It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Nggak mau kasih spoiler sih ke para pembaca, cuman menurut gue cerita ini dramanya banyak banget. Tapi tetep bagus kok.
Ala-ala teen gay drama London. Complicated and stuffs.
@rendifebrian Iya. Gue lagi suka banget ama cerita ini. Udah baca side storynya Taylor blm? asik loh
ini @rikha1006 ??? mang yg akun disanping kenapa?
By the way, keep going translate nya. Semua org atau semua binan universe harus tau sama cerita ini.
#pelukTaylor
Harus kuakui, toilet wanita jauh lebih bagus daripada toilet laki-laki. Toiletnya bersih, dan lantainya juga bersih. Bagaimanapun juga, aku laki laki dan diseret ke toilet wanita adalah hal yang memalukan. Dua orang cewek yang sedang bercermin didepan sink melihatku dengan tatapan jijik.
"Hey! Kau tak boleh kesini! Keluar kau dasar mesum!"
Alexis meraung ke cewek itu. "Kau KELUAR!!!"
Mereka berdua langsung ketakutan dan tanpa banyak bicara keluar. Jelas sekali siapa yang berkuasa di wilayah ini.
Dia kemudian menunduk untuk memastikan bahwa hanya ada kami berdua disini dan kemudian melirik tanganku yang berdarah.
"Uh, apa yang kau lakukan dengan tanganmu?"
Aku menghela nafas dan berjalan menuju stall untuk mengambil tissue toilet. "Ceritanya panjang dan aku tak ingin menceritakannya padamu" aku mengambil tissue, lalu menggulungkannya di tanganku sebelum membersihkan darahnya terlebih dahulu.
Alexis kemudian lanjut cemberut padaku. Aneh rasanya karena aku semalaman mendengarkan demo yang dinyanyikan olehnya dan Vincent. Dia punya suara yang bagus. Dan aku merasa.. kalau aku mengenalnya. Itu kenapa aku agak sedikit berani dengannya. Atau mungkin ini efek kehilangan banyak darah.
"Look, aku hanya mau mengatakan satu hal.. JAUHI Vincent"
Suaranya terdengar mengancam, tapu ancamannya malah terdengar konyol bagiku. Aku sampai tertawa mendengarnya.
"Beraninya kau menertawakanku! Aku serius!"
Aku tetap tertawa. "Kau bercanda kan? Apa ini karena Vincent datang di D.A.C? Dia sendiri yang mau ikut, jadi apa salahku?"
Aku tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Cewek ini gila. Aku sedang berdiri ditengah toilet wanita dengan sebuah tangan yang rasanya hampir putus. Bagaimana bisa hariku bisa semakin dikacaukan dengan topik ini?
Seseorang mencoba masuk ke toilet, tapi Alexis langsung menutup pintunya. "TOILET INI RUSAK!! Cari yang lain!!"
Cewek itu langsung pergi ketakutan. Alexis berdiri memunggungi pintu dan menatapku seperti setan. Dia mirip Yorkshire Terrie yang akan menancapkan taringnya padaku.
"Ini konyol" kataku. "Kau gila dan aku harus ke kelas sekarang"
Dia menghalangi jalanku, masih berdiri didepan pintu. "No! Dengarkan aku! Kalau kau terlalu dekat dengan Vincent, akan kupastikan kau menyesalinya..."
Sekarang aku benar benar tertawa. "Kuberitahu kau satu hal, aku sudah cukup sering di dorong dan diancam oleh banyak orang di sekolah ini. Aku hidup dalam banyak penyesalan yang telah kubuat. Jadi aku lebih dari sekedar mengerti ucapanmu saat ini. Lagian, pertemanan macam apa yang punya dengan Vincent? Bukan berarti aku tak bisa berteman dengannya kan?"
Dengan berangnya dia memukul pintu. "Aku bukan hanya berteman dengan Vincent. Aku LEBIH dari sekedar teman. LEBIH. Kau tak paham dirinya seperti aku memahami dirinya!"
