It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
tapi hey @tamagokill kok zaki malah jadi bot..
kenapa yang normal itu selalu dibikin jadi top saat dia belok -_-
*spoiler*
untuk sex-scene antara Bang Zaki dengan Tiki, harap bersabar ya.
@PeterWilll makasih
@hendra_bastian ahay!!! ada yang paham juga ama tipe nya Bang Zaki nih
••• ~~ ••• ~~ ••• ~~ •••
°•¤ Happy Reading Guys ¤•°
@Antistante @yuzz
@meong_meong @anohito
@jeanOo @privatebuset
@Gaebarajeunk @autoredoks
@adinu @4ndh0
@hakenunbradah @masdabudd
@zhedix @d_cetya
@DafiAditya @Dhivars
@kikyo @Tsu_no_YanYan
@Different @rudi_cutejeunk
@Beepe @dheeotherside
@faisalrayhan @yubdi
@ularuskasurius @Gabriel_Valiant
@Dio_Phoenix @rone
@adamy @babayz
@tialawliet @angelofgay
@nand4s1m4 @chandischbradah
@Ozy_Permana @Sicnus
@Dhivarsom @seno
@Adam08 @FendyAdjie_
@rezadrians @_newbie
@arieat @el_crush
@jerukbali @AhmadJegeg
@jony94 @iansunda
@AdhetPitt @gege_panda17
@raharja @yubdi
@Bintang96 @MikeAurellio
@the_rainbow @aicasukakonde
@Klanting801 @Venussalacca
@greenbubles @Sefares
@andre_patiatama @sky_borriello
@lian25 @hwankyung69om
@tjokro @exxe87bro
@egosantoso @agungrahmat
@mahardhyka @moemodd
@ethandio @zeamays
@tjokro @mamomento
@obay @Sefares
@Fad31 @the_angel_of_hell
@Dreamweaver @blackorchid
@callme_DIAZ @akina_kenji
@SATELIT @Ariel_Akilina
@Dhika_smg @TristanSantoso
@farizpratama7 @Ren_S1211
@arixanggara @Irfandi_rahman
@Yongjin1106 @Byun_Bhyun
@r2846 @brownice
@mikaelkananta_cakep @Just_PJ
@faradika @GeryYaoibot95
@eldurion @balaka
@amira_fujoshi @kimsyhenjuren @ardi_cukup @Dimz
@jeanOo @mikaelkananta_cakep
@LittlePigeon @yubdi
@YongJin1106 @Chachan
@diditwahyudicom1 @steve_hendra
@Ndraa @blackshappire
@doel7 @TigerGirlz
@angelsndemons @3ll0
@tarry @OlliE
@prince17cm @balaka
@bladex @dafaZartin
@Arjuna_Lubis @Duna
@mikaelkananta_cakep
@kurokuro @d_cetya
@Wita @arifinselalusial
@bumbellbee @abyh
@idiottediott @JulianWisnu2
@rancak248 @abiDoANk
@Tristandust @raharja
@marul @add_it
@rone @eldurion
@SteveAnggara @PeterWilll
@Purnama_79 @lulu_75
@arGos @alvin21
@hendra_bastian @Bun
@jeanOo @gege_panda17
@joenior68 @centraltio
@adilar_yasha @new92
@CL34R_M3NTHOL @Lovelyozan
@eka_januartan @tianswift26
@guilty_h @Dhivars
@adilar_yasha @GeryYaoibot95 @CL34R_M3NTHOL @Lovelyozan @eka_januartan @tianswift26 @abyyriza @privatebuset
@Bun @sujofin
@TedjoPamungkas @cute_inuyasha @hehe_adadeh
×××°•••°°•••°×××
°•¤ The Stars (Act 15) ¤•°
"ZULFIKAR!!" Tiki berbalik dan ngebebasin diri dari pelukan Taka lalu ngebentak gue.
Hati gue sakit ngedenger bentakan Tiki. Tapi gue udah gak kuat ngebendung kesabaran gue lagi. Hasrat ini begitu menggebu.
Gue masih belum ngerti juga. Bagaimana Tiki bisa tau? Apakah selama ini isyarat gue terlalu kuat? Atau Tiki...
"Apa Ki?! Lambat laun, toh gue juga bakal bilang juga ke Taka! Kalo selama dia pergi ninggalin gue, hati gue berpaling ke elu! Elu tau itu! Dan elu pura-pura gak tau! Yang elu gak pernah tau, selama ini gue juga dibebani rasa bersalah ke Taka, Ki..."
Mata Tiki terbelalak mendengar pembelaan diri gue yang meluncur dengan cepat dari mulut gue.
Langit bergemuruh dengan riuhnya. Dibarengi dengan turunnya hujan deras.
Taka disana. Berdiri di atas rumput halaman. Membiarkan dirinya diguyur derasnya hujan. Matanya gamang ngeliat ke arah Tiki dan gue.
