It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
sweeet.
klo gw jd abi udah galau kali ama gio.
up
up
@3ll0 @Tsu_no_YanYan @balaka @JimaeVian_Fujo @lulu_75 @harya_kei @Cute_inuyasha @pyromaniac_pcy @Bun @meandmyself @Toraa @Zeva_21 @Pradipta24 @Asu123456 @akina_kenji @littlemark04
Maaf jika ada typo
That Night
Gio merasakan napas Abi di lehernya, mengirimkan panas yang membuat gairahnya membuncah. Bibirnya tak henti mengecup pelipis dan pipi Abi. Ciuman sensual itu berganti ke bibir, lalu ke garis rahang hingga ke leher. Rasa asin dari keringat karena udara panas terasa di lidahnya ketika ia menggigit leher Abi hingga pemuda yang tertindih di bawah tubuhnya mengerang dan mencengkeram rambut Gio.
Ia tidak tahu bagaimana awalnya hingga ia dan Abi bertindihan di sofa tanpa atasan dan tubuh yang lengket akibat keringat. Yang ia ingat, Abi tiba-tiba saja datang sore itu dan mencium bibirnya dengan ganas. Gio awalnya mencoba untuk menahan diri, namun ketika Abi menciumi lehernya dan mendesahkan namanya, garis batasnya terhapus begitu saja. Ia jelas tak bisa menahan diri lagi dengan cumbuan Abi di leher dan bibirnya, dan segala desahan yang mengalun di telinganya.
“Abi…” Gio mendesahkan pelan nama Abi lalu menggigit ujung telinga pemuda itu hingga Abi mengerang keras.
Tangan Abi mengelus punggung kokoh Gio ketika pemuda bersurai panjang itu kembali melumat bibirnya, saling mengecap rasa dan memuaskan dahaga seolah haus telah mengeringkan mulut mereka. Sementara tangan Gio telah berada di paha polos Abi, mencengkeram erat paha pemuda itu dan Abi kembali mengerang dalam ciuman.
“Damn it..!” Suara Gio menjadi parau, berat dan terdengar seksi. “…kau seksi.”
Dan Abi merona, membuat Gio tak tahan lagi untuk mencumbu Abi lebih. Ia menggigit bahu Abi dan mengecapnya, menciptakan titik merah di sana. Kedua tangan Gio kini bergerak ke tubuh pemuda itu, mengelus punggung dan berakhir di pantat empuk Abi. Ia meremas keduanya dengan kasar yang membuat Abi kembali mengerang, dan Gio kembali menciumnya.
Ia suka mendengar erangan seksi itu di telinganya. Ia suka dengan wajah merona itu di matanya. Ia suka dengan kulit yang terasa lengket akibat keringat di telapak tangannya.
“Erga…”
Gio tersentak. Gerakannya terhenti, seluruh tubuhnya. Keningnya membentuk lipatan dan kedua matanya menatap Abi lekat. Pemuda mungil itu menatap dengan kedua kabut nafsu di mata. Melihat tak ada pergerakan Gio, Abi meraih tengkuk Gio dengan kedua tangannya, memeluknya dan mencium bibir Gio. Dan sekali lagi nama itu meluncur di antara sela ciuman panas mereka. “Erga…”
Gio menarik wajahnya dengan cepat mendorong bahu Abi dan menahan kedua tangan pemuda itu yang hendak kembali memeluknya. “Abi?”
“Ya, Erga?”
Ia merasakan dada dan perutnya seperti dipukul dengan hebat. Gio menatap lekat Abi. Napasnya berderu cepat. “Abi, aku…”
Abi tersentak, kabut nafsu di matanya menghilang berganti murka dan—
PLAK!
Gio terbangun, mengerjap pelan. Napasnya memburu dan merasakan tubuhnya lengket oleh keringat. Sambil mengelus peluh di kening, ia mengumpat. Tidak tahu harus menganggap mimpi itu indah atau buruk. Perutnya berdesir ketika mengingat mimpi itu. Ekspresi Abi, sentuhan dan erangan itu membuat perutnya bergelora lebih hebat.
“Damn!”
Ia berguling ke samping, memeluk guling dan memejamkan mata. Bukannya menghilang, tapi bayangan mimpi itu kembali melintas dan nama Erga yang meluncur dari bibir Abi kini menyerang dadanya. Terasa ngilu dan menyebalkan. Cara Abi menyebut nama itu benar-benar menghantuinya. Meski dalam mimpi, Gio tidak menyangkal jika ia merasa kesal. Dan ia berteriak dengan keras.
Gio bangkit, meraih ponsel di nakas dan segera menghubungi Abi. Tapi sampai panggilan ketiga, Abi tak menjawab. Ia melirik jam yang menunjukkan angka dua. Pantas saja, Abi tentu saja sudah tertidur, bermimpi indah. Memimpikan Erga, mungkin. Membayangkannya membuat Gio semakin kesal. Tanpa peduli, ia kembali menghubungi Abi, berkali-kali.
“Halo?” Suara berat dan serak yang terdengar di seberang menandakan Abi barus aja terbangun.
“Abi?”
“Gio, ada apa?”
Gio berbaring, menatap langit-langit kamar. Ia merasa sedikit lega dengan suara Abi yang menyebut namanya. “Kau sudah tidur?”
“Hmm.”
“Mimpiin apa?”
“Hmmm…” Gumaman panjang Abi membuat Gio yakin, Abi masih setengah sadar. “…gak tau.”
“Begitu… tadi lagi mikirin apa?”
“Gio, aku tadi tidur. Bukan mikir.” Gio tertawa. Dari nada suara Abi yang tajam, ia yakin kini pemuda itu sepenuhnya sadar. ”Kamu kenapa sih?”
“Gak kenapa-kenapa kok.”
”Gak bisa tidur ya?”
“Hm… sedikit.” Bukannya gak bisa, hanya saja Gio enggan untuk kembali tidur. Oke, mungkin memimpikan menguasai Abi di bawah tindihannya adalah mimpi terindah yang ia dapatkan. Tapi mimpi itu menjadi menakutkan ketika Abi menyebut nama masa lalunya.
”Kalau gitu kutemani deh.”
Gio tersenyum. “Bi…”
“Hmm?”
“Panggil namaku, dong.”
“Hah? Buat apa?”
“Panggil aja. Please.”
“Hmm… Gio.”
“Suaramu direndahin dong.”
“Gio…”
“Lebih rendah lagi, serak-serakin gitu.”
“Gio…”
“Coba deh sambil mengerang.”
“err… Ehmm… Gio…”
Shit! Shit! Shit! Benar-benar seperti yang ada di dalam mimpinya. Ia bisa merasakan perutnya kembali bergolak, bergairah.
”Ada apa sih?”
“Sebutin namaku lagi dong, kayak tadi ya.” Sialnya, ia ketagihan ingin mendengarnya lagi dan lagi.
gio jadi parno karena mimpinya...dan kenapa masih ttm an aja ya...
Lanjut lagi @JNong
iya. kenapa masih ttm-an sih mereka? gio ayo tembak dooong.
gio meminta abi terus memanggil namanya sambil mendesah,berkali2 abi memanggil nama gio,hingga terdengar gio mengerang panjang. lalu gio berkata "makasih yah". abi bingung,makasih karna apa?. ternyata gio nelpon abi smbil fapfap ampe cr*t.
(dalam bayangan q begitu)wkwkwk
hadeeehhh...tambah mesum nih Gionya...