It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
(⇱ Juna)
"Bro, ntar kerja kelompok ya jam 5. Di rumah Ana! Jangan ngarett!" pesan Yuni padaku.
"Oh. Oke! Nanti aku usahain."
"Sip! Gue duluan!" pamit Yuni. Yuni langsung ngacir. "Derby! Tungguuuuuu!"
Tiba-tiba seseorang menepukku dari belakang.
"Hai, Jun!" sapa anak itu. Aku menoleh. Ternyata kak Rio.
"Mau pulang?"
"Iya, nih," jawabku. "Aku kudu buruan nih, takut ketinggalan angkot.. Bye, Kak!"
Aku segera berlari meninggalkan dia, tapi tak disangka tanganku dicegat oleh kak Rio.
"Eits! Temenin aku makan dulu yook... Aku laper, belon makan.."
"Tapi, Kak...."
"Udah, nyante aja. Pulangnya aku anterin deh!" tawarnya sambil mengembangkan senyum. Aku mengalah.
"Yawis lah. Ayo."
Akhirnya aku dan kakak Rio ngacir ke kantin. Di kantin...
"Juna mau?"
Aku menggeleng.
"Mba! Bakso satu!" teriaknya. Tak lama kemudian baksonya dateng.
"Asik! Juna mau?"
"Gak ah, kenyang." kataku simpel sambil tetap membaca buku.
"Beneran nih gak mau?" Dia menawarkan sekali lagi. Pengen sih, tapi ga enak ati.
"Ah! Gue tau..." Dia menyendokkan bakso beserta mie-nya, lalu ia sodorkan kepadaku.
Aku melihat sendok itu, lalu kak Rio. Dia tersenyum. "Coba dulu. Kamu pasti suka."
Aku tersenyum kecil, lalu mendekatkan mulutku ke sendok itu.
Aaaaaaaammm.........
Aku kunyah bakso itu.
"Enak ga?"
"Iya iya, enak..." kataku. Jiah, rasanya ya gitu-gitu aja, soalnya aku sering makan.. Tapi kalo disuapin kak Rio, rasanya lebih enak dari biasanya
Lalu aku gantian menyuapi kak Rio. Dia mau-mau aja! Kami berdua tertawa.
Baru kali ini aku ngerasa seneng banget deket sama kak Rio, cowo yang aku sayangi pertama kali.
---
"Ini bukan ke situ, tapi ditekuk ke sini!"
"Uuh, gue bingung, Sat!"
"Gini nih." Satria mencontohkan. "Dikit lagi, kok!"
Aku berusaha menyelesaikan burung kertas itu.
Taraaaaaa! Burung kertasnya udah jadi! meskipun sayapnya panjang sebelah, tapi gak papa lah!
Di burung itu kutuliskan namaku di sayap sebelah kanan.
"Namaku mana?" tanyanya murung.
"Iya.. Iya.. Gue tulisin..." kataku. Mukanya cerah kembali. Aku tulis kata 'SATRIA' di sayap kiri.
Tiba-tiba guru biologi masuk kelas. Hih! Aku kira jam kosong!
Saat aku akan memasukkan burung kertas itu ke dalam laci, terlihat samar-samar tulisan "S ♥ J 4ever" di pojok laci.
Apa Satria emang bener-bener menginginkanku?
---
"Tante, Juna nya ada?" tanya seseorang dari luar.
"Ada tuh di dalem. Juna!" teriak Ibu.
"Ya, Bu?" Aku yang lagi asik ngadem di depan kipas angin terganggu oleh orang lain. Hust! Itu ibu loe, Jun!
"Ada temennya nih!"
'Buset! Temen gue ada yang dateng siang bolong gini!'
"Siapee?"
"Ini, Satria!"
'Waduhh! Buju bune! Ngapaen ntu anak panas-panas gini ke rumah guah?'
"Bentar!" teriakku. Aku segera turun.
"Jun! Ibu ke rumah Tante Bela dulu ya!"
"Iya!"
Baru sampe ruang tamu, aku liat Ibu udah ngacir pergi.
