It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
~ Hanhan Pov ~
"Nggak pulang?!"
Seseorang mendekatiku.
Aku tersenyum.
Saat ini aku bersandar di dinding disisi lapangan dan melihat anak-anak yang bermain basket setelah sepulang sekolah.
"Nanti lah," sahutku, "kamu sendiri nggak pulang?"
Ronni menggeleng.
"Aku khawatir sama kamu."
Smile...
Pandanganku masih mengarah pada anak kelas 10 yang berusaha merebut bola.
Cukup lama aku terdiam. Ronni memilih berjongkok di sampingku.
"Udah kamu liat bokepnya?" tanya Ronni.
Dari ujung mataku aku rasa dia sedang menatapku.
...
"Belum."
"Kenapa?"
"Lubang pantatku ngilu duluan."
"Hahahahahahaha..."
"Gila...gimana bisa lubang sekecil itu dimasuki burung??" aku tak habis pikir.
Ronni masih tertawa.
"Kok lubangnya Jemmy bisa muat??" desisku.
"Serius Jemmy ml sama mantannya? Aku rasa si siapa itu? Leo? Cuma manas-manasin kamu deh."
"Nggak tahu juga. Semoga aja dia cuma manas-manasin," sahutku, "tapi waktu aku liat bokepnya itu...."
"Bentar-bentar!! Bukannya tadi kamu bilang belum liat?!"
...
...
"Liat sih. Sedikit."
"Sampai mana?"
"Sampai selesai."
"Yeeeeeeeeeeeeee....." Ronni langsung memukul pahaku.
Sekarang gantian aku yang tertawa.
"Tapi serius deh Ron," aku menatap Ronni, "waktu aku liat bokepnya. Yang kebayang si Jemmy ama mantannya."
"..."
Aku menghela nafas panjang dan kembali melihat ketengah lapangan.
"Aku sakit hati," desisku.
"Aku baru tahu kalau kamu sakit hati bisa jadi selebay ini."
"Seriusaaaaaaann...."
Ronni terkekeh.
"Iya-iya."
Dua kali ini aku suka sama orang. Yang pertama mantanku saat SMP dan sekarang Jemmy. Benar-benar susah menyakinkan diriku kalau aku menyukai Jemmy. Aku tidak pernah berfikir bisa menyukai cowok.
"Kalau saja dia nggak nyium aku," desisku.
Ronni menatapku.
"Han..."
Aku melirik Ronni sekilas.
"Jangan-jangan kamu itu gampang suka sama orang ya?!"
...
"Nggak juga," sahutku.
"Oh."
"Tapi seriusan deh. Si Leo, mirip aku. Kalau aku liat-liat, dari cara berpakaiannya, gaya bicara dan postur tubuhnya mirip sama aku. Dan jujur aja aku jadi khawatir."
Ronni mengangguk-ngangguk.
"Iya, kalau itu aku juga setuju sama kamu. Dia mirip kamu."
"Nah kan. Aku takutnya dia suka sama aku karena aku mirip sama Leo. Kamu tau nggak kalau pacaran itu bisa bikin jenuh. Bisa saja kan dia jenuh, bosen sama Leo terus cari selingan."
Ronni terdiam. Entah apa yang dia pikirkan.
Kini dia berdiri. Mencoba menggerakkan kedua kakinya.
"Kenapa? Kesemutan??" tanyaku.
Dia hanya terkekeh.
"Aku nggak pernah pacaran. Aku juga nggak pernah suka sama orang jadi aku nggak tau gimana perasaanmu. Jadi aku cuma bisa bayangin kalau aku nggak bisa nonton anime atau baca manga yang aku tunggu-tunggu. Pasti aku jengkel banget. Atau kalau karakter yang aku suka mati atau mengalami hal sedih. Aku bisa ikut nangis. Mungkin gitu kali ya namanya sakit hati."
Ronni menatapku.
"Apa-apaan wajahmu itu," dengusnya.
"Aku nggak nyangka..."
"Nggak nyangka kenapa?"
"Kamu itu cowok yang menyedihkan."
Tuuukkk....
Aaaauuuuu....
Lagi-lagi dia menyentil dahiku.
