It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@nakashima
@DM_0607
@Adi_Suseno10 @abong @lulu_75
@4ndh0 @hendra_bastian @littlemark04
@arieat @bumbellbee @Adamx @Akhira @3ll0
@Asu12345 @Roynu
@chioazura @harya_kei @Bun @balaka
@PeterWilll
@nakashima
@DM_0607
@Adi_Suseno10 @abong @lulu_75
@4ndh0 @hendra_bastian @littlemark04
@arieat @bumbellbee @Adamx @Akhira @3ll0
@Asu12345 @Roynu
@chioazura @harya_kei @Bun @balaka
@PeterWilll
Daniel jd konflik barunya ya
Lanjuttt
CEMBURU, tidakkah itu terlalu menyakitkan untuk di derita seorang pecinta. Cemburu adalah musuh terbesar dari cinta hingga akan membuat si pecinta kalah tak bersisa. Tak ada yang akan mampu mengalahkan dahsyatnya rasa cemburu karena cemburu bisa membuat yang baik menjadi buruk jangan pernah remehkan perasaan yang bernama cemburu.
Tapi, bukankah semua hal selalu disertai dengan kata tapi? Cinta bukanlah lawan yang bisa dianggap mudah hingga walau cemburu itu ada jika cinta sudah memberi titah tentu si pecinta akan dengan senang hati menikmati sakitnya cemburu.
Cinta bisa dengan mudah mengobati luka tapi bagaimana jika cinta itu sendiri yang melukai tidakkah itu terdengar sangat kejam. Terluka oleh obat itu sendiri.
Jika aku jadi dia, aku akan pergi dari tempat ini. Jika aku jadi dia akan ku tampar mereka yang ada di depanku. Jika aku jadi dia , akan kukeluarkan sumpah serapahku tapi, akan selalu ada tapi kan. Tapi aku bukanlah dia, aku bukanlah penganut cinta diam-diam. Aku tak memiliki kesabaran sehebat dirinya. Aku tak sekuat ia melawan hatinya. Bukan, aku bukan dia.
“Kamu mau gak kalau nanti malam jalan bareng aku? Aku ada undangan ke pesta temanku dan itu harus berpasangan.” Suara gadis yang dulu sempat ku sukai kini terasa membuat telingaku panas. Bukan karena kata-kata itu ia ajukan padaku atau ia tujukan ke cowok yang ku benci tapi lebih karena ucapan manjanya itu membuat sahabatku tersakiti.
“Tentu saja, aku mau menemanimu. Kemanapun itu aku akan menemanimu.” Itu tentu saja bukan suaraku juga bukan suara sahabatku yang penuh derita tapi itu suara sahabatku yang telah buta dengan cinta hingga ia tak menyadari kalau cinta telah mempermainkannya.
Dengan nyata aku sangat tahu kalau gadis ini hanya memanfaatkan sahabatku untuk membuat orang yang di cintainya cemburu dan menyadari perasaannya yang pada nyatanya perasaan itu tidak ada. Bagaimana bisa mencintai dua orang dalam waktu yang bersamaan, kalau memang ada itu buknlah cinta tapi nafsu semata.
Aku kembali ingin beranjak buat pergi tapi lagi-lagi tangan Sandi menahan tanganku. Dia masih mau aku menemaninya menghadapi rasa sakitnya, dia masih ingin melihat kebahagiaan orang yang di cintainya yang walaupun bahagianya membuat ia sendiri tersakiti. Aku menghembuskan nafas lelah, seolah hatikulah yang di permainkan disini.
Yesa terus bergelayut di lengan Riki, membuat tanganku gatal untuk memisahkan mereka berdua tapi jika kulakukan itu maka aku akan mendapatkan tatapan aneh dari tiga orang ini jadi aku lebih memilih diam melihat kemesraan mereka.
“Cal, bisa bicara sebentar?” Aku menengok mendapati Nadia sudah berdiri di belakangku.
“Bicara saja.”
“Berdua saja,” Aku mulai muak dengan wanita-wanita ini, kenapa mereka selalu menyebalkan seperti ini. Entah itu mungkin karena aku telah memiliki seorang kekasih yang notabenenya bukanlah seorang wanita hingga aku mulai membenci tingkah wanita-wanita di sekelilingku.
Aku terus melangkah mengikuti Nadia yang sudah sampai lorong kelas dan dia berbalik menatapku dengan tatapan sendu. Kenapa lagi dengan wanita ini.
“Adikku menamparku.” Aku sedikit terkejut dengan ceritanya, aku memang tahu kalau cowok itu tak baik. Hanya saja apa kesalahan kakaknya hingga ia harus menamparnya.
“Kenapa?”