"Eh, Satria. Ada apa? Masih pake OSIS gitu udah mampir-mampir aja.." tanyaku. Lalu aku duduk di sampingnya.
Duuuuh... Sial. Bau badannya bikin kacau pikiran.. Baunya laki bangeet....
"Lho? Loe lupa? Kan kita kelompokan ngerjain tugas fisika."
"Oh ya. Gila. Loe abis dari mana?"
"Tadi abis maen bola bentar.." jawabnya sambil meringis.
"Duileh. Asalnya sih tadi mau ngikut. Tapi keburu panas. Eh loe mau minum apa?"
"Apa aja deh, terserah lu aja." Akhirnya aku pergi ke dapur bikin segelas es sirup buatnya.
"Nih dimi......" Belom selese ngomong tiba-tiba ia merenggut gelas itu lalu ia meneguknya sampe habis.
"num......." lanjutku. Aku melongo melihat dia menghabiskan segelas sirup dalam waktu sekejap. Lalu ia taruh di meja. Aku melihat gelas itu, lalu Satria yang sedang mengelap mulutnya, yang kemudian tersenyum.
"Makasih!"
Aku mengangkat gelasnya dan meraba bagian bawahnya. Gak bolong kok!
"Yuk, kerjain..." Ia langsung mengeluarkan LKS fisika dari dalam tasnya.
"Buktikan dengan contoh dan temukan rumus tekanan berdasarkan contoh tadi.." kataku mengikuti kata-kata soal.
"Hufft...... Panas ya..." keluhnya.
"Iya. Gimana kalo di kamar gue sekalian ngadem?" tawarku.
"Yup! Ide bagus!"
Lalu kami menuju kamar. Sambil nenteng LKS tentunya.
---
"Nah, gini.. Baru adem..." katanya sambil ngadem di depan kipas angin setinggi kursi sekolahan itu.
"Ntar giliran masuk angin, baru...." ledekku. Dia nyengir.
"Woy ayo kerjain!" ajakku. Dia hanya menoleh, dengan rambut jabrignya yang bergoyang-goyang diterpa angin. Lalu ia madep ke kipas angin lagi. Sial!
"Satria..."
"Bentar ahh... Belon kelar..."
"Dideketin aja, pleng, kipas anginnya..." perintahku. Akhirnya dia menarik kipas anginnya dengan malas. Lalu ia duduk di sebelahku.
"Ayo, biar cepet kelar." katanya. Giliran aku yang males. Aku tiduran di lantai.
"Heh."
Aku menoleh kepadanya, lalu kembali menatap langit-langit kamar yang emang kosong gak ada apa-apanya.
Tiba-tiba dia nongol di atasku. "Jun."
Aku lama menatapnya. Dia menatapku juga. Entah disengaja atau nggak, tangannya menyentuh tanganku.
Aku jadi deg-degan, baru kali ini aku liat malaikat deket banget di depan mataku. Zoom super besar.
Aku mengernyitkan dahi, lalu aku terduduk. Aku masih menatapnya. Dan tangan yang numpuk di atas tanganku.
Tiba-tiba ia mendekatkan mukanya kepadaku. Aku masih menatapnya lekat-lekat. Aku makin deg-degan. Tangan satunya memegang pipiku. Aku tak bisa berkutik.
Dia membuka mulutnya, dan...
"Kapan ngerjain fisikanya?" bisiknya.
'What??? Sumpah ini orang hiper banget!'
Aku balas, "Terserah kamu mau kapan..." Pikiran mesum mulai mencemari otakku.
Dia memegang tanganku yang tadi erat-erat. Matanya masih menatapku.
"Aku ... Aku cinta Juna..."
BREEEEENG! Sekujur tubuhku seperti dialiri listrik yang terus-menerus. Sampe-sampe aku ngomong...
"Aku juga..." Tak disangka bibirnya nempel sama bibirku, lalu ia melumat lembut.
