It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
ical, nathan itu loh yang suka ma ical .
ical, nathan itu loh yang suka ma ical .
likke a korean drama
likke a korean drama
Sentuhannya masih membuatku sadar kalau ini memang dia, sahabat yang mencintaiku. Aku tersenyum membuat ia sedikit tersentak. Aku tahu ia masih menganggap kehadiranku ini adalah mimpi. Aku juga tak berniat cepat-cepat memberitahunya ini nyata, senyata perasaan yang akan kuutarakan padanya. Aku mencintainya entah sebagaimanapun logika ku menentangku tapi hatiku lebih egois saat ini.
Senyumnya membalas senyumku membuat hatiku berteriak gembira, Aku mencintai kakak kelasku, sahabat sejak kecilku dan tetangga kesayanganku. Aku tidak mau lagi munafik karena aku menginginkannya selalu ada didekatku. Aku mau ia selalu ada untukku, bukan sebagai kakak, sahabat, ataupun tetangga tapi melebihi dari itu semua, aku ingin dia menjadi separuh jiwaku.
Tanganku terus menelusuri wajahnya, sesekali ia memejamkan mata menikmati tanganku yang terus bergerilia di wajah tirusnya.
Kudekatkan wajahku kearahnya.
“Aku mencintaimu.” Suaranya memenuhi pendengaranku, Walau aku tahu dia memang mencintaiku tapi mendengar ia mengucapkanya membuat tubuhku merinding dalam artian cinta. Aku mengangguk menanggapinya.
Bibirku berhasil mendarat di bibirnya yang terasa hangat. Aku menyukai sensasinya, membuat aku ingin melakukannya lagi dan lagi. Dia memperdalam ciuman kami membuat aku bisa merasakan lidahnya yang mengintimidasiku.
“Ini bukan mimpi,” Aku bicara saat dia semakin bernafsu menciumku. Sontak kata-kataku langsung membuat ia menghentikan ciumannya dan sekarang malah hanya menatapku dengan mata hazelnya.
Dia bangun dari pembaringannya dan terus menatapku seolah meyakinkan dirinya, Aku coba untuk menyentuh dadanya agar dia merasakan betapa nyatanya sentuhanku di kulitnya. Dia menatap tanganku yang ada di dadanya dan menyadari kalau sekarang ia sedang tidak memakai bajunya. Di singkirkannya tangan ku dan langsung mengambil baju yang ada di samping tubuhnya, memakainya secepat mungkin.
Mungkin dia terkejut akan kehadiranku yang tiba-tiba.
“Rival,” Iya itu namaku seperti yang tertulis di dadanya, itu memang namaku. Aku mendekatinya dan memeluknya membuat ia hanya kaku. Tapi tak lama hingga ia kembali kealam sadarnya dan melepaskan ku dari pelukannya.
“Joi katakan lagi,”
“A-apa?”
“kamu mencintaiku,”
“Maksudmu?”
“Jangan pura-pura bodoh, aku tahu kamu mencintaiku karena aku juga mencintaimu tapi jika itu memang kenyataanya kalau bukan,,”
“Aku memang mencintaimu.” Ucapnya memotong kata-kataku. Aku tersenyum dan kembali memeluknya yang langsung ia balas. Aku bahagia dengannya.
“Jadi sejak kapan itu?” Tanyaku saat aku sudah melerai pelukan kami, Nathan bangun dari ranjangnya dan menghampiri meja yang ada di dekat jendelanya. Ternyata dia mengambil minuman. Dia berbalik lagi menatapku yang masih setia duduk di pinggir ranjangnya.
“Saat aku baru pindah kesini.” Jawabannya membuat aku tercengang jadi selama itu, kalau aku tidak salah itu lima belas tahun yang lalu. “Selama itu dan kamu tidak pernah menyadarinya, aku juga sih yang pengecut tak mau memberitahu mu.”
“Ya kamu pintar menyembunyikannya, saking pintarnya sampai aku mulai curiga minggu-minggu ini.” Aku menyindirnya.
“Aku sengaja melakukannya, agar kamu tahu. Hanya saja kamu lola banget, lama ngehnya.” Dia mengerling membuat aku mendambanya.
“Aku tidak pernah mengetahui cinta seperti itu jadi kamu juga harus ngerti donk yang buat aku lama ngertinya, kamu juga sich kenapa gak langsung bilang aja. pakai acara di simpan-simpan. Sok misterius.” Nathan kembali duduk di dekatku dan sekarang kami berdekatan.
“Aku bukan sok misterius tapi aku hanya tidak ingin menyakitimu dengan perasaanku.” Dia menatapku meyakinkan aku kalau dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya dan aku percaya dia memang sungguh-sungguh.
“Aku minta maaf tak cepat menyadarinya,” Aku merasakan bibir itu kembali melumat bibirku tapi sekarang lebih dalam dan lebih memabukan. Bahkan tubuh Nathan sudah mendorongku hingga tertidur di ranjangnya.
“Kita tidak akan melakukannya kan? “
“Apa?” Dia terlihat bingung dengan kata-kataku. Aku masih memejamkan mata tak bisa memandang mata Hazel itu.