"Ka... Gue bisa jelasin ini..." Tiki berujar lemah.
Taka mundur menghindar saat Tiki nyoba mendekatinya.
"Ki... Gue serius cinta ke elu" gue berujar lirih.
Mendadak saja sebuah tinju mendarat di mata kiri gue. Disusul dengan tendangan. Seketika gue terhempas. Menabrak pintu di belakang gue sampai terbuka. Badan gue limbung. Kepala gue pening.
Gue masih inget banget, dulu pukulan Taka itu saja udah pernah ngebuat gue nyaris K.O.
Gue gak pernah mengira kalau pukulan Tiki jauh lebih berat dan lebih mantap.
Gak berhenti sampai satu pukulan. Tiki terus menerjang muka gue. Padahal tendangan Tiki di rusuk gue aja rasanya sudah ngebikin gue kesulitan bernafas.
Tiki ngedudukin dada gue. Dan gue gak sanggup buat ngehindar dari hantaman tangannya di muka gue. Gue udah gak bisa ngitung bagian mana aja dari muka dan badan gue yang kerasa sakit.
Tapi sakit ini gak seberapa dibandingkan sakit di hati gue. Sakitnya makin menjadi-jadi, meskipun saat ini Tiki sudah di tarik mundur.
Mungkin semua orang yang hadir di rumah untuk merayakan keberanian Tiki mengklarifikasi foto dirinya dengan bocah baru itu, yang menarik badan Tiki agar berhenti ngehajar gue.
"FUCK YOU MOTHERFUCKER!! DIE!! JUST DIE!!!"
Tiki berteriak penuh amarah, dan sekali lagi, gue gak bisa ngehindar saat sesuatu ngehantam rusuk kanan gue.
Rasanya nafas gue beneran berhenti total.
"TIKI!! Udah Ki!! STOP!! STOP Ki!!!"
Itu suara Taka. Dia juga ikut menghentikan amarah Tiki.
"Bangsat lo Kar!! Gue bunuh lo sekarang juga! Sampe ke neraka sekalipun, bakal gue kejar lo!! Dasar anjing gak tau diri lo!!" makian Tiki rasanya membuat jantung gue berhenti berdetak.
"Ki!! Udah Ki... Udah... Gue mohon..."
Ahhh... Taka... Bahkan di saat seperti ini, dia masih ngebelain gue.
"Emang gue yang salah... Udah Ki... Gue yang salah... Bukan Izul..." gue masih ngedenger pembelaan Taka, sebelum akhirnya pandangan mata gue yang sudah buram mendadak gelap.
Rasanya badan gue menjadi sangat berat. Kebisingan yang ada di sekitar gue semakin menjauh. Badan gue seolah jatuh ke dalam sebuah lubang besar. Menelan gue hidup-hidup.
Apa gue masih bisa hidup kalau udah seperti ini?
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
I should've known better
Than to ever
Look to heaven questioning
Whether I've found it
Put it up, sounded
Better than it looked
Now I'm your friend
I'm stuck in this dead end
And all these words, they come too late
You could never compensate
For this pain
I should've said it all when I was close to you
I should've said it all when I was close to you
Like I was supposed to do
Like I was supposed to do
I should've known better than to be pacified
Now you just pass me by
I'm stumbling through this life like a man with no sight
No sight
Like a man that lost his fight
And all these words, they come too late
You could never compensate
For this pain
The hands of fate
Oh the hands of fate
Just won't wait
No, it just won't wait
Help me change, help me change
Oh like I was supposed to do
[ Supposed (Acoustic Version) - James Arthur ]
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Perlahan gue buka mata gue. Badan gue rasanya berat banget. Bahkan mata ini pun rasanya susah banget gue buka.
"Zul... Jangan bangun dulu..." ujar Taka.
Dia nyegah gue bangun? Jangan konyol! Buat ngebuka mata gue aja rasanya susah banget.
Ugh! Mata gue sakit banget. Dada gue juga sakit. Gue nyoba mikir apa yang terjadi ama gue. Dan beberapa detik kemudian gue inget kejadian itu. Saat Tiki ngehajar gue.
"K-Ka..." bahkan buat manggil Taka aja rasanya berat banget. Jadinya suara yang keluar lebih terdengar seperti bisikan.
"Maafin gue Zul... Semua gara-gara gue..."
Aahhh... Mereka memang mirip banget. Bahkan disaat seperti ini, gue masih ngira yang nangis di hadapan gue adalah Tiki. Padahal gue tau, ini Taka. Bukan Tiki.
Taka menggenggam tangan gue. Bibirnya mengecup punggung tangan gue. Mengecup jari tangan gue. Air matanya masih mengucur deras.
Bukan elu yang salah Ka, tapi gue...
Kalimat itu hanya bisa terucap dalam hati. Bibir gue masih mati rasa.
Setelah berjuang setengah mati, akhirnya gue bisa meraih wajah Taka. Gue coba seka air matanya dengan jempol gue.
