It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Angkotnya lama banget sih?" gumamku sambil bolak-balik melihat layar ponsel.
'Minta dijemput Ibu apa ya? Eh, coba aku SMS Kak Rio barangkali bisa jemput...'
To: Kak Rio (sekarang udah ganti nama kontak)
(15:14) "Kak, bs jemput g?"
Edan dah, baru pencet tombol Kirim, eh yang ane tunggu dateng juga. Aku segera bangkit.
"Penuh dek!"
Sial!
HP-ku bergetar. Ada yang SMS nih. Aku buka SMS-nya.
"Isi pulsa 5000 di Alfamaret atau Indimaret dapet 1 pcs Big Cola... Halah!"
Ternyata yang SMS bukan pacar aku. Pacar HP-ku. Siapa lagi kalo bukan Operator?
Sial lagi untuk yang kedua kalinya.
Tapi untuk yang ketiga kalinya aku untung. Sebuah motor melintas di depanku. Makin dekat, motor itu melambat, dan berhenti tepat di depanku.
"Juna mau ikut?"
Aku mengangguk tersenyum. "Kakak habis dari mana?"
"Oh, tadi abis nengok temen kecelakaan. Ini aku ke rumah Tante Bela. Sekalian ikutan aja,"
Aku segera melompat ke belakang cowo keren itu.
"Aku udah pegangan kok, hehe." kataku sambil merangkul pinggang cowo itu.
"Ih, langsung main peluk aja nih," ledeknya. Aku nyengir.
"Abis kangen bonceng Kakak, wkwk."
Jalanan mulai sepi. Kami segera meluncur.
---
"Bu, aku ke tempatnya Kak Rio ya, mau les fisika..." pamitku kepada Ibu yang sedang mengelap meja makan.
"Lho, ia buka les-lesan tho?" tanyanya. Aku tersenyum.
"Bukan. Berhubung kak Rio bisa fisika jadi aku minta ajarin... Lumayan lah daripada kudu cari guru."
"Oh, gituu. Udah sana, ntar ditungguin lho..."
"Nanti Bu. Dia lagi di tempatnya tante Bela. Ntar nebeng dia."
Aku keluar, menunggu di teras. Selang sekitar 15 menit kemudian, dia dateng.
"Juna!"
"Ish kagak usah treak-treak juga kali, Kak!"
"Eh, lu di situ rupanya. Gue kira di atas."
Aku segera keluar membawa helm.
Lagi-lagi dia melongo melihatku.
"Kenapa?" tanyaku sambil memakai helm. Dia hanya menggeleng.
"Ayo."
Boncengan lagi dah.
---
(⇱ Rio)
Pukul 7 di jam kamar kosku. Aku lihat Juna masih asyik mengerjakan soal-soal di buku cetak. Sesekali aku menatapnya, tersenyum, melihat adik sekaligus pacarku ini mau untuk belajar.
'Kak, aku di rumah jarang belajar lho.'
'Terus?'
'Belajarnya kalo mau ulangan aja.'
'Jangan gitu dong, pantes aja nilainya jelek-jelek.'
Ketawa sendiri gua.
"Jun, ntar kalo pulang dipelajarin lagi ya." kataku. Ia menghentikan sejenak, menatapku, lalu tersenyum. Manisnya...
"Iya Kak, Juna tahu.."
Pikiranku mulai kotor. Sepertinya satu setan telah merasuki tubuhku. Terbayang Juna ketika keluar rumah tadi. Ia memakai kaos oblong putih ketat, dengan lingkar lengan yang menjepit kedua lengannya yang ramping tapi kekar itu.
'Rio! Pikirannya jangan konslet dong!'
Aku berusaha melawan nafsuku. Tapi sepertinya setan-setan yang lain ikutan masuk ke tubuhku.
"Kak, ini udah selese. Tapi ada yang bingung nomer 11." sahut Juna sambil menatapku.
Aku terdiam. Masih menatapnya.
"Kak?"
Birahiku udah memuncak. Aku udah gak tahan lagi liat Juna. Langsung aku peluk erat dia, lama sekali. Kemudian aku memutar tubuh sehingga ia di depanku. Aku langsung cumbu lehernya. Ia kaget bukan kepalang, lalu berontak sedikit.
"Kak...!"
Pkiranku udah konslet dikuasai nafsu yang bergejolak. Aku mencumbui lehernya penuh nafsu. Dia melenguh sambil meraba-raba kepalaku.
"Mmmmh.... Kak.."
Tanganku mulai masuk ke dalam kaos dan bergerilya menggerayangi tubuh sexy Juna. aku meraba dadanya yang bidang, sesekali kupelintir putingnya. Dia menggelinjang dan menjambak pelan rambutku.
Tanganku turun menyusuri perut kotaknya. Perut ketat, berisi, kaya papan cuci. Perlahan aku masukkan jariku ke pusarnya.
"Buka baju aku, Kak..." pintanya pelan. Lalu aku buka bajunya. Terlihat di depan mataku tubuh sempurna manusia jelmaan malaikat ini. Putih mulus, sexy, garis ototnya pun terlihat jelas.
Aku makin terangsang. Tak ragu-ragu aku pun melepas bajuku sendiri. Kini dua malaikat telah bertelanjang dada.
