It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
secara keseluruhan ane suka ini cerita.... tapi kok kyk sinetron ya ane baca. soal nya komplik nya itu seputar mereka aja. trus ane liat puncak komplik nya terlalu awal sih menurut ane. jadi puncak klimaks kurang dikit aje. tapi keseluruhan bagus kok ceritanya. penasaran aja gimana ntar si pemeran utama nyelesain maslah nya. lanjut aj deh... tunggu chapter selanjutnya..... (y)
@Asu123456 belum kok..
`datang ke apartementnya kalau kamu masih peduli padanya.`
Aku terpaku menatap layar ponselku, semakin aku ingin mengartikan sebaliknya maka semakin arti yang sebenarnyalah yang muncul dan aku benci dengan situasi seperti ini. Apa yang akan di lakukan Arya pada pria yang ku cintai tersebut. Aku sungguh tidak bisa memaafkan diriku kalau sampai sesuatu yang buruk terjadi padanya.
“Ben, bisa kita lebih cepat!” Aku berteriak kearah Ben yang memang kutahu sedang berusaha keras untuk b isa sampai ke apartement Rion secepat yang ia bisa. Hanya saja kekalutanku tak bisa begitu saja di bending.
Aku terus menatap jalan raya berharap bisa menemukannya dengan selamat, jangan sampai Arya berbuat nekad padanya. Mengingat bagaimana Arya kemarintentu saja ku akan dengan sangat lantang mengakui kalau dia bisa saja berbuat sesuatu yang tak bisa ku bayangkan.
“Balas pesannya dan katakan kalau kamu sebentar lagi sampai!” Ben juga terdengar gusar, aku masih di kantor Ben saat mendapat pesan sialan dari Arya tersebut.
“Sudah, tapi gak di balas dan pas aku telpon hpnya juga mati. Rion juga tidak menjawab panggilanku. Aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk padanya Ben, aku mencintainya.” Nada sedih mulai terdengar di suaraku dan Ben sempat menatapku sekilas lalu kembali focus ke jalan.
“Semua akan baik-baik saja.” Ben menggenggam tanganku berusaha menghiburku yang sama sekali tak mengurangi rasa khawatirku.
Kami sampai, aku langsung membuka pintu mobil dan dengan cepat berlari. Melewati lobi dengan tatapan aneh dari orang-orang yang melihatku. Aku sampai di depan lift dan langsung masuk saat ruang lift kosong. Aku menggigit kuku jariku menandakan kalau gelisah sedang melandaku.
Langkah terus ku pacu saat aku keluar dari lift dan membuka pintu apartementnya dengan kasar, Kosong, itu yang kudapat dan berantakan. Ada bekas orang bergulat di sini dan tentu saja bergulat dalam artian saling hajar.
Hatiku berdetak seolah bom waktu sedang di taruh di dadaku. Aku mendadak merasakan kematian sedang mengincarku. Kakiku dingin dana kan ambruk sebentar lagi.
“Kamu tidak menemukan mereka?” Suara Ben jelas terdengar di telingaku, aku menatapnya gusar dengan airmata yang coba ku tahan.
“Sebaiknya kita mencarinya!” Ben menarik tangannya dan dapat kurasakan hawa dingin menelusup di tubuhku.
Kami berlari kesana-kemari seperti orang gila tapi bayangan Rion tak juga ku temukan. Apa yang harus kulakukan? Bagaimana caranya menemukan pria yang mengisi separuh jiwaku itu. Frustasi menghampiriku, semoga tidak terjadi hal buruk padanya.
Kami kembali ke lobi dan hendak pergi dari apartement itu untuk melapor ke polisi. Sepertinya itu ide yang cukup menarik untuk saat ini.
“Win, Lihat!” Teriakan Ben membuat beberapa pasang mata mendongak ke atas dan di sanalah dia, Rion sedang bergantung di pagar pembatas. Arya di sana tersenyum menang mendapati kalau sebentar lagi malaikat maut akan menjemput kekasihku tersayang dan aku tak akan rela hal itu terjadi. Dengan cepat aku berlari, walau jatuh aku bangun dan kembali berlari tanpa lelah.
***
Aku sampai di atas dan sedikit kaget karena mendapati Zion juga ada di sana, tapi dia juga sama tak bisa berbuat apa-apa karena Arya berdiri di dekat Rion dan dengan mudah bisa menjatuhkan Rion.
“Kamu datang sweetheart?” Aku terengah-engah mencoba mengatur nafas yang tercerai berai. Rasanya seperti di himpit sesuatu di dadaku. Aku menatap tajam kearah Arya, seolah tatapanku dapat membunuhnya saat ini juga.
