It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Seminggu ke depan mungkin ane blm bisa apdet soalnya jadwalnya lagi padet, banyak ulangan harian..
Paling hari Minggu ane sempetin
Maaf yaa
Seminggu ke depan mungkin ane blm bisa apdet soalnya jadwalnya lagi padet, banyak ulangan harian..
Paling hari Minggu ane sempetin
Maaf yaa
Seminggu ke depan mungkin ane blm bisa apdet soalnya jadwalnya lagi padet, banyak ulangan harian..
Paling hari Minggu ane sempetin
Maaf yaa
---
Aria Plaza. Satu-satunya mall di daerahku, yang tiap ari adanya rame dan rame banget. Senin pada makan, Selasa sampe Jumat pada belanja, weekend pada ke Timezone dan nonton, seakan lingkaran waktu di tempat ini penuh sesak, sepinya ya pas toko tutup! Hehe.
"Mau makan apa, Jun?" tanya Kak Rio sambil mengedarkan pandangan ke plang-plang stand makanan.
"Rame banget. Jadi bingung, hehe." sahutku sambil nyengir.
"Namanya juga pujasera Jun.. Kalo sepi di kuburan, hahaha."
"Dih! Ngaco loe!"
Aku muter-muter mencari makanan yang tepat untuk dimakan. Tiba-tiba aku melintasi bakul mie pontianak.
"Ngemi aja gimana?" tanyaku sambil melirik ke arahnya.
Dia mengangguk. "Boleh."
"Mba, mie pontianaknya 2 ya. Berapa?"
"Bentar ya Mas.." Om-om penjual itu langsung menarikan tangannya di atas mesin kasir. Terpampang angka 20.000 di layar hitam nan kecil itu.
Aku langsung memberikan selembar kertas bergambarkan pak Otto Iskandardinata itu.
"Tunggu sebentar, ya. Atau mau diantar?"
"Boleh." Aku melihat meja kosong dari kejauhan. "Meja 20 ya."
Aku dan kak Rio berjalan ke meja kosong itu. Baru duduk, tiba-tiba teringat sesuatu.
"O, ya. Aku mau beli es teler, Kakak mau?" tanyaku padanya. Dia menggeleng.
"Gak usah. Aku beliin es teh aja."
'Kasian. Mungkin gaada duit. Sakitnya!'
Akhirnya aku putuskan untuk beli es teh aja. Tak lama kemudian aku kembali ke meja sambil membawa dua gelas es teh.
"Lho? Gak jadi beli es teler?"
"Duit ane gak nyukup ternyata.." jawabku bohong.
"Mie nya lama banget ya.." keluhnya. Aku mengangguk.
Sambil menunggu, aku mengedarkan pandangan ke sekitar. Tiba-tiba mataku terhenti pada sesuatu. Aku melihat...
'Satria!'
Ia duduk dengan seorang lelaki putih berhiung mancung. Tampan. Mungkin dia keturunan Arab, pikirku. Mereka asyik bercanda, aku dengar samar-samar suara tawanya hampir ditelan riuh kerumunan orang.
Dia siapa ya?
"Jun." kagetnya saat ia menepuk tanganku.
"Eh ya Kak," sahutku sambil menatapnya. Tersenyum.
"Ngeliatin apaan?" tanyanya.
"Nggak, ngeliatin orang aja," aku menoleh ke arah tadi. Bangku itu telah kosong. Hanya piring dan gelas bekas makan dan minum tergeletak di atas meja.
'Cepet amat ngilangnya?'
---
Siang agak bolong. Aku duduk di meja belajar sambil menatap ke arah luar jendela, melihat matahari yang lagi asik-asiknya mbakar bumi.
Aku menatap HP sebentar. Sepi. Gak kaya biasanya ada SMS masuk. Biasanya tuh Satria yang SMS bawel abis kaya bom Perang Dunia II yang dijatuhkan bertubi-tubi. Sekarang kaya genjatan senjata aja.