Aku iam tak berkutik, karena aku agak shocked, ini adalah first kiss yang aku dapatkan seumur hidupku. Dengan orang yang bernama Satria tentunya. Padahal aku sering memimpikan bisa first kiss sama kak Rio, tapi semua itu tak sesuai realita.
Aku membalas lumatannya. Dia makin ganas. Nafasnya makin memburu, melampiaskan segudang nafsunya kepadaku. Aku menggenggam tangannya lebih erat. Tangan satunya menekan kepalaku agar jangan sampai lepas.
Aku masih dalam posisi senderan di tembok, tangannya mulai gatel. Ia menyusupkan tangannya ke dalam kaosku dari bawah, lalu meraba-raba dada bidangku.
Ia melepas ciumannya, lalu ia mencupang leherku. Gila! Sensasinya... Aku makin nafsu, terlebih ketika ia memelintir putingku.
"Sshh.." Aku mendesah kecil. Satria masih melanjutkan aksinya. Kemudian tangannya turun meraba-raba perutku.
"Badan loe bagus juga, Jun.. Bangsat.. Badan lu bikin gue horny Jun.." akunya. Aku cuma meringis kecil.
"Lu tau gak Jun.. Kalo gue liat loe ganti baju pas abis olahraga, gue selalu ngebayangin gue bisa ngegrepe badan loe.. Gue nafsu banget Jun.."
"Dan sekarang, loe udah kesampean kan?"
Tak lama kemudian, alu aku membuka kancing baju OSIS-nya satu per satu. Dia menghentikan permainannya, menungguku untuk membukanya. Terlihat dada bidang dengan perut yang mulai terbentuk di balik sehelai baju OSIS yang sedang dipakainya itu.
Aku menukar posisi. Kini Satria yang senderan. Hidungku asyik menjelajah tubuh Satria, menghirup aroma lelaki jantan dari tubuh malaikat tak bersayap itu.
Karena nafsuku udah sampai di ubun-ubun, langsung aku lumat puting susu Satria.
"Oohh.. Jun..." Aku mendengar malaikat itu mengerang kenikmatan. Tangannya merangkul pinggangku. Kulihat ekspresi wajahnya merem melek menghadap atas, dengan peluh yang mengucur dari pelipisnya. Ia tak tahan, lalu melepas bajunya. Kini ia bertelanjang dada. Terlihat bisep dan trisep lengannya yang terbentuk yang dari tadi bersembunyi di lengan kemeja seragamnya itu.
Aku juga mulai gerah, lalu aku lepas bajuku, dibantu oleh Satria. Tiba-tiba ia memelukku dari belakang.
"Gila loe, Sat, lagi horny staium empat lu yah?" kataku meledek.
"Haha. Iya lah, gara-gara lu sih! Body loe bikin gue horny!" katanya dengan nada sinis. Ia meraba-raba dadaku, lalu aku menoleh kepadanya. Bibir kami kembali berpagutan.
Tak disangka dia makin gila. Dia mendorongku ke kasur, an gawatnya dia menindihku dari atas. Ia makin rakus dan ganas melumat bibirku, kaya bibirku mau dimakan ama dia. Kami berpelukan dengan bertelanjang dada dan peluh bercucuran, tidak kalah oleh terpaan kipas angin. Ya, kami sedang dibakar oleh nafsu.
Aku merasakan tonjolan di bawah Satria mengeras. Ia menekannya ke bawah, mendesak kemaluanku. Punyaku juga mulai mengeras.
Tangannya tiba-tiba mengelus-elus daerah vitalku, aku menepisnya. Ia makin nekat, aku mencegat tangannya.
"Jangan sekarang ya," pintaku. Terlihat muka Satria yang kecewa.
Sesudah itu kami menyudahi permainan gila itu. Terdengar suara pintu ditutup.
"Ibu balik!" kataku. Lalu kami berdua segera memakai baju masing-masing.
---
@Tsunami
@balaka
@3ll0
@d_cetya
@cute_inuyasha
@Wita
@lulu_75
@susucoklat
@centaury
reaksi kak rio klo tau gimana yee?