Statement itu sedikit mengejutkanku. Ada banyak rumor yang beredar tentang hubungan antara Vincent dan Alexis, tapi tak satupun yang berhasil di konfirmasi. Mereka tak pernah terlihat seperti lebih dari sekedar teman. Mereka bahkan tak pernah berciuman ataupun bertingkah layaknya orang pacaran. Tapi mungkin aku hanya tidak tahu,.. mereka membuat musik musik yang indah. Tapi apa artinya mereka berkencan? Aku tak mau memikirkannya karena sepertinya hatiku tak akan bisa menerimanya.
"Aku tak mengerti apa yang kau mau dariku" Aku kemudian mendorong badannya dari pintu. "Aku tak akan meminta maaf padamu hanya karena Vincent ingin bergabung dengan club kami. Sekarang, biarkan aku lewat"
Akhirnya, dia menjauh sambil tetap menjatuhkan tatapannya padaku.
"Look. Aku tau kau siapa, Scotty. Kau hanya gay geeks yang sering dikerjai orang orang,..boo fricky hoo. Vincent mungkin merasa kasihan padamu. Tapi bukan berarti dia punya perasaan padamu. Camkan itu!"
Ku balas tatapan marahnya. "Memangnya kau siapa, the emotion police? Aku tak tahu kenapa Vincent sudi bergaul denganmu...."
Alexis tersenyum kecil. "Karena aku mengerti Vincent darimu yang TAK AKAN PERNAH mengerti diri Vincent. Dia sudah melewati dan mengalami semua hal buruk dalam hidupnya, Scotty! Dia tak butuh seseorang sepertimu yang akan membuatnya lengah dari pekerjaan yang telah kami lakukan, dan dia juga tak butuh semua omong kosong atau perasaan bodohmu yang membuatnya merasa bersalah. Kau MENGHANCURKAN semuanya! Kau MENGACAUKAN semuanya! So, stay the fuck off! Jauhi Vincent!"
Dia berteriak padaku. Aku tak mengerti kenapa dia bertingkah seperti itu. Aku ingin sekali membalas perkataannya, tapi akhirnya aku memutuskan untuk mengalah.
"Good Bye, Alexis. Semoga soremu menyenangkan"
Aku melangkah keluar dari toilet cewek tanpa sedikitpun menengok kebelakang.
Kami punya 2,5 jam Advance Science dan aku mencoba menyibukkan diriku dengan pelajaran, tapi aku masih bisa mendengarkan kata kata Alexis yang terngiang ngiang dikepalaku.
"..... bukan berarti dia punya perasaan kepadamu!!!..... ..... aku lebih mengenalnya daripadamu!"
Aku seharusnya tak membiarkan cewek kekanak-kanakan mengacaukan kepalaku, tapi aku tak bisa.
---
Sore harinya dengan perasaan lega aku kemudian pulang. Sesampainya dirumah aku dengan cepat masuk kekamar, mengambil plester dan memasangkannya di lukaku. Pendarahnnya sudah berhenti sih, tapi lukanya terlihat agak.. menjijikkan.
Apa apaan yang tadi itu? Sekarang bukan hanya Taylor Raven, tapi juga Alexis Mae sudah menjadi musuh baruku. Sebagian dariku berpikir,bagaimana jika kuberitahu Vincent tentang perkataan temannya tadi? Sulit unruk mengetahui hubungan macam apa yang terjalin antara mereka berdua. Bagaimana kalau Vincent berpihak padanya? Aku tak mau mendengarkan apa yang tak ingin kudengar.
Aku menghidupkan laptop lalu kembali memutar demonya. Rasanya menyenangkan bisa mendengar suara Vincent. Tapi tidak saat mendengar suara Alexis. Aku sih berharap bisa menghapus Alexis dari rekaman, tapi nanti hasilnya pasti jelek. Aku lebih berharap semoga aku bisa menghapusnya dari kehidupan Vincent. Tapi apa yang bisa kulakulan? Alexis sangat dekat dengan Vincent. Seberapa dekat mereka?
