Mika

arieat

oooooo...

arieat

oooooo...

3ll0

Beda dari cerita yang aku baca selama ini.
Keep mention ya.

3ll0

Beda dari cerita yang aku baca selama ini.
Keep mention ya.

keposeliro

And the journey on earth begins
Seru-seru, lanjut bro!

keposeliro

And the journey on earth begins
Seru-seru, lanjut bro!

SenyawaDiorama

Part II

Hampir sejam kami duduk di sini. Gak ada suara. Cuma sruput-sruput ga jelas suara es teh disedot. Hampir aja aku pesan satu gelas lagi ketika Ratih akhirnya buka omongan.

“Kalau kamu bosan kenapa gak ngomong aja sih!” teriaknya sambil gebrak meja. Buset nih anak. Untung es tehku udah tinggal gula doang kalau ga rugi tumpah deh.

Tapi aku cuma diam. Ratih ini emang imut. Senyum dikit Hittler juga pasti geregetan. Tapi kalau lagi ngambeg gak jelas kayak gini mending diam daripada....aduh ga brani bayangin dah.

“Kenapa kamu kok Cuma diam?” Muka Ratih makin merah. Tuh kan...gini ini kalau urusan sama cewek. Diem salah ngomong juga entar pasti salah juga.

“Aku.....”

“Kalau emang kamu udah bosan sama aku mending kamu ngomong deh. Males aku kalau didiemin kayak gini terus. Aku pulang aja!” potong Ratih seketika langsung ambil tas....cabut. Aku cuma bengong sambil mulut masih nganga.

Yah gini ini deh Ratih. Ini sebenarnya yang bikin males jalan sama dia. Serba salah. Lagi sibuk dibilang ga perhatian. Sekalinya perhatian dibilang lebay. Jalan sama temen dibilang ceweknya dianggurin. Bunuh aku....bunuh aku!!!!!!

Aku juga udah lupa-lupa inget gimana sih awalnya kok ya bisa ketemu trus jalan bareng gitu. Aneh plus ajaib emang hubungan kami. Tapi ya sudahlah. Nasi udah kadung digoreng ga sempet lagi pesen capcay, nikmatin aja.

Triit Triit. Sorry itu maksudnya bunyi ringtone hape. Berhubung bawaan masih hape jadul jadi ya ringtone polyphonic dah brasa mewah. Masih untung ga dapet yang monophonic.

“Woy sido melu basket ora?” Suara begini sih ga perlu liat hape buat tau siapa yang nelpon juga pasti bisa ketebak. Ini pasti Joko, temen sekelas yang barusan diangkat jadi manajer tim basket sekolah. Diangkat jadi manajer supaya ga ikutan masuk tim, babak belur maennya....ga bisa bedain basket sama sepakbola.

“Yo yo...sek dilut.” Jawabku menyuruhnya menunggu.
“Ndang budhal ojo ngojob (mbojo – pacaran) ae!” balasnya ketus sambil langsung menutup telepon. Dasar fakir pulsa.

Aku berdiri tak lupa menyuruput sedotan air es teh terakhir sebelum kemudian beregas menuju kasir. Sepuluh ribu rupiah melayang cuma buat dinyinyirin cewek. Tepok jidat.

Segera aku berjalan dari kantin sekolah yang ada di sudut sekolah menuju ke lapangan basket yang berada di sudut lainnya. Pukul tiga sore memang jadwal latihan tim basket kami. Ralat.....jadwal nongkrong tim basket kami. Karena toh kami tak pernah benar-benar latihan. Cuma ngumpul bareng sambil pamer-pamer otot dikit, pegang-pegang bola, itu udah cukup bikin temen-temen cewek kagum. Next effect? Popular. Titik.

“Ayo jess. Suwi koen!” Joko...seperti biasa langsung ngabsen semua anggota tim. Tapi yang penting cuma absen ini aja sih biar kolom ekskul di rapor ada nilainya.