Aku meringis menahan sakit.
"Hahahahaha...." aku tertawa pelan, "makasih lo Ron, udah bikin aku jadi lebih baik."
Ronni menatapku lekat-lekat. Pandangan matanya lurus ke mataku.
?
Dia masih menatapku.
??
Ronni masih menatapku lekat-lekat.
???
Apa ada sesuatu di wajahku?
????
Apa ada yang aneh??
"A...apa??"
Dia langsung melemparkan pandangannya kearah lain.
???????????????????????????????
~ Jemmy pov ~
Motorku berhenti di depan rumah Leo. Entah kenapa aku bisa nyasar ke sini. Tapi aku tidak ingin putar balik untuk pulang. Jadi aku putuskan untuk mengetuk pintu rumahnya. Tapi karena sudah aku ketuk beberapa kali yang punya rumah belum juga keluar akhirnya aku menelfonnya.
"Aku ada di depan. Bukain pintunya," itu yang aku katakan saat telfonku di angkat.
Tak lama kemudian pintu itu terbuka. Aku melihatnya hanya memakai handuk di pinggang. Rambut dan tubuhnya basah.
"Baru bangun? Baru mandi? Kamu nggak kerja?" tanyaku sambil masuk kedalam sebelum ada orang yang melihatnya seperti itu.
Udah jam berapa ini?? Siang menjelang sore dan dia baru bangun??
"Nggak. Hari ini aku free. Santai. Nggak ada panggilan. Makanya aku tidur sampai kebablasan."
Aku memilih duduk di sofa dan dia menyalakan tv untukku. Lalu dia masuk kedalam kamar. Keluar-keluar dia sudah memakai t-shirt dan celana pendek.
"Tumben kesini. Ada apa?"
Aku tersenyum masam. Terakhir aku kesini dia nidurin aku.
Sial. Itu sakit.
"Nggak apa-apa. Nyasar."
Leo terkekeh sambil mengacak-acak rambutku.
"Mau bantuin aku masak??" tanyanya.
Senyumnya masih tercetak di sana.
"Hmm..." sahutku sambil beranjak berdiri.
Kami langsung kedapur. Dia langsung menyiapkan bahan-bahannya. Ada telur puyuh. Entah apa yang mau dia buat. Aku cuma membantunya mengupasi telur mini itu.
"Ada mangkuk??" tanyaku.
"Buat apa?" tanya Leo balik.
Dia masih sibuk dengan bumbunya.
"Buat tempat telur," sahutku.
Aku mau mencucinya.
"Di lemari. Ambil yang plastik aja."
Lemari...
Aku mengobok-obok lemari itu. Agak susah karena wadah dari pastik ada ditempat yang paling atas.
Aduh...
Jatuh nih...bisa jat...
Brruukkk...buuuukkk...bruuukkk...praaangg...tring-tring-tring....
Aku mematung. Leo memelukku. Tangannya mendekap kepalaku.
"Aaauu...kepalaku," rintihnya.
"Kena apa?? Panci??"
Leo mengangguk.
"Panci kan bukan di sana tempatnya."
"Aku belum menata ulang isi lemari."
Aku tersenyum.
Dia masih memegang kepalanya.
"Kamu nggak apa-apa??" tanya Leo sambil mengambil benda-benda yang jatuh itu, "harus cepat ditata ulang nih. Bahaya kalau jatuh-jatuh gini."
"Nggak apa-apa kok," aku membantunya mengambil benda-benda itu, "kalau ada pisau gimana? Kamu bisa kena."
Leo menatapku dengan kening berkerut.
"Makanya tadi aku meluk kamu. Gimana kalau ada pisau jatuh ke kepalamu??"
...
...
...
Aku terdiam. Tidak bisa berkata apa-apa. Hanya terdiam. Kilasan masa lalu berjubel keluar. Yang aku ingat saat aku kena demam berdarah. Dia menemaniku di rumah sakit hampir setiap hari. Dia bela-belain bolos sekolah. Padahal waktu itu dia mau ujian kelulusan. Leo juga sabar mengajariku belajar. Dia nggak pernah marah waktu aku jahilin. Dia orang tersabar yang aku tahu. Dia selalu menempatkan aku sebagai orang spesial baginya. Saat dia kerja dan punya penghasilan sendiri. Aku pernah bertanya padanya 'Uang itu kamu kumpulin buat merid atau buat apa?' dan dia menjawab 'buat nyenengin kamu. Aku pengen bisa beliin semua yang kamu pengenin.'
