It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
maksudnya dikasih keterangan POV nya siapa gitu?
Kalo POV default Juna, kadang kak Rio sih ('w')
@3ll0 iya abis ini kok
Pulang sekolah. Aku gak langsung pulang, soalnya ntar ada les. Lagi asyik-asyiknya duduk, tiba-tiba ada yang menghampiriku.
"Halo, Kak Rio!" sapanya.
Idih! Si Juna kenapa tuh? Hepi banget!
"Napa loe? Hepi banget!"
"Hehehe.... Kagak papee!" jawabnya sambil senyum-senyum. "Kakak belon pulang?"
"Belum, nanti ada les sih..."
"Oooh...." kata Juna simpel. "Kakak udah makan belum?"
"Belum," aku jawab sekenanya saja.
Juna membuka tas, mengeluarkan kotak makan yang isinya nasi, nugget dan sosis dan semuanya utuh!
"Nih, makan dulu. Ini emang bekalnya aku, tapi aku gak laper..." tawar Juna sambil menyerahkan kotak makannya.
'Waduh! Jackpot, nih!' batinku senang.
"Beneran, nih? Gak papa kalo aku makan?" tanyaku meyakinkan. Dia mengangguk.
"Sok atuh,"
Aku membuka kotak makannya. Meski bekalnya udah dingin tapi aku senang. Senang karena bisa makan gratis! Hehe.
Aku menatapnya, lalu tersenyum.
"Makasih ya. Kamu emang baik," ucapku. Aku mengacak-acak rambutnya. Dia tengsin.
Aku memakannya dengan lahap. Aku tahu dia sedang memperhatikanku makan. Dia tersenyum.
"Laper ya, Kak? Lahap banget makannya,"
Aku memandangnya, lalu tersenyum. Lalu aku iseng menyodorkan sendok berisi nasi dan lauk padanya.
"Ah, kenyang ah!" tolaknya. Aku meringis.
Dari kejauhan, aku melihat seseorang menatapku dengan muka datar dan dingin.
'Dia siapa ya?' batinku sambil melihat anak itu beranjak pergi.
---
(⇱ Juna)
Bazeeeng! Dapet kiriman coklat lagi guah! Tapi kini ukurannya lebih kecil daripada yang kemaren.
Ada tulisannya lagi...
"Dari seseorang yang menyukaimu." ucapku lirih menirukan tulisan yang ada di dalam situ. "Idiiih ada emot love nya lagi!"
"Dari siapa, Jun?" Ibu mengagetkanku. Aku cepat-cepat menyembunyikan kertas aneh itu.
"Tau tuh. Anonim lagi, Bu..." jawabku asal. Emang iya, kan?
"Jangan-jangan anak Ibu punya fans lagi, di sekolahan," kata Ibu sambil mesem. Aku sumringah mendengar itu.
'Ya, bener juga sih..'
"Ah, Ibu ini.. Ngaco, ah."
"Lha itu buktinya, ada yang ngirim coklat sampe dua kali..." kata Ibu.
Aku bingung mau jawab apa.
"Ah, udahlah, Bu. Juna ke kamar dulu ya, Bu." izinku.
"Jun! Jangan lupa makan, ya! Udah Ibu siapin tuh!" perintah Ibu. Aku mengiyakan.
Ah! Kenapa hariku jadi makin aneh gini? Apa Kak Rio, ya?
---
Makin hari, aku makin dekat dengan kak Rio. Apalagi semenjak dia minta jadi kakakku. Seneng rasanya punya kakak, meski bukan kakak kandung. Dia juga sering SMS aku, nanya kabarku dan sedang apa di sana.
14 Agustus. Aku dan Kak Rio jalan-jalan ke Aria Plaza nemenin dia cari baju. Berangkatnya boncengan hahay #PLAKKK
"Kalo yang ini gimana, Jun?" tanya kak Rio sambil menunjukkan kaos warna putih bergambar.
"Ya... Cocok sih kayanya. Dicoba dulu aja," pintaku. "Tuh, di sana ada kamar pas."
"Temenin," ajak kak Rio. Aku sumringah.
'Heh! Lagi apaan sih!?'
"Aish! Ke kamar pas minta ditemenin. Kaya anak kecil aja," ledekku. Mukanya datar.
"Ayo ah," dia menarik tanganku. Sontak aku pun kaget.
"Heh apa-apaan?" Dia tetap menarikku sampai masuk kamar pas.
"Hehe.. Maaf ya," dia langsung membuka bajunya. Buset! Badannya kekar tapi atletis.. Dada yang bidang dan otot perut yang terbentuk kotak enam yang indah. Aku terdiam dan jantung berdegup kencang.