Saking terbakar rasa penasaran, aku akhirnya log-in Facebook. Jujur, sebenarnya aku bukan user setia Facebook, aku hanya log-in untuk bermain games atau melihat berita dan status dari orang orang. Saat loading nya sudah selesai, aku lalu mengetikkan nama 'Vincent Hunter' dalam kotak pencarian.
Kemudian muncullah akunnya dengan foto dia sedang duduk. Hanya melihat fotonya dalam kotak kecil membuat lututku lemah...
Aku meng-click profilenya, tapi tak ada informasi apapun selain ulang tahunnya, tahun sekolah, dia juga sedang tak menjalin hubungan dengan siapapun.. tapi disini juga tidak tertulis single. Aku lalu juga meng-check profile Alexis, tapi akunnya dikunci. Profilenya yaitu dia membuat buat wajah bodoh di.. sepertinya di bar. Aku penasaran, bagaimana jika orang orang di sekolah melihat sisi lai dari Alexis? Daripada hanya melihat sisi cantiknya. Ya.. Alexis cantik kok. Annoyingly pretty.
Aku kemudian berpikir untuk menambahkan Vincent sebagai teman, tapi aku juga tak mau tampak terlalu 'ngarep' disini. Tapi aku berharap Alexis adalah sampah toilet karena mengatakan Vincent mengira aku adalah pecundang yang memiliki perasaan padanya yang takkan pernah bisa dia balas. Urgh! Aku harus berhenti memikirkan itu!
Sebelum log off, aku mencari fanspage The Night Birds. Setelah loading, muncullah sebuah fanspage yang menampilkan foto professional Vincent dan Alexis. Tanpa pikir panjang aku lalu langsung menjadi salah satu likersnya.
Aku lalu menulis sebuah pesan di wall fanspage itu.
'Hi Vincent, kuharap kau tak akan masalah jika aku mendengarkan Band mu setelah Olive mengatakan kalau dia punya demo mu untuk Battle Of Bands. Mereka sangat keren dan membuatku terpesona. Khususnya lagu "Bruise", liriknya benar benar menyentuhku. Aku tak bisa menunggu lagi mendengarkan kalian menyanyikan lagu itu secara Live. All the best, Scotty'
Aku lalu memeriksa apa ada typo atau tidak, lalu aku menekan tombol send. Agak sedikit takut saat tau Vincent akan membacanya.. dan Alexis juga. Ha ha!
---
Sekitar jam 8, aku kembali bermain laptop. Saat ini aku bermain Scrabble Virtual bersama Olive dengan sebuah kotak pesan dibawah layar. Aku menceritakanya apa yang terjadi hari ini. Hampir semuanya. Terutama tentang Alexis. Laptopku kemudian mulai berdering dengan gilanya.
Ollywally : NO WAY!!
Ollywally : Dia melakukan APA?!!
Ollywally : Apa ke-psikopat-an ini tak ada akhirnya!??
Ollywally : apa kau baik baik saja?
Ollywally : SCOTTY!!!
Cara Olive mengetik tak jauh beda dengan caranya berbicara.
Scottydoesntknow : Ya, aku baik baik saja. Rasanya aneh saja,kenapa Alexis bisa cemburu seperti itu?
Ollywally : Mungkin karena Vincent BENAR BENAR menyukaimu?????
Itu diikuti dengan puluhan emoji hati dan ciuman.
Scottydoesntknow : mungkin.. Vincent mengatakannya tentang seberapa aneh aku dan Alexis menakut nakutiku karena Vincent terlalu sopan....
Ollywally : hmmm... mungkin...
Scottydoesntknow : Olly, DON'T SAY THAT!
Ollywally : Well, aku 90% yakin dia straight. Tapi sekarang jadi 75% persen yang artinya adalah berita gembira untukmu. Aku 85% yakin dia dan Vincent sudah melakukan itu , dan itu yang membuat Alexis cemburu. So.. bisakah kau mengerjakan pr matematikaku, tuan matematika?