Kenapa aku bisa lupa semua itu?
Aku memegang dadaku yang terasa sakit.
"Jem...kamu....ada yang sakit??"
Aku menggeleng.
"Kamu capek?? Kamu bisa istira..."
Aku kembali menggeleng.
Leo nampak kebingungan. Dia memegang daguku.
"Hanhan nyakitin kamu lagi."
...
Aku kembali menggeleng.
Dia semakin bingung. Aku tahu dari ekspresinya.
"Terus...terus kenapa kamu nangis??"
...
...
~ Whoami pov ~
Makasih yg udah mw comment...memacu semangat bngt hahaha...eh iya...ada yg tw g kartu apa yg unlimitedx lumayan?? Aq pake kuota borosnya g nanggung2. Gilaaaa...semakin lama semakin boros. Sediiihh...
Aku menghela nafas panjang dan kembali melihat ketengah lapangan.
"Aku sakit hati," desisku.
"Aku baru tahu kalau kamu sakit hati bisa jadi selebay ini."
"Seriusaaaaaaann...."
Jemmy terkekeh.
Seharusnya itu Ronni kan?
Oke back to story. makin ke sini saya mendukung kalau Jemmy balikan sama Leo. Semoga Leo memang orang yang bener-bener tulus sayang sama Jemmy. Yah, meskipun ada yang bilang pilihlah orang yang kamu cintai, bukan orang yang mencintai mu, tapi membuat cerita yang g mainstream kan bagus juga karena semuanya tidak harus berakhir dengan orang kita cintai..Go Leo go leo go leo..
Han² aura Ukenya kuat banget soalnya :v
Smartfren unlimited 75k.
promo ampek akhir april
jujur meski cerita ini bikin baper, tp tetep aja ketagihan bacanya hehe tetep juga ceritanxa keren , aku sih pengennya hanhan sama ronni aja , manis aja mereka smangat buat lanjutannya ya
Bang Obi suka cara abang membawakan ceritanya (❀ *´ `*) . Cara abang memainkan point of view bener-bener membuat Obi kagum (❀ *´ `*) . Engga banyak penulis yang bisa memainkan sudut pandang hingga seperti itu disini (❀ *´ `*) . Cara pembawaan cerita seperti itu membawa pelajaran baru buat Obi (❀ *´ `*) . Alurnya enak, konfliknya ringan, tapi feel nya lumayan dapet (❀ *´ `*) . Takarannya pas (❀ *´ `*) .
Jarang-jarang Obi menemukan cerita yang menurut Obi juga berkualitas seperti ini (❀ *´ `*) . Lanjut bang! Udah sebulanan engga update (eh..)! Hahah (❀ *´ `*)
p.s mention Obi bang kalo ada update-an (❀ *´ `*) .
❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❂❁❀✿❂❁❀✿❂
~ Hanhan Pov ~
Saat aku mau masuk kedalam kelas aku melihat Jemmy berlari keluar. Di belakangnya ada seorang cewek yang mengejarnya dengan hanya memakai satu sepatu. Ditangan cewek itu ada penggaris kayu yang di ayun-ayunkan ke kiri dan ke kanan.
"Bukan aku woooee!!!" Jemmy masih berusaha menghindari penggaris yang sedang melayang-layang itu.
"SIAPA LAGI EMANGNYA YANG BISA SEJAHIL KAMU HUUUUHH??" teriak Mellisa.
"AKU KAN UDAH BILANG BUKAN AKU," bentak Jemmy setelah terkena satu pukulan di punggungnya.
Mellisa menatap Jemmy, salah lebih tepatnya dia melotot ke Jemmy.
"Aku aduin ke guru kalau nggak ngaku."
"Aduin aja. Emang bukan aku kok."
Mataku berkelana. Mencoba melihat dengan seksama. Dan kini mataku tertuju pada satu cowok yang mengintip dari kelas sebelah. Di tangannya ada sepatu. Aku berjalan mendekati mereka berdua. Menepuk bahu Mellisa sambil menunjuk ke cowok tadi.
"Sepatumu di sana," kataku.
Smile...
Mellisa terdiam sejenak menatapku sebelum mengamuk pada pelakunya.
"Apes banget pagi-pagi gini kena pukul," Jemmy mengomel sambil cemberut.
Aku terkekeh.
Dia menatapku aneh. Lebih tepatnya kalau dia sedang salah tingkah.
"Thanks," katanya pelan tanpa menatapku.
Aku ingin dia menatapku.
"Heemm..." sahutku.
"Aku...Han aku..."
"HAAAAAAAAAANNNNN!!!!!"
Brruuugghh...
Tiar dengan kasarnya memeluk leherku.
"Vio marah banget sama aku," oke...Vio lagi topiknya, "yo Jeeem. Kok jarang ketemu ya kita."
Jemmy terkekeh.
"Balik kelas dulu," pamit Jemmy sebelum berlalu.
"HAAAAAAAAAANNN...."
"Apaan sih!?"
"Kacau pokoknya kacaaaaauuu...."
Tiar mengoyang-goyang leherku gemas.
"Iya kacau apa?" tanyaku sambil menurunkan tangannya.
"Vio marah. Gara-gara aku...."
"..."
"Gara-gara..."
"..."
"GARA-GARA..."
Aku mengerutkan kening.
"Ayo masuk ke kelas dulu," ajakku yang mulai bosan.
Aku melangkahkan kakiku diikuti Tiar.
Ada apa sih? Kok dia panik gitu. Apa ada sesuatu yang mengerikan terjadi? Apa Tiar...
"Kamu selingkuh!?"
"NGGAK."
Aku terkekeh.
"Terus apa dong?"
Tiar langsung duduk di bangkunya saat sampai di kelas. Aku meletakkan tasku di atas meja sebelum duduk.
"Kemarin aku nyium dia. Terus tanganku ngeraba-raba tubuhnya."
Aku langsung menatap aneh Tiar.
Sudah ketebak apa yang terjadi.
"Terus karena dia imut...aku jadi kebablasan. Terus...dia marah."
"Ha...ha...ha..." tawa datarku keluar, "udah sampai mana?"
"..."
"..."
"..."
"..."
"..."
"..."
Aku melirik Tiar. Dia menutup wajahnya dengan tangan.
"Aku jilatin dadanya. Pu...tingnya," katanya pelan hampir tak terdengar, " pokoknya aku nodai tubuhnya. Pokoknya aku grepe-grepe."
...
...
...
"Wow," sahutku yang kehabisan kata-kata, "hebat."
Aduh...aku ingin tertawa. Tapi karena melihat Tiar yang sedang depresi aku jadi tidak tega untuk menertawakannya.
"Dia imut banget sih. Aku kan jadi nggak tahan," kata Tiar sebelum membenamkan wajahnya dilipatan tangannya, "aku remas-remas bokongnya itu. Terus aku pegang anunya."
Anunya....?
Aku geleng-geleng kepala.
Ckckckckckck....
"Sumpah kamu kayak om-om mesum yang ketemu gadis abg. Jelaslah dia marah. Kalau aku jadi dia, aku langsung minta pu...tusss..."
...
....
Aku tergelak.
Tiar menunjukkan wajah cemasnya.
"Harga dirinya pasti terluka. Terinjak-injak sebelum dicampakkan," aku mendramatisir.
Tiar kembali menatapku.
Smile...
"Yang dicampakkan itu aku, tau nggak!? Dia langsung pulang gitu aja. Dan sampai sekarang dia nggak bisa aku hubungin."
"Ya udah sekarang kamu samperin dia. Minta maaf karena udah mesum. Karena udah grepe-grepe."
"Nggak berani."
"Cemen."
...
Hpku bergetar.
Jemmy. Dia meminta ketemuan nanti sepulang sekolah.
~ Jemmy pov ~
Cukup lama aku menunggu Hanhan di toilet belakang. Mungkin tabunganku sudah banyak, karena sejak tadi aku berjongkok.