Aku menyapa semua anggota yang lebih dulu hadir. Surya....hmm ya kalau yang ini memang aku curiga emaknya dulu pas mau nglahirin nih anak emang ngidam bola kali yah...kapten tim, ga ada urusan lain kecuali basket. Prinsipnya jangan sampe ngorbanin maen basket Cuma gara-gara belajar. Nah loh.

Rendy......yang jelas ini yang paling tinggi. Hal lain ga penting-penting amat yang jelas dia paling tinggi. Kemudian Arif, adek kelas yang emang jago basket sih. Dia masih kelas 1. Baru aja gabung tim sebulanan ini. Sakti....hmm lebih tepat Mas Sakti karena kebalikan Arif, klo Mas Sakti ini malah senior. Dia udah kelas tiga dan satu-satunya anak kelas tiga yang masih join klub basket. Anak kelas 3 yang lain udah pada stress ngadepin ujian tapi kalau yang satu ini....anggap aja dedikasi pada dunia basket. Kemudian Joko.....Joko itu.......yah pokoknya Joko lah. Males juga bahas Joko.

Sedangkan aku sendiri? Namaku Dimas. Kelas 2-D. sekelas sama Joko. Bukan karena mau sombong tapi emang rada congkak sih....tapi aku yang menurut temen-temen paling ganteng. Aku sendiri ga nganggep ganteng, tapi sekedar punya modal lebih dari cukup buat jadi playboy. Tiga semester rangking satu di kelas (tanpa nyogok guru apalagi nyogok kepala sekolah), plus selalu masuk top five rangking kelas paralel. Kalau kupikir-pikir emang terdengar sombong sih. Tapi apa adanya kok. Intinya otak Zuckenberg, tampang model, body Kobe Bryant. Mangstab kan. Dah cukup soal aku. Bahas yang lain sekarang.

“Yang lain mana?” tanyaku setelah melihat lebih dari separuh anggota klub basket belum hadir.

“Biasa ngaret.” Jawab Rendy. Sambil main kartu sama Arif dan Mas Sakti. Surya kuhitung sudah 15 kali bolak balik lapangan basket sambil sok-sok lay up. Joko masih sibuk nelponin anggota lainnya.

Baru saja aku mau ikutan main kartu ketika Joko dengan muka kesal menutup telpon dan memastikan anggota lainnya tidak bisa datang.

“Wes batal ae rek!” kata Joko ketus. Sudah begitu dia langsung ambil tas dan berjalan pulang meninggalkan kami. Aku celingukan saling berpandangan dengan Arif dan Mas Sakti.

“Yo opo iki?” tanyaku pada mereka.

Surya berjalan mendekat. Badannya udah berkilat penuh keringat. “Yo wes mulih ae. Akeh PR aku.” Katanya sambil menggendong tas sekolahnya. “Balik sek yo.” Surya mengangkat tangannya memberi salam dan berjalan keluar sekolah.

Dengan sendirinya kami merapikan kartu dan membubarkan diri berjalan pulang menuju rumah masing-masing. Hal biasa memang tiap latihan sering batal karena anggota yang lain tidak bisa hadir. Aku sih fine-fine aja. Biasanya kalau sudah gitu kami nongkrong di kafe...eh warung tempat anak-anak nongkrong sepulang sekolah. Tapi kali ini banyak tugas sekolah yang harus kami kerjakan. Aku sendiri punya PR setumpuk yang belum kuapa-apain.

Rumahku tidak terlalu jauh dari sekolah. Tapi masih perlu naik angkot – kami biasa menyebutnya mikrolet – karena masih terasa terlalu jauh kalau jalan kaki ke rumah. Biasanya aku berjalan bersama dengan Ratih sepulang sekolah. Menemaninya sampai mikrolet menuju rumahnya datang baru kemudian ganti aku naik mikrolet yang menuju rumahku. Sehari-harinya kegiatanku tidak jauh-jauh dari itu. Sekolah, pulang, pacaran, main basket, nongkrong....yah itu-itu aja.