“Apa--apa yang kamu lakukan hah?” Aku berucap masih dengan nada kelelahan. Arya menyeringai, sedangkan Zion hanya menatap ke arah kakaknya yang sedang menggantung dan bisa jatuh kapan saja. Gila, beginikah rasa sakitnya saat kita melihat orang yang paling berharga dalam hidup kita sedang ada di posisi antara hidup dan mati.
“Mencoba memperlihatkan padamu kalau akulah yang lebih pantas mendapatkan dirimu daripada cowok yang sebentar lagi akan menemui ajalnya ini.” Senyum memuakan muncul di mulutnya membuat aku hanya bisa menatap dengan garang. Aku sungguh ingin membunuh laki-laki itu sekarang juga. Sepertinya dia memang sudah gila karena dengan kejamnya dia menginjak tangan Rion yang sedang berpegangan di pinggir bangunan. Aku mendengar suara teriakan Rion yang kesakitan tapi Arya sialan itu malah tersenyum picik.
“Jangan buat yang aneh-aneh Arya, kamu bisa masuk penjara karena ini!” Aku berteriak mencoba mengancam tapi dia malah tertawa seolah apa yang ku katakan adalah lelucon untuknya, aku menggeram kesal.
“Ancamanmu tidak mempan untukku sweetheart. Aku milikmu dan kamu milikku jadi lelaki sialan ini harus di enyahkan dari hidup kita” Aku hanya mampu melongo mendengar ucapan gilanya, Ben juga hanya diam saja mematung di dekatku. Kami tak bisa berbuat apa-apa.
“Dia mabuk” Aku menatap Zion yang berdiri tak terlalu jauh di tempatku dan kulihat ia juga sama khawatirnya dengan kami. Bagimana perasaan Zion sekarang mengingat dia begitu mencintai Arya sedangkan orang yang dia cinta mencoba membunuh kakaknya.
“Apa yang kamu inginkan sebenarnya?” Aku bertanya dingin dan mulai melangkah sedikit demi sedikit. Ku harap Arya tak menyadarinya melihat arah tatapnya fokus di dua tempat yang berbeda.
“Hanya butuh pengakuan dari kekasihmu tersayang kalau dia menyerah untuk memilikimu.” Arya menatap Rion dengan tatapan culas. Entah bagaimana nasib Rion di sana.
“Itu tak akan pernah terjadi, Dia hanya milikku dan kamulah parasit dalam hubungan kami, AaChh…” Teriakan Rion membuatku menutup mulut dengan kedua tanganku. Sungguh aku tak sanggup melihat dia lebih sakit lagi dari yang bisa dia dapatkan.
“Berhenti pura-pura kuat, kamu sangat menjijikkan.” Rasanya ingin ku sumpal mulut Arya saat ini juga.
“Arya!” Arya menatap kearahku dengan sunggingan senyum memuakkan.
“Bisa kita rundingkan ini dan tolong bantu Rion naik?” Mencoba bernegosiasi adalah satu-satunya jalan yang kini terlintas dalam otakku.
“Menaikannya dan membuat kalian bersama lagi? Wah idemu untuk membodohiku sangat keren. Aku patut mengacungkan jempol untuk kekasih pintarku. Jadi cara apalagi yang kau punya untuk membodohi orang yang mencintaimu ini?” Aku berdecak kesal.
Entah dorongan apa yang membuatku semakin mendekat kearahnya tapi aneh Arya membiarkanku begitu saja bahkan jarak kami saat ini cukup di bilang begitu dekat.
“Arya, kamu tidak sadar hal bodoh yang kamu lakukan sekarang?” Suara itu keluar dari mulut Zion membuat aku menghentikan langkahku. Aku tetap menatap kearah tangan Rion walau pendengaranku menunggu Zion melanjutkan ucapannya. “Jika kamu sungguh mencintai Erwin seharusnya kamu melawan kakakku dengan cara yang membanggakan bukan malah seperti sekarang, kamu sungguh terlihat menyedihkan di mataku.” Aku tidak tahu bagaimana ekspresi Zion tapi aku menemukan kesungguhan di suaranya, dia tidak mengada-ada saat mengatakan itu. Jadi seperti apa perasaan Zion yang sesungguhny pada Arya.
“Sebaiknya kamu tutup mulut karena aku tidak butuh komentar busukmu!” Nada mematikan keluar dari mulut Arya, apa yang telah kulewatkan di antara mereka? Kenapa mereka bisa saling melempar ucapan kasar seperti itu?
“Hahaha, manusia sepertimu menyuruhku tutup mulut?” Nada tak percaya yang di buat-buat oleh Zion semakin membuat aku tak sabar untuk mengetahui seperti apa hubungan yang telah terjadi antara mereka.