Aku termenung sendiri di depan jendela kamar, menatap matahari tenggelam. Teringat kejadian gila kemaren, bikin aku senyum-senyum sendiri.
Tak kuduga, Satria melakukan hal itu padaku. Ia adalah orang yang telah mengukir sejarah hidupku, suatu ciuman yang pertama yang aku lakukan seumur hidupku.
Semenjak itu, aku makin suka padanya. Dia juga sangat menyayangiku. Dia perhatian banget sama aku.
Tapi, di sisi lain, aku merasa bersalah, karena aku sudah berani menjalin hubungan terlarang dengan dua orang sekaligus. Hubungan yang di mata masyarakat hubungan haram dan dilarang keras. Sebenarnya aku ingin menjalin hubungan berpacaran, tapi aku tak berani. Aku juga bingung! Siapa orang yang harus aku cintai? Rio atau Satria? Satria atau Rio?
Aku masih mengambang di ruang hampa tanpa kepastian.
---
Edan! Jam terakhir hari ini adalah biologi. Bi-o-lo-GI! Ketika otak emang udah gak fresh dan butuh istirahat, dan tetep dipaksa masukin nama-nama aneh yang ada!
"Jadi, nanti inti kandung lembaga sekunder akan bertemu dengan sperma 2 membentuk endo..."
"... SPERMA!!!" timpal anak-anak dengan nada yang tidak bersemangat.
Satria dari tadi bersandar di bahuku. Nyante aja, orang duduknya pojok belakang. Ga ada yang ngeliat.
"Btw soal sperma, kamu pernah nyicip sperma orang ga?" lirihnya. Kontan aku melotot dan menjitaknya.
"Huss! Ngaco loe! Ya belon laaah!" bisikku.
"Coba kalo kemaren itu kamu mau lanjut. Nanti aku kasih dah!"
"Heh gila loe otaknya lagi error ya?"
"He, enak ya senderan sama loe. Keras. Pasti cewe-cewe pada suka. Cowo aja suka." katanya. Dia mengerdipkan sebelah matanya.
'Huh dasar otak mesum!' batinku.
Tiba-tiba ada SMS.
[SMS Mode]
From: Malaikat Senpai (+6284xxxxxxxxx)
+[Rio] (13:52) "Jun ntar sore jalan yuk"
+(13:52) "Bosen nih"
- [Juna] (13:53) "boleh, ke mana?"
+(13:55) "mmmm.... Ntn yuk jam 4.. km lgi mapel ap?"
- (13:57) "boleh mw ntn ap si? Mapel bio"
+(13:59) "pak N ya?"
- (14:00) "heheh iya"
Teeeeeeeeet! Bel pulang berbunyi. Aku langsung lari ke parkiran, mengingat mau bantuin Ibu nyiapin makanan buat arisan.
Aku langsung ngacir ke toko jajanan mengambil lemper pesenan Ibu. Setelah itu aku musti ambil pesenan risoles di rumahnya tante Bela.
"Tante Bela!" teriakku setelah mengetuk pintu rumahnya. Tak lama kemudian pintu terbuka. Terlihat tante-tante sexy dengan dress hitam di depan pintu.
"Eh! Yay Juna! Oya, risol yee? Bentar yah, cuuus duduk dolo!" sahut tante Bela dengan nada lenjehnya.
Aku duduk. Aku terperanjat ketika melihat tas hitam Tracker di kursi tamu.
'Lho... itu kan tasnya...'
"Jun, ngapaen loe?" tanya seseorang dari luar. Kak Rio ternyata.
"Oh, ini, mau ambil risol pesenan Ibu,"
"Buat?"
"Buat ntar arisan."
"Oh, ibumu ngadain arisan?"
"Bukan. Itu arisan rutin RT tiap bulan, dan kebetulan ibuku lagi kedapetan jatah."
"Oooh, gituu...."
Tak lama kemudian muncullah tante sexy itu sambil membawa sekotak besar isi risol.
"Nih, risolnya Jun."
"Berapa?"