Taka memejamkan matanya. Bibirnya mengecup telapak tangan gue.
Aaahhhh... Gue emang bego! Kenapa gue baru sadar kalau Taka tuh masih dan selalu mencintai gue sebesar ini. Bukannya Tiki pernah keceplosan kalau Taka itu terpaksa ninggalin gue karena amanat mendiang Bang Toya?
Selama ini Tiki yang selalu mencari cara agar gue kembali bersatu dengan Taka?
^^...dasar anjing gak tau diri lo!!...^^ ucapan Tiki menggema di dalam kepala gue.
Bener juga kata Tiki. Gue emang anjing gak tau diri. Dia udah dengan sepenuh hati nolong gue. Sepenuh hati ngebantu gue dari keterpurukan waktu dulu Taka ninggalin gue.
Tapi apa yang udah gue perbuat?
Gue malah ngebuat hati Taka hancur. Di depan mata kepala Tiki.
"K-Ka... M-maaf..." kali ini suara gue kedengeran berdesis.
Taka menggeleng pelan. "Gue yang harus minta maaf... Ini gara-gara gue..."
"Kalian romantis banget"
Gue kaget setengah mampus ngedenger suara itu. Rasanya gue gak kenal deh ama suara itu. Perlahan gue nyoba noleh ke sumber suara itu.
Samar-samar, gue liat cowok itu. Dia duduk gak jauh dari kami berdua. Tangannya memangku dagunya, sedangkan wajahnya memandang dengan penuh rasa kagum.
"Asal kalian tau, selama ini gue selalu ngerasa jijik kalo ngeliat homb... Sorry! Maksud gue, gay couple" katanya lagi.
"Gue gak pernah menyangka, kalo kalian bisa bikin gue sirik setengah mampus! Kalian bisa seromantis itu... Gue! Gue yang cowok normal aja gak pernah kayak kalian! Anjay lah! Jadi curhat kan gue?" lanjutnya dengan gaya ngejengkelin banget.
Kalo gue gak sekarat begini, udah gue tonjok tuh mulut kurang ajar dia. Tadi dia mau ngatain gue hombreng, kan?
Masak gue di bilang hombreng?! Seumur-umur cuma Taka yang menjamah gue tauk!?
Lagian siapa juga dia?
Ah! Iya! Gue baru inget!
Namanya... Ayam ato siapa gitu! Lagian kenapa juga dia di sini? Bukannya dia temen Tiki?
Ah mungkin tadi dia dateng bareng Taka.
"Ya udah"
DEG!!
Itu suara Tiki!
"Kalo gitu elu jadi hombreng aja, Am! Ni si Wahid nganggur" lanjut Tiki lagi.
Gue gak bisa ngeliat dia. Karena selain gue gak gak bisa gerak, pandangan gue juga terhalang badan Taka yang semakin gede ini.
Huufff... Padahal waktu jaman sekolah. Taka tuh kurus tinggi. Sekarang makin bagus sih. Makin berbentuk. Makin...
Sexy!!
Itu jadi salah satu alasan gue. Kenapa selama ini gue gak bisa nolak ajakannya tiap kali dia maksa gue bercinta dengannya.
Awal gue tau kalo Taka jadi model tuh, waktu Tiki nunjukin foto shirtless Taka di salah satu majalah fashion. Belum lagi, Tiki pernah nunjukin video aksi Taka yang sedang berjalan dengan hanya mengenakan celana renang di atas catwalk pada sebuah ajang fashion show di Milan.
"Gimana Hid? Liam ganteng kan?"
Sekali lagi kudengar Tiki menggoda si Ayam dan si bocah baru, yang ternyata ada di ruangan ini juga.
"Iya Kak... Tapi terlalu kurus..." sahut tu bocah.
Jadi kalo si Ayam lebih 'berisi' macam sodara kembar ini, dia gak bakal nolak?, gue sewot sendiri. Tapi gue batin aja. Kan gue masih belum sanggup ngomong.
"Xuueeekkk! Gue kagak kurus! Nih liat!" si Ayam gak terima kayaknya kalo dia lecehin ama si bocah.
"Pamer? Entar kalo Wahid mau beneran, bakalan ada yang gantian tenar!"
Gue ketawa ngakak dengerin kalimat Tiki. Lagi-lagi cuma bisa dalam hati aja ngakaknya.
"K-ka..." gue panggil nama Taka, tentunya dengan suara berdesis. Gue taro tangan gue di pipinya. Gue elus-elus.
Tumben Taka numbuhin kumis dan jenggotnya? Biasanya hampir tiap pagi dia rajin nyukur. Apa mungkin Taka nungguin gue selama gue di sini?
Tapi ini dimana ya?
Duh! Pandangan mata gue masih burem banget! Tadi ngeliat si Ayam juga bisa jelas cuma sebentaran doang.