Aku menubruk Juna. Di atas kasur yang hanya setebal jengkal tangan, kami bergulingan kesana kemari, sambil berpagutan bibir. Tonjolan di bawahku makin mengeras. Sambil berciuman, Juna asik meraba-raba lenganku yang kekar. Kemudian ia melepas pagutannya, menggigit-gigit bisep lenganku yang keras terbentuk hasil tempaan fitness. Air liurnya membasahi lenganku hingga sepertiganya.
Tak diduga, tangan Juna mulai merayap meraba tonjolanku. Aku makin nafsu.
"Juna mau? Buka aja." tawarku. Akhirnya Juna membuka ritsleting yang melintang menutupi daerah vitalku. Tangannya menyusup, memijat-mijat kontolku yang sudah tegang.
Aku rebahan di kasur. Juna masih melanjutkan permainannya. Kini tangannya mulai masuk ke CD yang membungkus batang kejantananku.
"Gede ya," pujinya. Aku cuman tersenyum sambil mendesis. Kemudian ia buka pengait celananya, lalu ia pelorotkan. Tersembullah batang kontolku yang sudah berdiri tegak. Kini aku telah telanjang bulat di hadapan anak itu. Anak yang dulunya bermuka polos yang aku tabrak secara tak sengaja itu.
Juna melotot. Air liurnya menetes sedikit, seperti singa yang kehausan menatap danau yang amat lebar.
"Isep, Jun!" pintaku tiba-tiba. Ia melihatku sejenak, lalu ia jilat penisku dari atas sampai bawah. Sampai di atas dia memasukkannya ke dalam mulut kecilnya.
Juna naik turun mengoral penisku secara perlahan. Aku menggelinjang keenakan.
"Ahhh... Sssshhh...... Junaaaa setan loe........" racauku. Dia mulai mempercepat oralnya. Aku belingsatan. Oh Tuhan! Di surga sebelah mana aku sekarang ini?
"Junnnnn....... Malaikat dari mana loe? Hahhhh.....? Loe hebat bangetttth........ Belajar dari......... Mana...... Junnnnn? Ooooohh.......... Sssshhhhhh......" desisku keenakan.
Aku mulai memegang kepalanya, lalu menaikturunkan kepalanya. Otakku udah konslet, ditelan hawa nafsu yang aku lampiaskan kepada malaikat ini. Sial. Gak cuman ganteng, ngoral pun dia bisa.
Aku mulai merasa mendekati klimaks. Kini aku menaikturunkan pinggulku, menyodom mulut kecilnya malaikat pemuas nafsu itu. Aku ngerasa melayang. Fly.
"Ahhhhh........ Kakakk mau keluarrrrr....... Junnn..!!" Ia makin ganas menyepong penisku. Penisku dilalap habis olehnya. Aku juga sering merasakan kepala penisku menyentuh tekak kerongkongannya.
Badanku mulai merinding. Otot-otot tubuhku menegang. Penisku akan memuntahkan lahar panasnya di dalam mulut anak itu.
"AAAAAARGH!!! AAAARRGH!!!" erangku. Aku menekan kepalanya, lalu menaikkan pinggulku, menancapkan penisku sedalam-dalamnya di mulutnya. Akhirnya...
CROOOOOOT. CROOOOOOOT CROOOOT ..... Maniku tumpah ke dalam mulutnya. Lumayan banyak, aku memang udah gak ngeluarin beberapa minggu terakhir. Maninya langsung ia telan tanpa sisa.
Selang beberapa menit, ia mencabut mulutnya dari penisku. Ia menyeka bibirnya.
"Enak, Kak...." tanggapnya. Ia tersenyum, lalu melumat bibirku dengan mesra. Aku bisa merasakan sisa-sisa sperma di dalam mulutnya yang agak asin-asin dikit. Setelah itu, dia mencumbu leherku.
Aku masih lemas. Aku biarkan dia mencumbuku. Leherku dicupang olehnya. Sesekali digigit lembut.
Birahiku naik lagi dibuatnya. Nafasku mulai memburu. Meski keringat sudah membasahi kasurku, tapi birahiku tetap memaksa otakku untuk melanjutkan permainan. Aku langsung bangkit, memakai pakaian.
"Kakak mau gak...." bisiknya dengan nada genit. Aku terperanjat.
'Gila ini anak! Udah nelen pejuh masih pengen ditusbol juga!'
'Mau, Jun. Tapi....'
"Udah malem Jun. Ayo Kakak anter kamu pulang." sahutku dingin. Aku berjalan ke luar.
Sampai di depan rumahnya, ia mengucapkan terima kasih. Aku tersenyum kecil. Tak bicara apa-apa.
"Maafin Kakak, Jun..." kataku lirih, dan aku yakin ia tak akan mendengarnya.
Pintu ditutup. Tak terasa air mataku menetes.
---
@Tsunami
@balaka
@3ll0
@d_cetya
@Cyclone
@cute_inuyasha
@Wita
@lulu_75
@susucoklat
@centaury
@Adamx
"Jun, maafin Kakak udah ngotorin kamu.. Bukannya aku gak mau, tapi aku udah bikin kamu kotor dan hina lewat mulutmu..."
Duuuh untung belom belah duren...Juna belom keluar tu? ">
Penonton kecewa krn Juna kebawa napsu
[-(
tp kasian juna blm keluar tuh. hehehe.
satria kemana nih?