Scottydoesntknow : Ha ha ha teman... kau anggap dirimu lucu? Senang rasanya bahwa yang kita tertawakan sekarang adalah HIDUPKU.
Ollywally : Your live is a MESS!!!
Dia tak perlu mengatakan itu padaku. Saat tanganku ingin membalas chat-annya Olive, ada suara dentingan di tab yang lain. Dari halaman facebookku.
'Vincent Hunter has requested to be your friend'
Aku terkejut. Apa ini mimpi indah!!!? Atau ini hanyalah tipuan jahat lainnya? Aku memeriksa profil yang ternyata sama dengan yang kulihat beberapa jam yang lalu.
Aku kemudian memencet 'accept' dan tak lama kemudian sebuah pesan muncul di berandaku.
"Yo Specs. Terimakasih sudah mendengarkan demoku. Aku senang kau menyukainya. Kuharap kau bisa datang ke show itu beberapa minggu lagi. Sampai bertemu lagi. V"
Untuk kedua kalinya aku terkejut. Dia MENGIRIMKANKU pesan?! Dan dia juga MENGUNDANGKU untuk datang!? God! Aku rasanya melayang sekarang! Rasakan itu Alexis Mae!!
Scottydoesntknow : Olly, kau pasti tak percaya siapa yang baru saja meng-add ku di facebook
Ollyway : bukan Alexis kan? Dia pasti akan kembali mengancammu lagi kalau begitu.
Aku lalu menyalin pesan dari Vincent dan lalu mengirimkannya pada Olive.
Ollywally : !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Kemudian aku dibanjiri oleh ratusan emoji yang membuat chatbox ku jadi crash.
Beberapa minggu selanjutnya, kekacauan hidupku agak sedikit mereda. Aku pergi ke kelas, aku menggosip dengan Olive (dia masih menanyakan tentang insiden Alexis waktu itu dan mencari tahu niat Vincent yang sebenarnya), dan pergi ke D.A.C . Meskipun Vincent nggak ikut, tapi kami masih menikmati hari kami kok.
Taylor Raven untuk sementara waktu berhenti mengangguku. Aku bahkan tak melihatnya lagi di kelas jum'at. Mungkin dia sedang latihan untuk pertandingan besarnya. Atau mungkin dia sedang sibuk memikirkan cara untuk kembali menyiksaku? Bagaimanapun juga aku tau ini masih belum berakhir. Tapi senang rasanya bisa sedikit relax dan mencatat di kelas Jum'at tanpa harus khawatir akan ditusuk lagi dengan kompas.
Dan Alexis, dalam beberapa kesempatan aku melihatnya di beberapa sudut sekolah dan melemparkan tatapan kesalnya padaku tapi dia tak sampai mengkonfrontasiku dengan kata kata psikopat seperti kemarin. Aku mengambil kesimpulan, mungkin Alexis mempunyai perasaan ke Vincent hanya saja tak terbalaskan dan dia lalu menyalahkanku. Lagian aku takkam membiarkan kata katanya mengacaukanku, setelah tahu Vincent lah yang ingin mencoba berteman denganku. Bicara tentang pesan di Facebook waktu itu, membuatku jadi senyam-senyum sendiri dan aku pastinya akan datang ke Battle Of Bands itu. Dia yang mengundangku kan? Aku ingin melihatnya beraksi dengan mata kepalaku sendiri! Hehe
Aku tak bicara lagi dengannya di Facebook. Dia jarang aktif disana, dan aku tak mau tampak seperti stalker gila yang mengirimkannya beratus ratus pesan yang menganggu. Sayangnya lagi, aku jarang sekali bertemu dengan Vincent di sekolah. Dia berada setahun diatasku dan schedule kami benar benar berbeda. Tapi bagaimanapun juga, aku secara tak sengaja pernah memiliki pertemuan singkat dengannya. Tiga kali. Dan aku ingat semuanya in the way orang yang sedang kasmaran lakukan...
