama anak itu Satria..
Terus aku menuliskan sesuatu di bawahnya: JUNA. Eh, SATRIA anak rese itu kan?
"Bangsat..." kata dia lirih sambil nyengir.
"Lho, emang bener kan?"
"Hmm.. Whatever lah."
"Ehem!" Suara guru itu mengagetkanku. Aku sesegera mungkin kembali ke pelajaran.
"Kamu." kata guru itu sambil mengacungkan spidolnya ke arahku.
"Sa..saya, Pak?"
"Iya! Kamu. Kerjakan soal no. 5 di papan tulis. Sekarang!"
"Huft.... Iya, Pak," aku langsung berdiri sambil membawa LKS. Aku melirik ke Satria, dia tertawa cekikikan.
Sial!
Ntar kalo cicilannya udah apdet baru ane seret lagi..
Dan lebih panjang
Aku menggeleng. Lalu ia menyerahkan selembar buatku.
"Besok dikumpulin ke Ardi si ketua kelas. Ketentuannya ada di situ. Oceh?" terang Lin sambil mengacungkan jempolnya.
"LIIIIN! BURUAAAN!! ANGKOTNYA MAU CABUT TUUH!!!" teriak seseorang dari gerbang sekolah.
Aku menghela nafas panjang.
---
Sampe di rumah, aku pun ngisi daftar ekskul itu. Banyaknya.. Ada basket, PMR, ROHIS.. KIR.. Macem-macem.
"Pramuka ekskul wajib kelas X. Duileh!!" gumamku dengan ketus.
Kenapa kudu ada pramuka sih? Aku paling males berangkat pramuka! Meskipun cuman satu tahun, tapi bikin males! Ah, teringat pas kelas 7 dulu. Saat SMP ku dekat sama supermarket yang ada toko bukunya di lantai 4. Tiap abis shalat Jumat bukannya siap-siap Pramukaan malah ke toko buku sampe jam 4, terus pulang. Jam 4 kan selese Pramuka.. Hehehe. Ehh! Besoknya ditanyain sama DP (Dewan Penggalang): kenapa gak ikut Pramuka? Hiihhh pengen tak tarik tuh bibirnya. Pengen ngerti banget sih urusan orang? Mereka pada gak tau kalo sebenernya itu aku anak males..
Setelah mengisi blanko itu, tiba-tiba HP-ku berdering.
'Hah! Malaikat Senpai!'
Dengan sigap aku angkat teleponnya.
"Halo?"
"Halo, Jun. Lagi ngapain?"
"Mmmm.... Tiduran aja. Emang kenapa?"
"Jun, main ke rumahmu boleh, gak?"
'Hell what!?'
"Tumben,"
"Ya, sekedar main aja, aku lagi di tempatnya Tante Bela nih."
'A...APA!?!?'
"Mmm... Boleh, kok, iya boleh, kesini aja, kak."
"Oke. Ntaran ya, aku lagi mbantuin tanteku dulu. Sampai nanti,"
"Ya. Bye!"
Telepon seberang ditutup.
Sekitar sejam kemudian, terdengar suara motor berhenti. Aku melongok lewat jendela ruang tamu.
'Wak! Kak Rio!'. Aku langsung lari ke kamar, menata rambutku yang acak-acakan. Najis!
Tok! Tok! Tok!
"Assalamu'alaikum...."
Aku berlari ke ruang tamu. "Wa'alaikum salaaaam! Bentar!"
Aku membuka pintu. Terpampang sosok malaikat yang mau nyabut nyawa tersenyum padaku.
"Eh! Kak Rio! Masuk, Kak!"
"Hehe. Makasih."
Anak itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah.
"Wah, rumah loe gede juga ya, Jun. Kamar loe di atas?"
"Eh, iya, Kak. Biasa aja, ah."
"Kakak mau minum apa?" tawarku padanya.
"Terserah yang ganteng aja dah," jawabnya.
"Duileh! Ya makanya aku nawarin..." Aku meledek balik.
"Ya.. Teh aja boleh deh,"
Tiba-tiba Ibu datang.
"Eh, ada temannya Juna,"
"Eh, sore Tante," kak Rio bangkit.
"Iya nih, Bu. Kenalin, ini kak Rio, kakak kelasnya Juna. Kak, ini ibuku,"
"Owalaah, nak Rio. Bagus pisan... Ngganteng!" puji Ibuku.
'Ya elah, Bu, kalo gak ganteng ngapain aku naksir sama dia coba??'
"Eh, Jun, itu lho, temennya dibikinin minum apa gitu. Kalo gitu, tante ke dalem dulu ya, nak Rio."
"Oh, yaya tante, monggo, silahkan,"
Aku pun ke dapur membuatkan secangkir teh untuk kak Rio.
"Ini, Kak, silahkan diminum,"
"Iya, thanks, Jun."
"Kalo boleh tau, kamu berdua di rumah?"
"Iya, Kak. Cuman sama Ibu doang."
"Terus, Ayah kamu?"
Aku terdiam. Tidak menjawab. Aku pun mengalihkan pembicaraan.
"Eh, bentar ya, Kak. Aku ke kamar, bentar."
"Silahkan,"
Aku pun naik ke atas, mengelap air mataku yang baru keluar. Rasanya pengen nangis kalo inget-inget kejadian waktu itu. Dia gak tahu kalo ayahku meninggal 10 tahun lalu gara-gara sakit keras.
"Jun,"
Aku berbalik. "Ya?"
"Maafin aku ya,"
Aku hanya mengangguk.
---