"Ka... Kalo mau tidur, yang bener. Jangan begini"
Ah itu suara Tiki. Kayaknya dia sengaja ngebangunin Taka yang kayaknya ketiduran sambil jadiin tangan gue sebagai bantalnya. Sadis bener sih Ka, udah tau gue masih sakit begini malah jadiin tangan gue alas kepala lu.
Setelah Taka pindah rebahan disamping badan gue, baru deh gue ngeh. Kalo sekarang ini gue ada di kamar.
Ya kamar mana lagi kalo bukan kamar lantai dua.
Pantesan aja jendela dekat si Ayam tadi keliatan gak asing. Cuma emang ada sedikit yang beda. Misalnya warna dan motif tirainya. Belum lagi, disitu ada meja dan kursi yang terbuat dari kayu jati.
Setelah gue inget-inget lagi nih, itu kan kursi ama meja yang ada di teras depan. Kayaknya gue kena gejala kepikunan dini, gara-gara abis di hajar Tiki nih. Kenapa di pindah kemari?
Ya sudahlah. Nanti kalo gue udah sembuh, pasti gue bakalan tau tanpa perlu banyak nanya.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Udah sekitar dua minggu gue bed rest. Sekarang gue udah bisa bangun. Tapi masih harus di bantu. Selain pelipis kiri gue sobek akibat bogeman Tiki, kedua sudut bibir gue juga sobek. Ditambah, tulang rusuk gue juga ada yang retak.
Emang mantep banget dah tendangan Tiki! Kalo gue jadi bola, mungkin kemaren tuh gue udah nyangsang di jalanya gawang.
Waktu gue udah bisa ngomong dengan lancar, gue langsung minta maaf ke Tiki. Juga ke Bang Zaki. Karena gara-gara gue udah egois. Mikir diri gue sendiri. Gak mau ngaca siapa gue di sini. Jadinya nambah lagi deh utang budi gue ke Bang Zaki.
Kalo bukan karena jasa Tiki dan Bang Zaki, mungkin gue udah lama tinggal nama. Dan gak satu pun orang yang bakal ngeh kalo gue mati.
"Makan Wek?" Tiki nyelonong masuk ke kamar ngebawain semangkok bubur. Bikin lamunan gue buyar seketika.
Tiki naro mangkok berisi bubur itu diatas meja lipat yang dia pasang di atas paha gue.
"Temen lu mana Bang Ki? Kok udah dua hari gak keliatan?" gue iseng nanya. Sepi juga gak ada yang ngeramein. Sejak kedatangan dia beberapa hari ini, suasana rumah jadi rame banget.
"Ah iya. Sampe lupa. Liam titip salam. Sorry dia gak sempet pamitan. Dia mau ambil barang di Jakarta, trus ke Bandung" Tiki nyengir ke arah gue. "Mungkin seminggu lagi dia bakal dateng kemari. Kenapa? Kangen ama Liam?"
"Gak lah, Bang Ki... Cuma jadi sepi aja... Enak... Ini elu yang masak kan?" gue ngobrol sambil pelan-pelan nyuapin bubur ke mulut gue.
"Yoilah. Siapa lagi? Elu mau Taka yang masak?"
"Haduh! Jangan dong! Bisa masuk ICU gue!" gue ngejawab, yang di sahutin tawa ngakak Tiki.
Ah... Ternyata ngeliat Tiki begini jauh lebih baik.
Dua minggu lalu, gue udah salah besar ngusik kesabaran macan tidur. Jadi gempor kan gue sekarang?!
Gue perhatikan, ada yang beda dari penampilan Tiki. Selain wajahnya lebih keliatan damai dan gak ada beban. Sebelum ada insiden foto yang bikin dia galau, Tiki tuh selalu aja banyak ngelamun. Tapi sekarang beda.
Apa karena dia ngeliat gue ama Taka udah resmi berdamai dan rujuk lagi ya? Jadinya dia udah tenang.
Berarti dulu dia sering ngelamun gara-gara gue dong?
Ah! Lemot banget nih kepala gue! Kenapa gue gak cepet nyadar sih?
"Ayo Ki... Taka udah dateng tuh" Bang Zaki melangkah masuk ke kamar. Dia nampak keren kalo udah make kemeja lengkap dengan dasinya.
"Mau ke Ubud, Bang?" gue iseng nanya.
"Iya... Donna gak bisa nemenin Abang. Jadinya terpaksa ngajak Tiki deh" jawabnya sambil membiarkan Tiki yang sedang membetulkan posisi dasinya.
"Oh! Jadi terpaksa?" Tiki mencubit pipi Bang Zaki.
Hah?! Nyubit?!
Sejak kapan Tiki berani nyubit pipi Bang Zaki?
"Kan emang terpaksa. Kalo kamu ikut, siapa yang nemenin Syaka?" Bang Zaki menyahut sambil merapihkan tatanan rambut Tiki.
Ah iya. Model rambut Tiki emang beda. Warnanya rambutnya sekarang ganti sedikit gelap. Ditambah, Tiki juga make baju kayak Bang Zaki. Gaya orang kantoran.