--Pertemuan 1: (Kamis sore, di Reception Foyer)--
Kami bertemu saat aku dan Olive melihatnya dan Alexis berjalan di arah yang berlawanan. Vincent mengangkat tangannya padaku dan lalu kami melakukan high-five. Dia kemudian berlalu tanpa kata apapun dan aku tak mencuci tanganku lagi setelah itu.
--Pertemuan 2: (Senin pagi selanjutnya, tempat parkir sekolah)--
Waktu itu aku terlambat dan sedang berlari agar bisa datang tepat waktu ke kelas. Vincent sedang mencari cari spot parkir mobilnya yang berwarna hitam, dan kemudian menurunkan kaca jendelanya saat melihatku lalu membunyikan klakson mobilnya. Awalnya aku kaget, tapi aku tersenyum saat melihat orang dibalik kemudi itu. Mobilnya dipenuhi oleh musik yang meledak ledak tapi kemudian melunakkannya saat memanggilku.
"Oi Specs! Hurry Up! Udah jam 9.15 tuh!"
Aku kemudian tertawa. "Aku tau aku telat! Lalu alasanmu apa?"
Dia tersenyum. "Aku Vincent Hunter, aku selalu terlambat" dia lalu kembali membunyikan klaksonnya. "Come on chop chop! Orang pintar nggak telat ke kelas lho!"
Aku memberikannya gestur tangan kasar lalu kembali berlarian ke kelas. Aku bisa mendengarnya tertawa keras di belakang.
--Pertemuan 3: (Kamis pagi, Dibawah pohon favorit Vincent dihalaman)--
Saat aku sedang menuju kelas, aku mendengar alunan melodi dari Vincent. Jadi aku memutuskan untuk menghampirinya, sekedar mengucapkan 'halo' mungkin?
"Hi. Kau tak ada kelas sekarang?"
Dia mendongak dengan senyum malasnya padaku lalu lanjut bermain. "Sampai sore ini sih nggak ada. Jadi aku latihan saja disini daripada dirumah"
"Apa tidak dingin?" Tanyaku. Waktu itu agak dingin, karena hujan terus terusan dari malam harinya.
"Nggak juga" jawabnya sambil mrngangkat bahu. Dia kembali memainkan not not nya dan mendongak padaku. "Kau datang kan ke Battle Of Bands?"
Jantungku kemudian berdetak dengan riangnya. "Pasti!"
Vincent tersenyum lagi. "Cool. Aku ingin tahu bagaimana pendapatmu tentang set nanti, kau harus jujur"
"Aku janji aku akan jujur" Jawabku. "Tapi aku juga akan mengatakan jelek lho"
Aku tak percaya saat ini sedang berdiri didekat Vincent, menggodanya. Jika seseorang mengatakan situasi ini akan terjadi beberapa tahun yang lalu, maka untuk satu milyar tahun kedepanpun aku takkan percaya.
"Aku sudah berlatih dengan Alexis" balasnya dengan tawa. "Jadi kalau jelek,pasti karena kurang latihan"
Secara tak langsung aku jadi merasa kesal karena dia menyebut nyebut Alexis. Aku tak mau berpikir dia dan Vincent itu pacaran, karena pasti konyol dan menimbang mereka juga berada didalam band yang sama. Aku kemudian mencoba untuk menyembunyikan ketidaksukaanku padanya.
"Oh iya,kalau kalian menang kalian harus tampil di showcase berikutnya kan?" Sebuah pengalihan topik yang sempurna. Bravo.
"Ya. Pasti keren kalau kami menang" balasnya. "Kami akan tampil di final kompetesi didepan orang orang A&R dan beberapa orang lainnya. Itu akan jadi batu loncatan bagi kami di industri musik. Karena jika tidak dengan musik, aku tak tahu lagi harus kuapakan hidupku"
Dia lalu tertawa sedikit berputus asa. Aku tak yakin aku merespon seperti apa. Aku tak prrnah memikirkan masa depan Vincent dan membayangkan kami akan berpisah suatu hari nanti,... hmm.. aku tak suka.