'Tahan nafsu, Jun. Tahan nafsu!'
"Loe kenapa, Jun?"
Pertanyaan kak Rio membuyarkan lamunanku. Aku tergagap.
"E..eh, ng..nggak papa, kok. Nggak papa," sahutku bohong.
"Ngeliatnya sampe begitu..." kata Kak Rio curiga.
'Jangan sampe ketauan!'
"Loe suka ya liat badan gue?" tanyanya tiba-tiba. Dia tersenyum sinis. Oh God! Jangan sampe ketauan!
"Haha. Biasa aja kali. Badan gue juga sebelas dua belas sama lu," jawabku sombong. Ya, emang gitu. Secara aku sering olahraga di rumah ya.. Jadinya gitu, hehehe...
"Sering nge-gym ya?"
"Dulu sih iya, sekarang jarang," katanya sambil fitting baju. "Gimana? Pas nggak?"
"Pas kok," jawabku. Lalu kami keluar kamar pas.
Sambil berjalan, aku bilang ke kak Rio. "Besok-besok nggak lagi, ya..."
"Lha kok gitu sih?" protesnya. "Iya deh, iya.. Heheh."
Setelah belanja baju, kami cari makan. Di deket eskalator kami berpapasan dengan Satria. Ia sedang jalan sendiri.
"Hei, Satria!" sapaku.
"Oh, hei, Jun!"
"Lagi ngapain loe, Sat?"
"Jalan-jalan aja," jawabnya sambil tersenyum. "Loe?"
"Nih, nemenin kakak gua beli baju," jawabku.
"Lho? Dia kakakmu?" tanyanya sambil menunjuk.
"Kakak kelas sih. Heheh."
"Eh! Kakak kan kak Rio, ketua MOS yang waktu itu, kan?" tanyanya.
"Iya," jawabku. "Kenalin kak, dia Satria, temenku.." Kak Rio dan Satria bersalaman.
"Mmmm.... Gue duluan, ya," pamit Satria. Dia langsung ngacir dengan cepatnya.
Dia menoleh kepadaku sebentar. Lalu dia pergi.
---
"Eh, Sat.." gangguku kepada Satria yang sedang asyik main game.
"Apaan? Bentar, lagi sibuk nih!" protesnya.
'Beuh...'
"Tuh, kan. Mati," keluhnya.
"Makanya, dipanggil langsung nyaut ah,"
"Emang ada apaan?" tanyanya penasaran.
"Sst! Jangan bilang siapa-siapa ya!" pintaku sambil berbisik. Akhirnya kami ngomongnya sambil bisik-bisik kaya tetangga lagi ngegosip di deket rumah org yang lagi digosipin.
"Gue dapet kiriman cokelat dua kali. Bayangin. Dua kali!" ceritaku dengan dipanas-panasi.
"Ileh.. Dua kali aja bangga. Dari siapa emang?"
"Nah itu yang jadi masalah. Yang ngirim gak tau siapa,"
Kami melihat ke arah luar apakah guru udah masuk apa belom. Ternyata belom.
Aku menatapnya dengan curiga. Aku menduga kalo Satrialah yang ngirim.
"Loe ya yang ngirim?" tanyaku curiga.
Ia mengernyitkan dahi. "Idiiiih apaan? Duit saku ane juga pas-pasan!" akunya.
"Terus siapa, ya?" tanyaku kemudian.
"Kakak kelas loe itu, kali! Atau mungkin ada yang ngefans..."
"Tapi kalo dia bukan. Aku tau bener sifatnya dia. Dia gak suka nutup-nutupin," jelasku padanya. Tapi, posisi duduknya langsung berbalik. Mukanya datar.
"Yah... Lagi diceritain juga.. Malah mbalik..." protesku.
'Kenapa dia ya?'
---
PR-nya banyak sekaleee! Matematika 20 nomer. Fisika 15 nomer. Bahasa Indonesia 2 nomer: jangan dibilang dikit! 1 nomer beranak 5.
Aku mengerjakan PR sambil mendengarkan musik. Diacak aja biar seru. Weh, kedapetan lagu galau. Kok HP ane ngerti ya, kalo gue lagi galau? Wah kamu emang HP ajaib, Nak.
Ketika lagi ask-asiknya ngerjain, terlintas kembali di benak soal cokelat yg kemaren. Untung hari ini gak dapet sih, pikirku yg ngirim lagi ga ada duit. Hehe.
Tapi belakangan ini aku aneh sama dia. Pas aku nyeritain soal kak Rio, mukanya langsung datar.
Ada apa ini? Jangan-jangan...