“Aku pernah bermimpi melakukannya denganmu dan itu rasanya sakit sekali.” Menjengkelkan mendengar suara tawanya mengema diseluruh ruangan. Aku tahu dia mengerti maksud dari ucapanku hingga ia tertawa seperti orang gila di atas tubuhku. “Sudah puas tertawanya? kamu benar-benar menyebalkan.” Aku cemberut membuat ia menghentikan tawanya dan kembali menatapku dengan intens.
“Kamu ingin kita melakukannya?” Aku menelan ludahku dengan susah payah.
“Entahlah,” Setelah terdiam beberapa detik akhirnya hanya itu yang bisa kujawab untuknya.
“Jangan pikirkan itu, aku tidak pernah berpikir akan melakukan Sex denganmu apalagi sampai menyakitimu seperti mimpimu karena aku mau saja menjadi botnya kalau kita memang akan melakukannya suatu hari nanti.”
“Bot?” baru pertama kali ini aku mendengar kata-kata semacam itu, aku melihat Nathan hanya tersenyum.
“Intinya kita tidak usah pikirkan hal itu dulu karena kita masih terlalu labil untuk melakukannya.”
“ Bagaimana kalau aku menginginkanya?”
“Walaupun sakit?”
“Baiklah itu kita pikirkan nanti saja.” Nathan kembali memperdengarkan suara tawa yang membuat ku sebal tapi tak lama karena dia langsung mencium pipiku yang ku yakinkan membuat wajahku bersemu merah.
“Kita pacaran?”
“Jika kamu menginginkannya Joi” Aku mendesah karena Nathan mencium leherku.
“Aku menginginkannya selalu ingin.”
***
Bangsat harus panas-panasan lagi gara-gara terlambat, ingin saja ku kutuk jam wekerku karena diam disaat harus berdering. Benar-benar menjengkelkan. Aku melihat sekeliling dan mendapati anak-anak tengah menatapku dengan tatapan mengejek dan sebagainya.
“Minum.” Aku menengok dan mendapati Nathan sedang menawariku minuman isotonic itu. Aku mengambilnya dan langsung meneguk isinya.
“Aku benci mereka semua.” ucapku menatap anak-anak yang masih menatap kearahku. Nathan hanya tersenyum dengan tangan yang ia masukkan ke saku celanaya membuat ia terlihat keren di mataku. Aku mulai mendambanya lagi, jika saja aku sedang berdua dengannya ingin saja ku tarik dia kedalam pelukanku.
“Jangan menatapku seperti itu, tatapanmu membuat mata kepo kearah kita. Aku tahu kamu memang menginginkanku tapi jangan disini.” Aku menonjok lengannya membuat dia meringis . Aku tersenyum kearahnya.
“Aku ingin menciummu, bolehkah?” Aku ingin menggodanya.
“Kamu gila, di sini banyak orang.”
“Ayolah.” Kumajukan bibirku untuk menciumnya tapi dia mendorong tubuhku hingga kita main kejar-kejaran. Cinta itu memang indah.
“Ical,” Suara itu menghentikan aksi kejar-kejaran kami. Aku memandangnya dan mendapati cewek dengan senyum manis sedang berdiri didekatku.
“Ya?”
“Nadia hari ini tidak masuk dan dia menyuruhku untuk menitipkan barangnya padamu. Kamu harus mengantarkannya nanti sore. Dia meminta tolong.” Aku mengmbil plastic itu dari tangan temannya Nadia.
“Ya udah aku pergi dulu.” Aku hanya mengangguk. Kenapa harus aku yang dia mintai tolong. Bukankah masih ada Nathan pacarnya. Mengingat Nadia membuat sebersit rasa cemburu dihatiku.
“Kenapa aku yang dia suruh mengantar?” Tanyaku pada Nathan yang sudah berdiri di depanku.
“Dia tidak mungkin menyuruhku karena kami sudah putus.” Jawabnya enteng.
“Apa? kapan kalian putus?”
“Kemaren sebelum kamu datang kekamarku.” Ucapnya kembali meneguk minuman yang dia pegang. aku menatapnya yang seolah tanpa beban setelah putus dari kekasihnya.
“kenapa?”
“Kamu lebih tahu alasannya,” Ya, akulah alasannya. Aku hanya menatap Nathan tanpa bersuara apa-apa lagi. jadi Nadia hanyalah pelarian Nathan, mungkin cewek itu sedang sakit sekarang.
“Aku biarkan kamu kesana tapi jangan melakukan hal yang akan menyakitiku, kamu mengerti maksudku kan? Aku tidak mau cinta itu kembali tumbuh di hatimu. Kamu mencintaiku kan?” Ada nada takut disuara Nathan.
“Aku mencintaimu sekarang, tidak ada yang lain.” Aku meyakinnya tak ingin ia meragukan perasaanku karena sekarang aku milikknya dan begitupun sebaliknya.
***
@nakashima
@DM_0607
@Adi_Suseno10 @abong @lulu_75
@4ndh0 @hendra_bastian @littlemark04
@arieat @bumbellbee @Adamx @Akhira @3ll0
@Asu12345 @Roynu
@chioazura @harya_kei @Bun @balaka