"Hey Specs" Katanya menyentakkanku dari lamunan. "Kau akan terlambat LAGI. Apa kau sudah jadi troublemaker sekarang?"
Aku melihat jam tanganku. "Oh, shit. Kau benar. Aku sebaiknya lari!"
Jika aku adalah orang yang berbeda, mungkin aku akan tinggal dan bicara lebih lama dengannya. Aku tak ingin ketinggalan apapun di kelas. Meski Taylor sudah membuatku banyak ketinggalan, tapi aku tak akan membiarkan orang yang kutaksir juga membuatku seperti itu. 'Gebetan'ku tersebut lalu mulai menggila dan Dear God, semoga saja dia tak menyadari seberapa suka, BENAR BENAR BENAR BENAR suka aku padanya....
Dia mulai bernyanyi dengan suara bodoh yang dibuat buat.
"Oh Scottyy.. Scottyy,.... he thinks he's such a bad boy,... but he's a notty nottyy,... he's Mrs. Springston favourite tooooooyyyyy...."
"Jangan. Sampai. Ter. Gang. Gu" bisikku sendiri sambil berlari dan bertekad tak menoleh kebelakang. Meski rasanya menggoda sekali.
----
Semenyenangkan apapun pertemuan singkatku dengan Vincent, itu tak bertahan lama sampai kemudian hidupku kembali berjalan seperti biasa. Minggu selanjutnya, notes dari Taylor kembali muncul. Dia baru saja memenangkan pertandingannya dan semua orang saat ini memujinya. Tapi dialah penyebab hidupku terasa seperti di neraka.
Mungkin dia menemukan cara mengirimkan notes seperti ini adalah trick yang lebih efektif dan tak akan terlihat begitu mencolok. Notes pertama kutemukan didalam tasku (aku bahkan tak sadar). Waktu itu aku sedang berada di German Class dan aku menemukan notes itu menempel diatas kotak pensilku. Kubuka gulungan kertas itu dengan hati hati dibawah meja.
'Bagaimana tanganmu, Scotty? Apa aku membuatnya berjejak? Kupikir aku akan memberikannya pasangan baru..'
Sekujur tubuhku merasa seperti tersentrum saat membaca kata kata itu. Aku tak tahu bagaimana Taylor bisa memasukkan note ini kedalam tasku. Kupikir dia terlalu sibuk dengan latihannya, ternyata dia hanya membuatku merasa aman saja dan kembali menakutiku. Dan itu. Luka ditanganku yang ditusuk kompas itu sudah hampir sembuh, tapi masih agak sakit. Lagian kalau kau lihat lagi lebih dekat, maka kau akan tau seberapa dalam kompas itu menembus kulitku. Aku pastinya tak mau mendapati luka yang sama.
Aku kemudian meremukkan kertas itu dan melemparnya ke tong sampah. Aku mencoba untuk menghiraukannya. Note selanjutnya datang saat aku sedang belajar di perpustaka. Note itu diantarkan oleh salah satu Braindead Baker muda. Dia meletakkannya diatas meja tempatku sedang belajar. Kertasnya dilipat.
"Taylor minta maaf karena tak bisa berada disini. Tapi dia akan segera menemuimu"
Aku mendongak untuk mencerna apa yang sedang terjadi. "Maaf, Apa?"
Billy tak menjawab dan langsung pergi keluar kelas. Kertas itu menatapku dengan kesal. Aku lalu membukanya dengan tangan yang gemetaran.
'Apa yang pendek, bodoh, dan ditutupi oleh memar? Scotty Williams'
Seisi ruangan mendadak jadi berputar putar, yang bisa kulakukan hanyalah menahan diri untuk tidak pingsan. Note ini terlalu kekanak-kanakan dan ditulis hanya untuk mengintimidasiku. Bukan karena Taylor sedang mencari celah untuk bisa mengahajarku lagi. Aku tak kan membiarkan itu terjadi. Otakku memerintahkanku untuk tetap tenang, tapi yang ada hanya ancaman kosong. Tapi sebagian tubuhku bereaksi tidak biasa,.... rasanya sangat mengerikan membaca sesuatu yang ditulis untukmu. Taylor tahu cara untuk mengerjai dan menyakitiku tanpa disadari orang orang.