Biasanya Tiki tuh hobi banget pake kemeja lengan pendek. Ditambah jaket atau sweater tipis, yang wajib ber-hoodie. Poni rambut Tiki juga selalu dia biarin jatuh nutupin jidatnya. Tapi sekarang dia sisir naik. Mungkin dia make pomade? Coz itu rambut keliatan kenceng banget style-nya.
"Kancingnya di buka aja ya Bang?" tanya Tiki.
"Ya. Buka satu aja. Toh kamu enggak pake dasi"
"Ya iyalah di buka satu. Kalo di buka semua, bisa gawat" Tiki berujar sambil menjulurkan lidahnya.
"Bang... Mobilnya belum beres. Tapi si Oka katanya mau nganterin tuh. Kebetulan dia juga lagi ada perlu ke daerah sana" Taka melangkah masuk ke dalam kamar. "Eh! Yayang Uwek lagi maem... Sini gue suapin" tanpa permisi Taka langsung duduk di sebelah gue. Tangannya merampas sendok yang gue genggam.
"Dikit-dikit Ka... Mulut gue belon bisa mangap lebar!" gue memprotes.
"Hehehehe... Maap. Lupa..." Taka cengengesan.
"Yuk Bang... Kita berangkat sekarang aja. Jangan gangguin dua sejoli ini"
Jantungk gue rasanya mau copot waktu mata gue ngelirik ke arah Tiki. Tangannya ngegandeng Bang Zaki!
"Makann yang banyak ya Fikar... Tiki masakin kamu banyak bubur tuh... Jangan lupa di angetin pake..."
"Iya Bang... Ngerti kok..." Taka langsung memotong ucapan Bang Zaki. "Husss Huss... Cepetan berangkat"
"Bye Ka! Bye Wek!" Tiki melambaikan tangan kirinya tanpa menoleh.
"Bye Ki!" Taka menyahut tanpa menoleh. Dia konsentrasi nyuapin gue.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Rasanya jenuh banget di kamar terus. Sekali-kalinya keluar dari kamar, palingan ke kamar mandi. Atau duduk selonjoran di beranda.
Gue belum bisa mandi, karena di dada gue masih ada perban untuk ngebatasin gerakan gue. Jadinya ya... Taka yang selalu ngebantuin bersihin badan gue pake washlap.
"Ka... Gue pengen turun"
"Kemana?"
"Nonton TV. Jenuh di kamar terus"
"Ohh, jadi jenuh berduaan begini?" Taka manyun.
"B-bukan gitu, Ka... Gak mungkin kan gue jenuh ama elu..."
Taka lalu tersenyum. Dengan cepet dia nyolong-nyolong nyium pipi gue. "Yuk turun. Sini gue bantu berdiri..."
Kalo gue boleh ngebandingin Taka jaman sekolah ama Taka yang sekarang, emang jelas beda jauh. Dulu dia selalu nganggep gue kayak budaknya. Tapi gue gak pernah masalahin. Toh gue menikmati juga dijadiin budak cinta dia.
Taka yang sekarang. Sejak balik dari luar negri, jauh lebih manis. Manis dari sikap dan perlakuan. Dia juga gak pernah lagi tuh yang namanya ngumpat-ngumpat kasar atau ngebentak-bentak gue.
Apalagi kalo lagi em-el. Beeuuuhhh... Gue berasa lagi ngelakuin dengan orang yang beda. Taka jauh, jauuuhhh.... Lebih lembut. Juga lebih romantis.
Gak bisa di pungkiri, gue sempet deg-deg-ser kalo dia bisikin kata-kata mesra di tengah aktifitas em-el.
Em-el alias Making Love a.k.a bercinta, lebih kerasa sejak dia balik dari luar negri.
"Hmmmm... Ka... Sebenernya ada yang pengen gue tanyain nih sejak elu dateng beberapa bulan lalu" gue beranikan diri buka suara.
"Hmmm?? Mau nanya apa?" Taka ngelingkarin tangannya ke pundak gue. Jarinya di main-mainin di kepala gue. Mainin rambut atau kuping gue. Kadang di gerakin naik turun ngeraba tengkuk gue. Bikin badan gue berdesir-desir nikmat bercampur geli.
"Selama elu tinggal bareng bokap nyokap lu... Elu pernah... ML ama sapa aja?"
Tangan Taka berhenti. Matanya yang sedari tadi fokus di layar televisi, sekarang noleh ke gue. "Kenapa emangnya?"
"Jawab aja Ka..." gue tatap lekat mata Taka.
"Kalo gue bilang, selama disana gue ML ama banyak orang, gimana?"
Diluar dugaan. Ngedenger jawaban Taka, mendadak dada gue kerasa nyesek. Nyesel banget udah nanya hal beginian.