Jangan pikiran yang nggak-nggak... Oke? Kembali ke PR.
'Dari seseorang yang menyukaimu.'
'Idiiiih apaan? Duit saku ane juga pas-pasan!'
'Gak mungkin kak Rio yang nglakuin.. Aku yakin itu...'
Aku lanjut ngerjain PR, dan set..set..set... PR nya akhirnya kelar juga. Aku melihat jam. Udah setengah 11. Huaahmmm... Aku... Mulai ngantuk juga..
Segera aku ambruk dan shut down di atas kasur.
---
Seret ahh
@Tsunami
@balaka
@3ll0
@d_cetya
@cute_inuyasha
@Wita
@lulu_75
@susucoklat
@centaury
Kalo teks percakapan loe-gue
Itu kalo sesama temen
Maaf aku pake kaidah etis bahasa, rempong ya
Juna-Satria malah Aku-Kamu yang nyempil.
-
To: Satria (086xxxxxxxxx)
[- Satria] (19:44) "Juna"
[+ Juna] (19:46) "Apa tho Sat??"
- (19:58) "Lg ngp?"
+(20:00) "Lagi di luar. Lagi makan ama Ibu."
+(20:01) "Knp sat? Udah makan blm?"
- (20:01) "Kgk pp. Udah kok "
+(20:03) "Jgn telat mkn, ntar malaikatnya sakit xP "
- (20:04) "Dih --' km mkn apa"
+(20:07) "mkn puyuh goreng. Mau?"
- (20:08) "pesenin 1 dong, tapi dibonusin dirimu "
+(20:10) "hih enak aja..."
- (20:14) "juna?"
+(20:15) "apa satria?"
+(20:16) "belajar sonoh, sat anak cakep g boleh males"
- (20:19) "lgi males gw."
+(20:19) "ga malesnya kapaaan? O.o "
- (20:20) "kalo ada kamu jun "
- (20:46) "marah ya? jgn marah dong, aku cuman becanda"
+(20:47) "ya, tau gue. Lu kan orgnya ga pernah serius "
+(20:49) "dh sholat blm? Sholat sana biar +ganteng, klo ganteng kan jd banyak yg suka."
- (20:54) "termasuk loe ya "
+(20:55) "beeeuh suka sebagai temen lah iya.."
- (20:57) "dan berlanjut jadi lebih dari temen haha ya kan?"
+(20:59) " *lempar sendal* *lempar meja* "
- (21:01) "hatimu gak dilempar sekalian?"
+(21:03) "KAGAK. PLEASE DEH!"
[Notifications: Battery remains about 1% . Please connect the device with the charger to charge it.]
---
Pagi ini gak kaya biasanya. Aku nemu bidadari cantik berambut panjang sedang berbicara dengan Satria. Cuman berdua di dalem kelas. Cuman berdua.
"Ciyee...." ledekku. Mereka melihatku.
"Juna! Hai!" sapa gadis itu.
"Kayanya gue pernah liat loe, deh.." Aku mencoba berpikir.
"Oh! Gue inget. Loe kan si Laura, cewe yang dipaksa-paksa suruh masuk Paskib itu, kan? Kok loe gak mau sih?"
"Yaa gue gak minaat...!!" keluhnya. Kemudian dia berbicara lagi dengan Satria.
Aku sementara duduk di pojokan biar gak ngegangguin mereka berdua. Mereka keliatannya akrab banget.
"Ya udah. Nanti lagi, ya Sat! Bye!" kata Laura. Aku lihat dia bangkit dan berjalan keluar kelas sambil senyum-senyum sendiri. Pipinya merah.
"Juna, bye!" sapanya. Aku cuman melambaikan tangan.
"Heh, Sat! Loe apain si Laura sampe pipinya merah gitu?"
"Idih! Tau tuh! Tiba-tiba nylonong masuk aja. Ngajak ngobrol. Mana gue tau dia nyasar dari mana.."
"Laura kan kelas X-9.." jawabku sambil menaruh tas. "Cantik lho dia.. Mungkin dia... Suka sama loe. Mungkiin."
"Haha. Masa sih? Yang bener aja?"
"Bisa jadi. Loe gak naksir sama dia? Gila aja, secara bodynya waaaaow... mukanya cantik, kaya bidadari Bumi tau, sumpah perfect abiss!" terangku dengan bersemangat.
"Tapi gue ga tertarik.." jawabnya dingin.
'A..APA!?!?'
"Wah! Melek dong, bro! Ada bidadari gak loe embat.."
"Aku ngerasa kaya gak cocok aja.." jawabnya dengan muka yang tenang-tenang aja.
'Wah, tanda-tanda nih...'
---