Tinggal di Kota Malang sebenarnya menyenangkan. Akhir-akhir ini banyak perubahan yang terjadi di kota ini. Kalau dulu waktu aku masih kecil, kota ini tidak seberapa ramai, tapi sekarang sejauh mata memandang Cuma ada mall, macet, dan panas. Buat aku sih ga masalah. Malah seneng. Kemana lagi aku mau jalan-jalan kalau gak ke mall. Makin banyak mall makin banyak acara jalan-jalan. Hehe.

“.............tidak...itu tidak terjadi. Sangat sulit melacak fenomena bertahun-tahun yang lalu.” Suara televisi terdengar kencang bahkan saat aku belum masuk ke dalam rumah. Mama pasti sedang di dapur. Mama biasa menyalakan TV kencang-kencang kalau sedang masak.

“Ma....” panggilku ketika membuka pintu rumah.

Mama melongok sedikit dari dalam dapur. “Lho wes pulang? Tumben.”

Aku meletakkan tas sekolahku di sofa depan dan berjalan menuju kulkas. Ahhh hauss. Segelas cola enak kayaknya.

“Kita tidak dapat menyebut tahun 2007 sebagai sebuah kemajuan teknologi biasa. Saya cenderung melihatnya sebagai lompatan teknologi. Itu menjadi landasan...atau...atau pijakan teknologi selanjutnya. Saat ini sudah mulai dinamikanya sudah terukur. Tidak seperti dulu.” pria paruh baya beruban itu masih ramai dikerubuti wartawan di televisi. Lho....ini bukannya dosen papa dulu?

“Ma! Itu bukannya.....” teriakku.

Mama keluar dari dapur dan meletakkan sepiring cake di meja sebelah sofa tempatku duduk. “Iya itu Pak Johan yang waktu itu. Dosennya papa waktu di Amerika dulu.”

“Sangar.....dapat penghargaan internasional?” kataku terkagum. Papa pernah mengajakku makan malam bersama Pak Johan ini dulu waktu Papa nyelesein studi akhir S2nya di Amerika. Pak Johan ini dosen Papa di Amerika. Ujuk-ujuk ternyata wong Malang juga.

“Lho kenapa emang kalau dapat penghargaan. Wong Pak Johan kan bukan kayak papamu. Kalau papamu yang dapat penghargaan baru kaget toh.” Senyum Mama langsung balik lagi ke dapur.

Aku menganti Channel TV ke saluran Film. Kupencet-pencet terus remote TV. Walah gak ada yang menarik filmnya. Kubiarkan TV menyala dan aku beranjak ke kamarku di lantai 2.

PR ku sudah menumpuk. Akhir-akhir ini malas rasanya mau ngerjain PR. Tapi besok 3 dari total 5 tugas harus dikumpulkan. Adududududuh. Bakal tidur malam aku hari ini. Aku duduk sejenak di depan meja belajarku yang tepat mengarah ke jendela. Aku memandang keluar. Satu....dua...tiga mobil berseliweran membuatku melamun jauh.

***

SenyawaDiorama

update @adacerita @andi_andee @nakashima @gravitation @majesty @Pleiades @senjahari @arieat @keposeliro @Adiie @3ll0 @Hon3y @Rikadza @am_rz @haha5 @rasdidin @q_noy @Tsunami @MALAMBIRU @balaka @Tsu_no_YanYan @jamesfernand084 @lulu_75 @Asu12345

lulu_75

apa nanti Dimas ketemu Mika ya ...

lulu_75

apa nanti Dimas ketemu Mika ya ...

SenyawaDiorama

pastinya....tapi seperti apa pertemuan dan jalan ceritanya ntar dulu yaaa @lulu_75

lulu_75

oke ...

3ll0

Arek Malang toh.

nakashima

@SenyawaDiorama arghhhhhhhh kakakkk cetarrrrrr ternyata orang malang?????????/ aku juga maalng lhoooooooooooooooo.., km malang mna??????// cetarrrrrr critanya....., kapn lnjut" keep mention ya? klo bisa bahasa jawanya di translate juga ke bahasa indonesia...takutnya pada gak ngrti artinya.. hehheeh )

SenyawaDiorama

@3ll0 @nakashima malang kota asalnya. tp tgl d jkt. hehe capek buat translatenya.....ntar dcoba yahhh