Gue langsung ngebayangin yang aneh-aneh. Gue langsung ngebayangin Taka em-el ama bule-bule kece di sana. Gue... Gue...
"Hahahaha..." mendadak aja Taka ngakak. Dari sebelah gue, Taka sekarang pindah duduk di atas karpet. Ngehadap gue. "Kenapa? Cemburu ya?"
Cemburu? Tentu aja!
Eh? Serius gue cemburu? Cemburunya karena apa dulu nih?
Apa karena selama di tinggal Taka, gue sama sekali gak ada hasrat buat ngelakuin begituan? Atau karena gue terlalu fokus ama Tiki?
Duh! Bingung!
"Emangnya kenapa nanya gitu?" tanya Taka lagi. Kali ini tangannya meraba paha gue. Dan dengan reflek, gue nepis tangannya.
"Marah ya? Gak biasanya kan elu nanya beginian" Taka cengar cengir dan balik ngeraba paha gue lagi.
Tapi karena terus-terusan gue tepis dan gue pinggirin tangannya, mungkin Taka capek juga. Akhirnya dia berdiri. Ninggalin gue duduk sendirian.
Perasaan gue sekarang udah macam gado-gado. Campur aduk. Tapi gak ada enak-enaknya sama sekali.
Gue geram. Bukan ke Taka. Tapi ke diri gue sendiri. Kenapa gue jadi makin lemah gini? Cuma gara-gara cinta?
Cinta?
Jadi gue masih mencintai Taka?
Bukannya beberapa hari lalu gue bilang perasaan gue udah berputar haluan ke Tiki? Liat aja keadaan gue sekarang! Gue masih babak belur begini!
Sial banget hidup gue!
Kalo mau mundur jauh ke belakang. Hidup gue emang sial banget! Dari dulu sampe sekarang, gue gak pernah tau siapa bokap kandung gue. Tiap gue tanya ke nyokap, dia malah nyuruh gue diem. Gak udah banyak nanya. Udah gitu, sejak kelas 1 SMP, karena ngerasa gue udah gede dikit, Nyokap gue itu betah banget kerja di luar negri. Jadi TKW! Satu-satunya cara buat jauh dari gue. Juga jadi salah satu cara buat ngehindar dari pertanyaan yang sama.
Gue gak pernah minta apa-apa ke Nyokap. Emangnya apa yang Nyokap punya? Gak ada. Kita berdua emang gak punya apa pun. Bisa makan aja udah sukur alhamdulillah. Keadaan berangsur membaik waktu Nyokap kerja di luar negri. Paling gak, gajinya masih lebih baik dibanding ngebabu di Jakarta. Meskipun gue sering was-was juga kalo ada berita mengenai kekerasan terhadap TKW.
Kapan ya gue terakhir ketemu Nyokap? Gue udah lupa.
Biarpun gak pernah ketemu, tapi Nyokap masih selalu ngisi tabungan gue di bank. Entah karena itu tanggung jawabnya sebagai orang tua tunggal. Atau karena hal lain.
Mendadak gue jadi nyari hape gue. Sejak gue babak belur begini, gue sama sekali gak megang hape. Gak ada yang ngehubungin gue juga selain Bang Zaki, atau Tiki. Kalo yang lain ada perlu, mereka bisa langsung dateng ke Warung atau kemari.
"Kemana Zul?" tanya Taka. Tapi gue diem. Males ngejawab. Gue terus aja jalan ke arah tangga. Menuju kamar atas. Gak gue gubris bantuan Taka waktu ngeliat gue berdesis menahan sakit yang berasal dari rusuk gue ini.
"Marah ya Zul?"
Gue diem. Gak noleh juga kearah Taka.
"Nyari apa Zul?"
Gue buka satu persatu laci yang ada di kamar ini. Tapi gue gak bisa nemuin hape gue. Setelah ngebuka lemari, baru deh gue inget kalo hape gue ada di bawah tumpukan baju.
Gue buka laci yang ada di lemari baju. Nyari chargeran. Hape gue udah mati total. Udah sekitar dua mingguan kagak gue isi.
"Zul... Jangan marah dong... Gue tadi bercanda doang"
Serius juga gpp Ka, gue ngebatin.
"Zul..." Taka meluk gue dari belakang. Bulu kuduk gue meremang. Bukan karena ada penampakan atau apa. Tapi bibirnya mengecup lembut tengkuk gue.
"Bentar Ka... Gue mau ngecas hape"
"Bodo'! Abisnya elu ngambek gini. Gue kan becanda doang Zul. Sumpah gue gak pernah ngapa-ngapain sama sapa sapa. Gur cuma... Cuma..."
Gue lepas pelukan Taka. Memutar badan. Dan berdiri berhadap-hadapan. Diam. Dan nunggu kalimat selanjutnya.
Setelah ditunggu, bukannya ngomong, Taka malah diem dengan pipi merona merah.
"Haaa~aaahh..." Taka menghela nafas panjang. Tangannya merogoh kantong celananya. Ngeluarin hapenya.
