It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@lulu_75 ho oh. kebangetan tuh orang. mau nakut nakutin Scotty pakai terror kayak gitu segala. Huh
@adamy semuanya dari Taylor kok. dia ngirimnya melalui orang orang suruhannya. Dia kan seleb sekolah. Masa sih bawahannya cuman Braindead Baker doang? Ya ngga? Itu asumsi gue doang sih.
@Alvin21 besok dilanjut yah
Perlahan namun pasti, udara mulai memenuhi paru paruku. Aku kembali bisa merasakan sekitar dan tiba tiba melihat orang orang berkerumun disekitarku. Aku jelas sekali telah menarik perhatian orang orang. Lalu aku kemudian mendrngar beberapa orang menghela nafas lega.
"Phew! Dia baik baik saja"
"Bukankah dia sahabat si Head Girl? Seseorang harus memberitahunya!"
Aku mengedipkan mata beberapa kali. Seseorang mengusap usap punggungku berulang ulang dan rasanya benar benar membantu. Aku mendongak untuk melihat Vincent yang sedang menatapku khawatir.
"Hey Scotty, agak baikan?"
Dialah yang mengusap usap punggungku dan seperti kembali menuangkah roh ke tubuhku.
"Yeah... begitulah.. aku tak tahu apa yang terjadi..."
Vincent menatapku tepat dimata, memeriksa setiap inchi mataku memastikan bahwa aku aman. "Ok, apa kau bisa berdiri? Biar kuantar kau ke UKS"
Aku mengangguk lemah. Energiku benar benar terkuras habis. Vincent berdiri dan lalu membentak orang orang.
"Aku akan mengantarnya ke UKS, MINGGIR!"
Tak ada yang melawan Vincent. Semua orang langsung bubar sambil berbisik bisik karena telah menyaksikan kejadian tak biasa. Mungkin tak ada yang menyangka Vincent akan jadi orang pertama yang menolongku tadi.
Tangannya melingkariku lalu membantuku berdiri. Dengan mudahnya mengangkat badanku dengan bahunya. "Kau bisa bersandar padaku kalau mau. Jangan terlalu memaksakan diri"
Jujur, aku gemetar karena senang bisa bersama Vincent semisal nanti aku jatuh lagi. Sesaat sebelum pergi, aku sadar bahwa aku meninggalkan tasku. Aku kemudian berbalik dan menjangkau nya.
"Hey, biar aku yang ambilkan" kata Vincent. Dia membungkuk lalu mengambil tasku, notebookku yang berserakan di lantai,... lalu,. Huh. Note itu?! Note dari Taylor itu! Tadi aku menjatuhkannya disampingku saat aku pingsan!
Aku tak bisa membiarkan Vincent melihatnya! Aku kemudian mengayunkan tanganku mengambil barang barangku. "It's OK Vincent,... biar aku saja"
"Specs, biar kubantu" Paksa Vincent. Dia lalu meraih notebook ku dengan tangan kirinya sedang tangan kanannya masih membopohku. Aku tak bisa berbuat apa apa lagi kecuali bersandar di bahunya dan membiarkannya mengantarku ke UKS.
---
Aku sedang duduk diatas kasur sambil minum air putih di UKS ketika Olive datang tergesa gesa dan langsung berhamburan.
"Scotty!!! Aku dengar apa yang terjadi, apa kau baik baik saja?! God!! Aku tak percaya ini terjadi!"
Dia langsung memelukku dan hampir membuat air dalam gelas yang kupegang tumpah. Aku kemudian membalas pelukannya. Erat.
"I'm OK... cuman serangan panik kok"
"Apa yang terjadi? Kau tak mungkin kan pingsan begitu saja? Aku cemas sekali waktu mereka bilang kau pingsan"
Aku melepaskan pelukannya. "Aku memang pingsan... untung ada Vincent yang menolongku"
Aku mengangguk sambil menoleh pada Vincent. Dia sekarang sedang berdiri didepan jendela sambil melihat keluar, sedang tangannya memegang note dari Taylor dan aku berharap semoga dia belum membacanya. Karena dia punya banyak kesempatan untuk membacanya waktu petugas memeriksaku tadi.
Olive kemudian menghampirinya. "Vincent, terimakasih ya. Semua orang membicarakan betapa pahlawannya kau hari ini. You saved the day!"
Vincent kemudian tersenyum. Tapi tidak dengan matanya. "Bukan apa-apa"
"Tidak!" Pekik Olive. "Kau telah menenangkan Scotty dan membawanya kesini. Orang orang di sekolah belum tentu mau melakukan itu. Itu bukannya 'bukan apa apa'!" Dia kemudian menoleh padaku. "Scotty! Kenapa kau bisa pingsan seperti itu?"
Aku tak tahu harus memberikan respon seperti apa dan malah berpura pura minum. Dia lalu duduk disampingku dan meresmas bahuku. "Apa karena Taylor? Apa dia menganggumu? Katakan saja...."
Dia berbisik padaku, tapi aku malah melirik Vincent, apa dia dengar? Dia masih melihat keluar jendela dan itu membuatku sedikit gugup. Apa dia tau?
"Aku juga nggak tahu..." bohongku. "Mungkin karena aku terlalu stress... dan hallway terlalu ramai,... dan aku kemudian pingsan begitu saja... mungkin aku hanya butuh istirahat"
Perawat UKS lalu datang menghentikan pembicaraan kami. Dia meletakkan telapak tangannya ke dahiku. "Sepertinya suhumu sudah kembali normal, Scotty. Serangan Panik bisa disebabkan karena banyak hal, terutama karena stress. Jika kau merasa tertekan sekarang,... karena tugasmu.... karena sekolahmu.... mungkin sebaiknya kau ceritakanlah pada guru BK"
Aku tak bisa membayangkan curhat dengan Miss Springston. Ya, Miss. Aku mengencani bintang tennis sekolah dan dia mengancamku jika aku mengatakannya pada seseorang. Oh dan saat ini aku benar benar sedang naksir pria terkuat di sekolah ini dan aku tak yakin dia juga suka lelaki. