It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
mentionnya tdk msk freee e-nya ada 3 hehehehe
@AbdulFoo
mentionnya tdk msk freee e-nya ada 3 hehehehe
@AbdulFoo
Jadi ada cerita dan tiap pemain punya peran gitu. Tapi di RPG ini lebih kompleks. Intinya sih ini permainan adu bacot + imajinasi, dengan peraturan dasar yang sudah ditentukan di awal permainan.
Atau bisa juga disebut drama dengan cerita spontan dengan aturan dasar yang kompleks. Di luar banyak yang main ginian bahkan pake kostum segala. *berdasarkan artikel yang saya baca *
RPG gini juga bisa dimainkan di forum lho. Di kaskus ada tuh trit yang isinya orang orang main RPG gitu.
Terjemahan mu dah bagus. Eh gak tau juga sih. Belum baca yang ori juga.
@Kirangan oh gitu ya? gue pikir malah DAC itu kayak video game gitu. Translate-annya ngga begitu mirip kok. Karena ceritanya british, ada beberapa kalimat yang gue ga paham jadi ada yang gue limpaui dan ada yang gue bikin sendiri. Tapi overall gue jamin jalan ceritanya 100% sama.
@AbdulFoo
@ffirly69 oke. ttp pantengin ya btw maaf tapi translate gue bisa dimengerti kan?
Alexis meninggalkan Olive dengan cepat dan sepatu boots nya berdecit decit saat berjalan ke arah kami.
"Vincent! Aku sudah mencarimu kemana mana! Kau nggak baca sms ku ya?"
Dia langsung berdiri diantara aku dan Vincent. Membuatku menjadi benar benar canggung dan tak tahu harus meletakkan dimana wajahku. God! Gadis ini benar benar menakutkan! Yah meski tingginya hanya 5 kaki..
Vincent masih tetap tenang seperti biasanya. Dia lalu merogoh saku dan melihat ponselnya.
"Shit, sorry Al. Kupikir kau sudah pulang. Aku tak mengecek ponselku"
Alexis merungut sendiri. "Well, aku nggak pulang! Aku mencarimu kemana mana, aku dapat nada baru untuk bagian reff kita. Aku harus membicarakannya denganmu, SEGERA"
Vincent kembali memasukkan ponselnya. "Sure, kapanpun kau bisa"
Olive dan yang lainnya masih mematung di hallway mencoba untuk mencerna kejadian saat ini. Alexis kemudian menoleh padaku dengan ekspresi wajah yang mengerikan. Melihatku berdiri dekat dengannya seakan akan membuatnya ingin memenggal kepalaku. Aku kemudian langsung menjauh dari Vincent.
"Uhmm.. kau sepertinya sibuk" kataku. "Senang bermain bersamamu hari ini. Kapan kapan ayo bermain lagi"
"Tunggu, Specs" dia meraih bahuku. "Kau lewat sini kan? Ayo kita barengan jalannya"
Alexis dengan kesalnya menoleh pada Vincent. "Seriously, Vincent? Untuk apa kau bergaul dengan orang orang aneh ini?!" Dia kemudian melirik Olive sarkas, "Jangan tersinggung"
Aku melihat raut kemarahan diwajah Vincent. Aku yakin dia akan mengatakan sesuatu untuk membela kami, tapi Olive yang melakukannya duluan. Dia berjalan dengan kesal ke arah Alexis lalu menunjuk-nunjuknya.
"EXCUSE ME Ms. Mae, Bisakah kau tidak memperlakukan teman temanku dan aku buruk? Apa kau lupa aku Head Girl di sekolah ini? Aku bisa saja menyingkirkanmu dari Battle Of Band. Semua keputusan ada ditanganku. Jadi aku bisa saja dengan mudah mendiskualifikasimu jika bersikap kasar seperti itu"
Aku benar benar mencintai Olive. Dia fearless, dia sempurna. Dia adalah teman terbaik yang terbaik, ok, dia sahabat TERBAIK di dunia. Mandy, Neil, dan Fritz hanya memberikan senyum kecut. Mungkin Fritz benar, kami sudah seperti keluarga disini.
Alexis dengan kesal menendang nendang lantai, tahu kalau dia akan kalah jika berargumen lagi. Vincent menoleh padaku dibelakang punggung Alexis, lalu membentuk kata "Sorry" dengan mulutnya. Dia jelas sekali berharap bahwa aku akan menganggapnya lucu, tapi sayang sekali tidak karena dia adalah sangat dekat dengan Alexis. Kapan saja aku melihatnya di sekolah, akan selalu ada Alexis yang mengikutinya. Mereka... mereka seperti.. lebih dari sekedar teman. Aku bergidik sendiri memikirkan kemungkinan itu. Alexis sangat kejam. Apa yang Vincent suka darinya? Lagian, apa yang kutahu tentang Vincent? Dia bersikap baik kepada kami, mungkin karena dia memang mempunyai sisi nekat di jiwanya.
Saat aku masih asyik dengan pikiranku, Alexis langsung menegurku. "Kenapa kau diam? So.. apa kau sudah dengar demo kami? Bagaimana menurutmu?"
Olive terkejut dengan keantusiasan Alexis yang sangat tiba tiba ini. Dia seharusnya kesal dan malu karena sikapnya, tapi kenapa dia malah tiba tiba way too excited akan pendapatku tentang demonya?
"Well, aku sudah mendengarnya sekali. Terdengar sangat professional" Kata Olive. "Tapi bersikap sangat sangat tidak professional selama jam sekolah tidak akan membantumu apapun"
"Oh come on! Aku kan cuma bercanda!" Teriaknya. "Kami sudah berlatih dengan keras untuk acara ini. Kami sangat butuh komentar dan pendapat kalian!"
Dengan itu, Vincent lalu meletakkan tangannya diatas bahu Alexis dan membawanya pergi. "Sudahlah Olive. Ayo kita pergi. Biarkan saja orang orang ini menikmati sisa harinya. Mereka orang orang yang baik kok"
Dia kemudian berbalik sebelum mengikuti Alexis. "Thanks untuk hari ini. Kalian benar benar menyenangkan. Sampai bertemu lagi Olive.. Mandy.. Neil.. Fritz.." dia tiba tiba menoleh padaku sambil tersenyum dan memberikan sedikit hormat padaku. "Scotty". God, perasaan melting itu kembali lagi...
Vincent lalu mendorong Alexis menuruni tangga. Aku masih bisa mendengarnya meminta penjelasan pada Vincent, kenapa dia tiba tiba bisa bergabung dengan asosiasi "Geek Parade" seperti kami. Jelas sekali. Vincent tak menanggapi rengekannya yang menggema di seluruh ruangan.
"Cewek,maaf Olive, Mandy, tapi terkadang aku tak mengerti dengan spesies kalian" Kata Fritz saat mereka berdua menghilang.
Sama, aku juga.
---
Waktu itu hujan saat aku dan Olive sedang dalam perjalanan pulang. Rumahku dan rumahnya hanya berjarak beberapa blok saja jadi kami selalu bisa pulang bersama kapanpun. Olive saat ini membawa payung ungu dengan totol totol diatasnya dan kami berbagi payung sambil mengobrol ringan. Sebenarnya sih cuman, mendengarkan OCEHAN Olive.
"Aaarrgghhh!!! Olive benar benar tidak sopan! Aku sangat tertarik untuk mendiskualifikasinya saat ini juga agar senyuman itu bisa hilang dari wajahnya saat ini juga! Ugh! Dia adalah cewek paling tidak jelas yang pernah kutemui! Tunggu, Patricia yang paling tidak jelas. Tapi Alexis berada diurutan kedua! Ugh! Tanpa Olive,Vincent benar benar tampak seperti Prince Charming! Aku masih tak percaya dia datang ke D.A.C tadi, apa yang kau katakan sampai membuat dia ingin datang tadi?? Kupikir itu mimpi! Usahamu membuntutinya sama sekali tidak sia sia! Lihat, sekarang kalian adalah sahabat. Apa kita sedang berada di dunia Twilight sekarang!?"
Setiap kali aku membuka mulut ingin menjawab semua perntanyaannya, dia terus saja bicara dan membuatku mengurungkan niat dan lalu tetap diam mendengarnya.
"Apa kau pernah menyadari indikasi dia suka bermain game seperti tadi? Dia bermain dengan sangat hebat! Kupikir itu adalah bakatnya yang lain. Mungkin dia sudah muak dengan Alexis lalu mencoba untuk bergaul dengan orang orang baru? Itu tak akan mengejutkanku. Karena Alexis sooooooooo clingy! Siapa yang berjalan jalan di sekolah dengan orang seperti itu yang mengikuti? Aku agaknya mengira kau saat ini pasti sedang memikirkan Vincent yang sangat bersahabt denganmu kan? Aku yakin Vincent itu straight. Tapi dia tadi itu tampak seperti benar benar, dan jelas sekali menyukaimu! Kau masih menyukainya kan? Kau jangan terbawa suasana lah. Aku yakin sekali dia straight. Mungkin bagus kau bisa menghabiskan banyak waktu dengannya. Semoga saja dia tak akan menghajarmu seperti orang itu, mungkin dia mempunyai masalah tersendiri. Kau harus hati hati, Scotty! Scotty? Scotty!? Apa kau mendengarkanku?"
Aku menoleh padanya dengan tampang datar. "Oh, apa nyonya sudah selesai berbicara?"
Olive menarik payungnya dariku, lalu menggoyang goyangkan puncaknya hingga butiran butiran air hujan yang menempel membasahi badanku dan membuatku terkejut.
"Aku baru saja mengatakan pendapatku! Apa kau tak mau dengar?"
Aku menepuk nepuk rambutku dan mengeringkannya dengan tanganku. "Orang orang yang ada disini sampai Timbuktu belum tentu juga ingin mendengarkannya"
"Raaaaaaa!!!!!!" Kali ini dia semakin ligat menggoyang goyangkan payungnya.
----
Kami bicara sedikit lebih lama dalam perjalanan pulang. Aku mencoba untuk mengurangi perasaanku kepada Vincent, tapi dia malah menghantui benakku. Aku sedikit merasa cemburu saat melihat Alexis bisa dengan mudahnya berkeliaran di sekeliling Vincent. Aku kemudian mencoba untuk mengingat hal hal yang menyenangkan tentang hari ini. Uhmm.. Vincent yang duduk disampingku. Lengan kami yang saling bersentuhan yang membuatku terasa seperti tersengat listrik dan salah tingkah. Tak ada yang pernah membuatku seperti ini sebelumnya. Kecuali Taylor Raven. Tapi, Vincent Hunter benar benar berbeda dari Taylor Raven.
Saat kami sudah sampai didepan pintu rumah Olive, sesuatu kemudian terlintas dipikiranku. "Hmm.. Ol, apa kau benar benar pernah mendengarkan demo milik Vincent dan Alexis?"
Olive menutup payungnya sebelum memutar mutarnya terlebih dahulu. "Well, sebenarnya bukan punyaku sih. Tapi aku tau mereka akan bisa memenangkan lomba ini. Tunggu sebentar yah"
Olive lalu membuka pintu rumahnya lalu masuk. Dari luar, aku bisa mendengar bunyi ribut ribut TV. Mungkin kedua adiknya sedang menonton. Olive adalah anak sulung, jadi wajar saja dia agak sedikit bertingkah sok berkuasa di sekolah. Dirumah juga gitu sih.
Setelah beberapa lama, Olive kemudian kembali dengan sebuah kaset di tangannya. "Here you go, ini CD nya. Aku sebenarnya nggak boleh meminjamkan ini tapi kalau kau janji akan mengembalikannya besok, maka ngga apa apa"
Aku mengambil kaset itu. Sebenarnya hanya kaset CD biasa dengan tulisan 'The Night Birds' dengan spidol permanen. Olive lalu menunjuk tulisan itu, "Nama band nya"
"Cool" kataku sambil membalikkan kaset itu ditanganku. "Kalau begitu akan kudengarkan malam ini dan akan kukembalikan besok pagi"
Aku kemudian pamit pada Olive. Dia menawariku untuk membawa payung tapi aku menolak dan memayungi kepalaku dengan coat ku. Aku tak bisa menunggu lagi untuk mendengarkan demo lagunya Vincent.
---
Beberapa jam kemudian, ibu mengetuk pintu kamarku. "Scotty sweetheart, apa kau mau teh? Apa yang kau dengarkan disana?"
Aku sedang berbaring di lantai kamarku sambil mendengar CD Playerku yang berbunyi keras. Ada tiga lagu di kaset demonya. Dan aku sudah mendengarkan semuanya selama satu jam berturut turut.
"Lagu dari band temanku, Bu!" Balasku. Menggunakan kata teman dan sama sekali tidak berbohong membuatku merasa sedikit lega.
"Berisik sekali!" Ibuku tertawa. "Aku tak tahu kau menyukai lagu lagu seperti ini"
Jujur, ini bukan jenis lagu yang sering kudengarkan. Lagu lagunya merupakan campuran antara Rock dan beberapa riff gitar yang di pre-recorded dengan drum rumahan. Kedengarannya sangat professional. Meski bukan jenis lagu yang sering kudengarkan, tapi lagu lagunya keren kok. Ditambah lagi, ternyata yang nyanyi Vincent. Aku terkejut karena kupikir Alexis yang akan nyanyi. Tapi saat mereka berdua bernyanyi di sebuah bagian, suara mereka terdengar sangat menakjubkan. Aku lalu menutup mataku sambil mendengarkan lirik lirik puitis darilagunya.
'I dare you to kiss my bruise
Trailing down my kness
You can push me to the brink
But you're never gonna break me'
Aku tak pernah merasa begitu menyatu dengan lagu apapun sebelumnya. Tapi lagu ini membuatku ingin mengulangnya lagi dan lagi sepanjang malam.
Aku kemudian menoleh ke ibu. "Ini akan jadi lagu kesukaanmu"
Dia tersenyum padaku. "OK, Tapi jangan sampai berubah jadi anak Goth atau Punk, ya?" Dia kemudian berbisik dibalik tangannya. "Olive pasti tak bisa menerimanya"
"Malah Olive yang meminjamkanku!" Aku tertawa.
Ibu kemudian pergi sambil bersiul tentang bagaimana hidup terkadang bisa jungkir balik. Aku senang pada akhirnga ibu bisa kembali jadi dirinya lagi seperti biasa.
CD nya kembali selesai diputar. Aku terdiam sambil memikirkan hal hal yang telah terjadi di hari ini sampai sebelum akhirnya aku kembali memutar CD itu sekali lagi sebelum aku tertidur..