“Kamu sungguh menantangku?”
“Sekarang Win!” Aku gelagapan tak mengerti maksud Zion tapi dengan sigap ku tendang selakangan Arya yang memang cukup dekat dengan arah tendanganku. Arya mengaduh dan dengan cepat Ben dan Zion membekuk Arya yang entah kenapa membuatku malah kasihan dengannya. Dia seperti sekarang karena ulahku.
Aku menarik tangan Rion yang terlihat berdarah di buku-buku jarinya, wajahnya juga memerah sungguh mengenaskan. Rion duduk di dekatku dengan nafas terengah-engah. Ku tatap dia dan entah kenapa semua jadi terlihat lucu hingga membuat senyum di bibirku mengembang.
“Kenapa tersenyum?” Rion bertanya dengan raut bingung dan juga geli dalam waktu yang bersamaan. Aku menatap kearah Ben dan Zion yang sudah membuat Arya berdiri dan siap membawa Arya ke pihak yang berwajib karena semua orang sudah menyaksikan semuanya dan kami tidak mungkin untuk melindunginya.
“Mencintaimu” Hanya kata itu dan Rion membungkam bibirku dengan bibirnya, membuat aku tak bisa bernafas dengan biasa.
“Hei bisakah kalian lakukan itu di tempat lain, kalian benar-benar..” Aku dan Rion hanya tertawa mendengar omelan Zion sedangkan Ben hanya bisa geleng-geleng. Kulihat Arya juga pingsan.
***
Aku mencintai pemuda yang sekarang tidur di dekatku, aku mencintai pemuda yang sekarang sedang menatapku, aku mencintai pemuda yang sekarang tersenyum padaku, aku ,mencintai pemuda yang sekarang sedang meraba wajahku.
“Sebaiknya kita tidak kemana-mana Hari ini karena aku sangat capek sungguh.” Rion berucap masih asik menyusuri wajahku membuat aku hanya bisa memejamkan mata menikmati sentuhannya.
“Aku juga sedang ingin terus menerus bersamamu sekarang.” Balasku dengan nada manja yang membuatku terkesan mendesah, rasanya bahaya itu telah lenyap dari kami walau aku juga cukup tak tega dengan nasib Arya. Andai dari awal aku tak mendekatinya tentu sekarang ceritanya akan berbeda.
Keberengsekanku membuat aku belajar segala hal, Zion pergi ke luar negeri dengan alasan ingin berlibur tapi menurutku dia hanya sedang mencoba menenangkan hatinya. Aku tidak pernah tahu seperti apa perasaannya Zion pada Arya atau seberapa kuat Arya mampu membuatnya hancur tapi aku hanya berharap dia bisa cepat melupakan Arya dan mendapat pengganti yang lebih baik lagi dari Arya.
“Melamun?” Aku mengerjap mendengar suara Rion dan detik itu juga senyumku terkembang.
“Peluk aku?” Pintaku yang langsung membuat Rion mendekatkan tubuhnya ke tubuhku dan rasa hangat itu menjalar dengan nyata di tubuhku.
“Apapun yang terjadi kamu tetap milikku” Aku tersenyum di dekapan Rion mengetahui kalau ucapan itu jujur adanya.
Entah masalah seperti apa lagi yang akan kami hadapi ke depannya, hanya saja aku mampu meyakinkan pada diriku dan dunia kalau hanya akan ada satu pria yang bertahta di hatiku. Dialah Rion Arlan Andikha. Cinta masalalu dan cinta masa sekarangku.
*TAMAT*
NB: Sorry kalau ada yang kurang puas dengan endingnya dan well kalau banyak typo jangan salahkan aku tapi salahkan diriku yang tak terlalu berminat untuk membaca akhir-akhir ini.
@Otho_WNata92 @lulu_75 @nakashima
@Andre_patiatama @hendra_bastian
@akina_kenji @harya_kei @NanNan
@boy @BangBeki @arieat @Asu123456
@boybrownis @DM_0607 @littlemark04
@dimasalf9 @freeefujoushi @4ndho
@jacksmile @kristal_air @Pradipta24
@abong @cute_inuyasha @Aurora_69
@JimaeVian_Fujo @panji @Hiruma
@ArDewa @wita @Rifal_RMR
@zakrie @happyday @aasiam @Adra_84 @Terry22 @awanwanku
uh, pengin punya yang kaya rion .. (^_^)
#plaakkk
ssswwwweeeeettttt........
#kegatelan
tp kok udah tamat aja sih, ben juga belum tau dia sama siapa, masa iya dia jones kak
thanks ye dah namatin ceritanye
Ditunggu kelanjutan kisah mereka dr cerita zion dan stranger.