Setelah ngutak atik hapenya sebentar, dia nunjukin sesuatu yang bikin mata gue melotot selebar-lebarnya!
"Gue selalu coli sambil nyetel ini"
"Kapan elu...?"
Asli. Gue speechless banget!
Ternyata Taka masih nyimpen video kami dulu. Itu koleksi pribadi kami berdua! Ditambah, Taka nunjukin semua foto-foto vulgar gue. Rata-rata hasil candid dia kalo gue udah tidur.
"Dari video ini semua, gue belajar dari kesalahan dan kekurangan gue, Zul"
"M-maksud lu Ka?"
"Liat dong tekhnik gue di video ini Zul... Ketauan amatir banget, Zul. Tiap hang out bareng, gue selalu banyak nanya dari teman-teman kerja gue. Tekhnik apa yang bagus. Yang enak buat pasangan"
"Sampe segitunya?"
"Iyalah... Dan hasilnya terbukti bagus kan?"
"Ya ampun Ka..." gue cubit dengan gemas pipi Taka. "Gue pikir elu serius maen ama banyak orang..."
"Excuse Me, Zulfikar! Elu kira gue ini tipe cowok flashdisk, yang hobi maen colok di berbagai lobang?!"
"Dengan segala hormat, Mr. Taka. Tapi siapa yang bakal nolak cowok sekeren elu?"
"Oohh... Jadi, elu baru nyadar kalo gue ini keren?" tanya Taka sambil mencolek ujung hidungnya sendiri dengan jempol. Seperti gaya Bruce Lee.
"Bentar... Gue mau ngecas hape" kataku setelah menyubit hidung Taka. "Jangan kelamaan ke GR-an gitu. Lama-lama idung lu bisa panjang kayak Pinochio"
"Ya bagus lah Zul..." Taka menyahut sambil membututi di belakang gue. Dia melingkarkan tangannya di pinggang gue saat menuruni anak tangga.
"Ke teras belakang yuk... Tadi gue bikinin jus alpukat kesukaan lu"
"Emang bisa?" gue bertanya. Takjub.
"Yaelah. Kalo cuma jus doang mah gampang. Menu wajib gue itu mah. Lagian, kan elu yang sering ngajarin gue bikin makanan sehat"
Oh iya ya... Taka kan emang jarang banget makan nasi. Lebih sering minum jus. Kalo makan juga lebih sering menyantap sallad. Dia banyak belajar dari gue dan Tiki.
Sebelum jalan ke halaman belakang, Taka meminta hape dan charger di tangan gue. Dia charge deh hape gue di lemari TV.
Waktu kami udah di belakang, gue sempet kaget ngeliat ada perubahan di halaman belakang. Tepat di tengahnya sekarang dibangun sebuah gazebo. Ditambah ada beberapa pijakan terbuat dari batu yanga di tanam di atas rumput.
"Selama elu sakit kemaren... Tiki yang ngusulin buat gazebo ini" Taka ngejelasin. Sementara gue masih menatap takjub.
"Eh... Tapi kok..."
"Gak berisik waktu lagi ngebangun itu gazebo? Kan gue sering nyuruh elu pasang headset kalo elu lagi sendirian di kamar. Lagian itu ngerjainnya cuma dua hari" potong Taka. "Duduk sini dulu. Gue ambilin jus-nya di dapur"
Sebelum Taka pergi ke dapur, dia ngebantu gue buat duduk di atas gazebo yang terbuat dari kayu. Gak tau deh ini kayu apaan. Pokoknya peliturnya bagus. Ya namanya juga masih baru.
Diatas permukaan gazebo yang dibuat seperti panggung ini, dikasih matras yang tebalnya sekitar satu jengkal tangan gue. Lumayan tebal. Kerasa empuk banget waktu gue dudukin.
Gak cuma matras. Ada juga beberapa buah bantal berukuran jumbo. Bentuknya ada yang kotak bujur sangkar, ada juga yang bulat, dan persegi panjang. Tadi Taka ngambil bantal berbentuk persegi panjang supaya gue bisa enak senderan disalah satu pilarnya.
Mulai dari bantal dan matras, dilapisi bahan kulit. Mungkin biar gak basah kalo mendadak di guyur ujan.
"Sorry lama. Gue ganti pake mug melamin dulu. Tiki bisa ngamuk kalo koleksi gelas Bang Toya ada yang rusak. Hehehehe..."
Sekarang gue paham banget, kenapa Taka selalu takut Tiki marah. Jangan lagi deh ngerasain amukan Tiki! Kapok!! Cukup sekali itu aja!
Taka meletakan nampan berisi dua gelas jus diatas bantal berbentuk kubus. Gue tebak, fungsi bantal itu emang sebagai pengganti meja. Jus alpukat buat gue. Sementara dia ngebikin jus buah naga.