“Dia bilang aku murahan karena menciummu, padahal dia dulu juga pernah melihatku berciuman dengan mantanku di depan rumah dan dia hanya diam saja.Tapi kemaren kulihat dia sangat marah, adik ku aneh Cal.” Jadi hanya karena ciuman singkat itu. Memang aneh jika cowok bernama Daniel itu marah hanya karena hal itu, pasti ada alasan yang lebih logis.
“Mungkin karena dia menyayangi lu sampai dia over gitu ngejaga lu.” Jawabku menenangkannya.
“Tapi parahnya lagi, dia mau pindah ke sekolah ini agar bisa mengawasiku. Dia pikir aku anak kecil apa, aku kakaknya aku lebih dewasa darinya. Dia lama-lama mirip sama papa.” Nadia terdengar emosi dengan kata-katanya bahkan sekarang matanya sudah mulai berkaca-kaca.
“Bagaimanapun dia tetep adik lu.” Aku tidak tahu harus memberi masukan seperti apa, tapi aku juga agak aneh dengan Daniel itu apalagi jika mengingat tatapannya padaku. Nadia tiba-tiba memelukku dan dengan ragu aku mengelus punggungnya.
“Aku tidak suka dengan caranya,” Kali ini ia tersedu-sedu membuat aku juga kasihan padanya, pasti dia sangat tertekan.
Aku mendapati seklebat bayangannya yang langsung berlalu meninggalkanku. Aku langsung tersadar apa yang kulakukan. Kudorong tubuh Nadia dan berlari mengejarnya. Aku mencarinya keseluruh sekolah tapi tak kunjung menemukannya. Aku memegang kepalaku mulai frustasi dengan pencarianku. Aku tidak ingin ia salah faham, karena semua tak seperti yang ia lihat.
“Nyari siapa Cal?” Aku menoleh dan mendapati Bara sedang asik dengan setumpuk buku di tangannya.
“Nathan, lu lihat gak?” Tanyaku.
“Tadi sih gue ngelihat dia naik ke atap sekolah. Gue negur dia tapi kayaknya dia lagi kesal deh, sampai tak mau mengubris teguran gue.”
“Makasii Bar.” Tanpa basa-basi lagi aku berlari keatap sekolah menaiki tangga yang entah berapa tangga tanpa rasa lelah.
Kudapati dia sedang berdiri memandang entah kemana, memunggungiku. Rasanya langkahku berat karena aku tahu aku salah padanya. Jikapun aku menjadi dia aku akan melakukan hal yang sama bahkan mungkin lebih.
“Aku minta maaf,” Aku bisa mendengar suara nafasnya yang berat seolah beban baru saja di letakkan diatas pundaknya. Aku berdiri di belakangnya terus menatap punggungnya.
“Aku sudah tahu ini akan terjadi tapi,” Dia tak melanjutkan kata-katanya, menangiskah dia? Dengan cepat ku balik tubuhnya dan benar saja aku mendapati airmata sudah merembas dari mata hazelnya. Aku merasa menjadi orang paling jahat saat ini. Aku jahat karena telah melukai orang yang ku cintai.
“Yang kamu lihat tak seperti yang sebenarnya terjadi, Nadia sedang sedih dengan perlakuan adiknya dan dia memelukku. Aku hanya menenangkannya.” Ceritaku padanya dengan menggebu tapi kenapa airmata itu tak jua reda malah semakin mengalir bagai anak sungai. Aku terus mengusap pipinya menghentikan airmata itu yang sedang tak mungkin di hentikan.
“Jika aku juga jadi adiknya aku juga akan menamparnya karena mencium pria seperti pelacur,” Suaranya tersedu. Jadi dia mendengar semuanya. Aku memang Lucifer, aku menyakitinya lebih dari yang bisa dia terima.
“Ya tuhan, apa yang telah kulakukan?”Aku memeluknyan dengan erat, menyesali semua yang telah kulakukan. Jika saja ku beritahukan padanya pasti semua tak kan seperti ini. “Aku minta maaf, aku sungguh minta maaf. Aku tak berniat merahasiakan hal itu padamu. maafkan aku yang sialan.” Tubuhnya merosot terduduk membuat aku juga ikut duduk didepannya dan masih terus mendekapnya tak mau melepaskannya.
Cinta akan selalu memaafkan semuanya, kenapa aku jadi mulai menyukai kata-kata itu. Dia memang mencintaiku hanya aku saja yang tak tahu diri membuat ia sakit.
@nakashima
@DM_0607
@Adi_Suseno10 @abong @lulu_75
@4ndh0 @hendra_bastian @littlemark04
@arieat @bumbellbee @Adamx @Akhira @3ll0
@Asu12345 @Roynu
@chioazura @harya_kei @Bun @balaka
@PeterWilll @adiie
dasar Ical..ngapain dia malah balas pelukan Nadia...ya jelaslah Nathan cemburu..