"Ini kan ada 50 ekor.. Eh, biji... Jadi 75 juta..."
Aku menyerahkan uangnya.
"Nih, kembali 5 juta, buat beli smartpon, hihi..." ledeknya.
"Dih, beli smatpon pake duitnya Imam Bonjol mana dapet,"
Kami semua tertawa. Aku segera pamit.
"Eh, Jun. Boleh aku anterin? Sekalian bantu-bantu gitu.." tawarnya.
"Lho? Kan ane bawa motor."
"???"
"Boleh sih kalo mau bantu-bantu. Sok atuh ke rumahku. Gak papa nih?"
"Nyante aja, Jun. Gue kan yang mau. Ntar ya gue ganti baju. Ntar nyusul."
Aku hanya mesem-mesem. Ia masuk ke dalam. Aku langsung balik ke rumah.
---
(⇱ Rio)
"Nanti karpet yang ini digelar sebelah pojokan sana."
"Juna ntar nempatin makanan ya. Nak Rio yang numpuk kotak snack ndak apa-apa."
Di rumah Juna lagi sibuk, soalnya mau ada arisan RT di rumahnya Juna. Aku mbantuin nyiapin semuanya sama Juna. Mulai dari nggelar karpet ampe nyiapin makanan dan snack dus. Aku lihat Juna cekatan sekali memasukkan makanan ke dalam dus. Kaya udah bakatnya, hihihi.
"Kak Rio, ntar kalo udah tolong bantuin nempatin AQUA gelas di nampan. Oceh?"
"Siap, Bos Juna!" kataku.
Setelah semuanya kelar, aku tiduran sebentar di karpet arisan.
"Kak, Juna siap-siap dulu ya. Tunggu bentar, gak lama kok!" Aku hanya mengangguk dan menjawab "Ya." Capek vrohh!
Sekitar jam 3.45 dia udah siap. Dengan celana jeans item dan kaos oblong putih. Ngepres tentunya.
"Lu suka pake kaos oblong ya?"
"Hehe. Iya, Kak, soalnya adem sih.."
"Kudu ngepres kah?"
"Gak juga. Ini selera aja, hehe."
Akhirnya aku dan Juna ngacir ke Aria Plaza buat nonton.
---
"Mau nonton apa?"
"Yang asik gitu, yang action-action aja, Kak."
"Kalo nonton yang romantis gimana?" tanyaku dengan melirikkan mata padanya.
"Nonton apaan? Blue Valentine?"
"Boleh.."
"Ah aku mah udah pernah!" responnya.
'Lho?'
"Kapan? Sama siapa?"
"Bulan kemaren ama Satria. Abis dia yang minta sih. Katanya sih dia pengen liat. Ngesok banget ntu anak emang.. Anak jomblo aneh!" sahutnya dengan muka basi.
'Apa?'
Mendengar itu, dalam hati aku kecewa berat dengannya. Tapi, aku gak boleh nampakin rasa kecewaku padanya. Dia ngakunya diajak nonton, kok. Bukan kemauan dia sendiri. Kalo aku bilang kecewa sama dia, takutnya salah sangka, plus dia bakalan ngerasa bersalah. Rio, stay calm!
"Mmmm.... Jadinya nonton apa nih?"
"Nonton Death Race aja! Tuh bentar lagi! Mau?" sarannya bersemangat.
Yah.. Aku kan pernah nonton itu sebelumnya.. Masa nonton lagi?
"Kamu udah pernah nonton?"
Dia menggeleng. "Kakak udah?"
"Belom juga sih." jawabku bohong. "Mau nonton?"
"Boleh." Dia tersenyum.
Ah... Biarin lah. Aku rela nonton film itu ratusan kali asalkan dia tetep bisa senyum sama aku. aku pengen bikin dia seneng. Gak cuman jadi kakak... Tapi jadi bagian dari hatinya...
---
@Tsunami
@balaka
@3ll0
@d_cetya
@Cyclone
@cute_inuyasha
@Wita
@lulu_75
@susucoklat
@centaury
pilih salah satu jun jgn maruk,