Taka juga ngebawain beberapa camilan. Beberapa potong brownies kukus kesukaan Taka, beberapa biji risoles kesukaan gue, juga beberapa buah drum stick dan french fries. Lengkap dengan saus sambal dan saus tomat.
Sebenernya gue sempet heran juga. Taka tuh jarang banget makan nasi dengan alasan diet. Tapi kalo makan brownies, kalo kagak di awasin, dia bisa ngabisin satu etalase.
Sendirian!!
"Eh Ka... Ngomong-ngomong, gue kan belon bisa makan ini semua" gue nunjuk risoles diatas piring sambil nelen ludah. Masalahnya, bukan karena gue gak bisa ngunyah. Tapi bibir gue ini masih sakit kalo di pake mangap terlalu lebar.
"Duh! Tenang aja sayang. Nih gue bawain pisau ama garpu" Taka menyahut dan ngedipin satu matanya. "Biar gue suapin"
"So sweet banget sih lo" gue berujar sambil menjulurkan badan ke arahnya. Taka langsung nyodorin pipinya. Setelah mengecup ringan, karena bibir gue mendadak kerasa pedih, Taka lalu nyuruh gue senderan di bantal lagi.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
I need a lover to give me
The kind of love
That would last always
I need somebody uplifting
To take me away
I want a lover who knows me
Who understands how I feel inside
Someone to comfort and hold me
Through the long lonely nights
Till the dawn
Why don't you take me away
Dream lover come rescue me
Take me up take me down
Take me anywhere you want to baby now
I need you so desperately
Won't you please come around
'Cause I wanna share forever with you baby
I don't want another pretender
To disillusion me one more time
Whispering words of forever
Playing with my mind
I need someone to hold on to
The kind of love that won't fly away
I just want someone to belong to
Everyday... Of my life... Always
So come and take me away
Baby come and take me away
[ Dreamlover - Mariah Carey ]
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Lagi enak-enaknya nikmatin kemesraan bareng Taka, kami ngedenger suara bel di pintu depan.
"Iiihhh! Siapa pula ini? Ganggu orang lagi honey moon aja!!" Taka berseru gemas. "Elu tunggu disini aja" pintanya. Dengan kesal dan tergesa-gesa dia ngacir ke arah pintu depan.
Tapi baru sampai pintu di teras belakang ini, Taka berhenti dan berbalik arah. "Elu gak ngambil kreditan panci ama ember kan Zul?"
Ni orang kumat pe'a-nya, apa ya? Pasti efek kebanyakan makan brownies! "Elu kira gue emak-emak?!" gue sautin dengan gemas.
Setelah ngakak, Taka lanjut ngacir lagi.
Agak cemas juga karena Taka lama banget. Samar-samar gue denger ada kericuhan dari dalem rumah. Baru aja gue berniat nyusul, mendadak gue berhenti karena ngeliat...
Bang Bayu!!!
Dia enggak dateng sendirian. Karena Bang Bayu sedang menggendong seorang anak perempuan, yang aduhai imutnya!!!
Eitt!! Gue bukan pedofil!! Tapi sumpah tu bocah cute ngegemesin banget!!!
Gue emang pernah denger, kalo Bang Bayu udah nikah dan punya anak. Karena dulu Bang Bayu selalu dateng kemari di hari ulang tahun atau pas di hari kepergian mendiang Bang Toya. Sendirian aja. Setelah itu dia langsung cabut. Bang Bayu gak pernah mau lama-lama disini.
Masalahnya, baru sekarang gue ngeliat anak Bang Bayu secara langsung. Gue juga gak pernah di kasih liat foto anak dan istrinya.
Oh iya... Baru inget dah gue! Kalo Bang Bayu dateng kesini bareng anaknya, apa mungkin istrinya ikut juga?
Belum juga gue terheran-heran, eh Taka udah nongol bareng seorang perempuan. Cantik banget! Kalo gue straight, pasti gue udah ngiler ngeliat kecantikannya.
Gue masih terbengong-bengong mengagumi kecantikan istri Bang Bayu yang memakai pakaian bernuansa putih, lengkap dengan kerudung berwarna sama, Taka ngenalin gue ke istri Bang Bayu itu.
Gak heran juga kalo Bang Bayu sampe rela ninggalin Bang Akbar demi perempuan solehah begini.
Padahal nih ya, gue dulu sering banget ngiri ngeliat kompaknya Bang Akbar dan Bang Bayu kalo lagi berduaan. Tapi emang, sejak kepergian Bang Toya, mereka sering ribut. Sampai akhirnya mereka pisah dengan cara tidak baik-baik.
Belum lagi ke kagetan gue mereda, mendadak dari ambang pintu, muncul Bang Akbar dan Bang Rivaz.
Gue langsung ber-istigfar dalam hati!!! Gue elus-elus dada gue. Sambil komat kamit baca doa.
Baru dua juga minggu kerusuhan antara gue dan Tiki mereda. Kayaknya bakalan ada huru hara nih!!
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•