Semakin lama semakin banyak note yang muncul dan yang lebih mengesalkan tak satupun yang dikirimkan oleh Taylor. Itu semakin membuat keadaan menjadi semakin mengerikan. Seperti, anak buahnya ada dimana mana dan tinggal menunggu waktu saja sampai dia menerkamku.
Di tas, di meja, di buku,..... selalu di saat saat aku sedang sendiri.
'Apa kau sudah waspada? Pastinya'
'Jangan lupa, aku punya banyak telinga dan mata dimana mana'
'Poor Scotty, tidakkah kau suka dengan semua note ini? Kau tau aku bisa melakukan yang lebih parah kan?'
Mungkin Braindead Baker Boys tidak tahu dan tak mengerti dengan pesan pesan yang dikirimkannya. Tapi aku mengerti. Aku harus menutup mulutku tentang masalaluku dengan Taylor. Kupikir karena dia adalah bintang tennis sekolah jadi dia takut dengan fakta yang akan terungkap. Rasanya benar benar bodoh saat dia malu dengan orientasi seksualnya sendiri. Aku seharusnya menertawakannya. Tapi dia berhasil. Dia berhasil membuatku tak tidur. Aku pastinya tak bisa memberitahu Olive tentang ini. Yang bisa kulakukan hanyalah mencoba dan bersikap normal.
Hari kamis aku kembali mendapatkan satu lagi pesanan spesial, kali ini menempel di punggungku waktu aku sedang berada di koridor di kerumunan orang orang. Aku tak tahu apa Billy, Bobby, Patricia atau Taylor sendiri yang melakukannya. Aku baru sadar saat aku sudah jauh dari kerumunan orang orang. Aku melepasnya dari punggungku dan kemudian membacanya.
'Aku sudah mengatakan padaku untuk berhati hati. Kau tidak melakukannya dengan baik. Satu langkah dan kau akan menyesal. Berhati hatilah, aku bisa saja menghancurkanmu'
Sekujur tubuhku bergetar membacanya, yang satu ini benar benar kelewatan. Aku merasa lebih sakit daripada membaca pesan pesan kejam lainnya. Faktanya aku merasa dibunuh. Dan dihantui. Dadaku tiba tiba terasa sesak dan nafasku terhenti ditenggorokanku.
Aku mendengar seorang wanita dari Year 8 memanggilku dari seberang hallway. "Hey, apa kau baik baik saja disana?"
Suaranya terdengar hilang hilang timbul. Aku mencoba menahan tanganku didinding, mencoba untuk tetap berdiri. Aku terkena serangan panik dan susah untuk bernafas. Cewek itu kembali memanggilku, kali ini lebih keras.
"Seseorang! Tolong! Ada siswa Sixth Former yang tak bisa bernafas disini!"
Aku kemudian jatuh memunggungi dinding, note itu terjatuh dari tanganku. Orang orang mulai mengerubuniku, tapi semuanya mendadak jadi gelap.
Paru paruku terasa sakit, dan kemudian aku mendengar suara yang familiar dari keramaian.
"Scotty? SCOTTY!!!!"
Semuanya jadi gelap. Aku baru saja akan pingsan dan aku takut.
"MENYINGKIR!!! ITU TEMANKU! PERGI!!!"
Kerumunan mulai berkurang. Dan ada, secercah cahaya didalam kegelapan yang kulihat.
"Vi.. Vin.. Vinc.." aku tak bisa mengucapkan kata itu.
Dia kemudian jongkok dan mendekat padaku, melingkari tangannya di bahuku.
"It's Ok... aku disini.. bernafaslah..."