Aku mengambil jam pasir yang berdiri tegak di depan mejaku. Lalu aku balik. Perlahan pasir turun dari atas, turun beraturan.
Udah sekitar dua minggu aku jarang komunikasi sama Satria. Paling di sekolahan doang, itu pun kalo perlu aja. Aku sih gak kenapa-kenapa, biasa aja. Lah dia?
Sampe-sampe waktu itu Lin nanya:
"Kok loe jarang becandaan lagi sih ama Satria?"
Aku cuman bisa mengangkat bahu. "Gak tahu. Dianya sibuk sendiri kali."
Batinku: mungkin dia sudah mendapat kesenangan tersendiri. Apa memang tidak sengaja
Atau...
Dia mencoba menghindariku?
Pasir di atas mulai habis. Aku tatap sampai turun semua.
Aku balik ulang.
Mungkin gak sih, cowo itu, cowo muka Arab itu..
Pacarnya?
Uh, kok aku jadi ngurusin dia sih?
Padahal otakku udah buang jauh-jauh semua tentang dia. Tapi apakah hatiku belum?
Juna! Lupakan!
Pikiranku makin awut-awutan. Sampai-sampai sekarang aku ngerasa ada dua angin ada di sisiku.
Yang sisi kanan:
'Masih ada Kak Rio yang perhatian dan care sama kamu! Jauhi dia please!'
Yang lain,
'Nggak! Kamu belum tahu Satria lebih jauh! Bodohnya kamu mengambil keputusan untuk memberikan keputusan kepada Kak Rio lah kamu menyerahkan segenap cintamu! Sebenarnya kamu masih cinta sama Satria kan, Pengkhianat?'
Aku menatap sengit jam pasir itu. Aku balik sambil membantingnya.
'Jangan dengarkan dia! Kamu sakit aja dia gak nengok! Tanyain coba, ke mana ia waktu itu!?'
'Kenapa kamu gak mendua aja? Gak ketahuan ini!'
'Sekali kau mendua, kau akan kehilangan semuanya! Mendua itu hanya cinta sesaat yang akan kamu dan mereka dapatkan!'
'Tapi kalau kamu pinter semua itu bisa kelar!'
'Percaya aku Jun, kamu gak bakalan senang hidup dalam kebohongan. Kebohongan!'
'Tapi kamu akan senang hidup dalam dua cinta sekaligus dan kamu akan memilikinya. Kesenangan!'
'Kesenangan sesaat, selebihnya Kebohongan!'
Mulutku selalu berkata "Kak Rio. Kak Rio." Tapi kenapa hatiku masih saja memasukkan kata "Satria" ke dalamnya?
Sebenarnya apa hakikat cinta fana ini?
Aku ingin memiliki keduanya.
'Dasar bajingan! Masih mau hidup dalam kebohongan? Lupakan Satria dari hatimu! Itu cinta palsu. Palsu!'
Aku makin kesal menatap jam pasir itu. Belum sampai setengahnya udah aku balik. Gigiku menggeretak. Otakku mulai panas.
Aku ternyata masih cinta sama Satria!
suara-suara itu makin memenuhi telingaku. Pekak. Makin bikin panas otak.
'Satria siapa dia? Aku yakin kamu gak bakalan bahagia dengannya. Hanya kesenangan sesaat.'
"DIAAAAAAM!" teriakku spontan. PRAANG!!! Jam pasir yang semula ada di meja kini berserakan di lantai. Pasirnya menutupi ubin kamar.
Aku memukul meja berulang-ulang lalu menjambak rambutku.
Kenapa aku jadi seperti ini? Aku dibuat gila oleh dua malaikat yang baru aku kenal seumur hidupku.
Gila karena cinta.
---
---
@Tsunami
@balaka
@3ll0
@d_cetya
@Cyclone
@cute_inuyasha
@Wita
@lulu_75
@susucoklat
@centaury
Juna lagi bimbang.
#atas ane bawell
juuuna galaaau juuuna galaaau juuuna galaaau *ala2 anak kecil
mungkin itu temannya satria juun