Saat dia datang aku langsung membuang rokokku.
"Lama?" tanyanya.
Senyum itu kembali lagi. Senyumannya itu seperti terpaksa. Tidak tulus. Pura-pura.
"Nggak juga sih."
"Berarti lama dong."
Aku terkekeh.
Hanhan duduk di meja rusak yang ditumpuk-tumpuk tak jauh dariku. Meja dan kursi yang tak terpakai.
"Jujur aja. Aku nggak mau kesini. Kakiku berat. Karena aku punya firasat buruk. Mungkin saja ada setan yang mendadak muncul."
Haha...
"Si Tiar mana?"
Hanhan mengangkat bahu sambil mengecek hp nya.
"Sama Vio kali. Dia kan lagi ada masalah serius ama Vio."
"Ooh...bertengkar?"
...
Hanhan menatapku sekilas lalu tersenyum geli.
???
"Ya...gitu haha...nggak usah dibahas lah."
???
"Oohh...oke."
Aku juga nggak mau membahas Tiar sih. Cuma basa basi.
Hanhan kembali menatapku.
"Kamu..." Hanhan menundukkan kepalanya, "...mau ngomong apa?"
DEG...
Mataku terpejam sesaat.
"Han...kamu tahu kan kalau aku suka sama kamu?" tanyaku lirih.
...
...
...
"Iya...aku tahu."
Aku menghela nafas panjang beberapa kali untuk menenangkan jantungku.
"Aku selalu bermimpi bisa jadi pacarmu. Aku juga ingin bisa kencan sama kamu."
Sejak pertama kali aku melihatmu. Gombal. Tapi itu jujur. Dia mengalihkan duniaku. Lebay. Tapi itu yang aku rasakan.
Hanhan menatapku lalu menatap ke arah lain.
"Aku tahu," sahutnya.
"Han...apa kamu pernah suka sama aku? Kamu pernah sayang sama aku?"
...
...
...
"Obrolan aneh untuk dua orang cowok..."
"Jawab aja!" potongku.
...
...
...
"Ya. Aku sayang sama kamu."
Aku tersenyum.
"Han..."
"Karena kamu temenku..."
...
...
...
Haha...hahaha...
...
Jawabannya sudah pasti. Entah dia bicara jujur atau tidak tapi itulah pilihan yang keluar dari bibirnya.
Jadi seperti ini akhirnya?
"Aku balikan sama mantanku," kataku pelan.
Aku tidak berani menatap Hanhan. Tapi aku tahu cowok itu sedang menatapku.
...
...
...
...
"Oh...bagus dong."
Aku menelan ludah lalu tersenyum masam.
"Aku cuma mau ngomong itu saja. Sorry sudah menahanmu di sini."
Sakit hati. Patah hati. Aku sudah capek. Aku payah. Padahal aku yakin Hanhan juga suka sama aku. Tapi sampai sekarangpun dia tidak pernah mau jujur padaku. Terus aku harus gimana? Memaksanya jujur? Haha...
Aku seperti orang konyol. Menyukai seseorang sampai seperti ini. Rasa sukaku ini lebih dalam dibandingkan rasa sukaku pada Leo dulu.
Aku menghela nafas panjang sebelum bangkit berdiri. Menatap wajah Hanhan menjadi ketakutan tersendiri buatku. Apalagi saat melihat ekspresi wajahnya yang datar lalu senyumannya itu.
~ Author pov ~
Hanhan menatap diam kepergian Jemmy. Dia masih tak beranjak dari tempatnya. Hanya menatap kepergian Jemmy.
Pprrraaakkk....
Tiba-tiba saja Hanhan melempar hpnya ke dinding. Dia hanya melihat hpnya yang jatuh ke tanah. Ada sedikit serpihan casingnya di sana. Dengan pelan dia mendekati hp nya yang terkapar. Berjongkok. Mengambil. Melihat. Layarnya retak. Casingnya cuil.
Hanhan menghela nafas panjang.
~ whoami pov ~
Sorry2 br update. Sbnre udah ada tersimpan d hp sih cm lp mulu mw update haha...soalx lg sibuk main rp n game n baca manga n liat anime. Intix aq sibuk bngt hahaha...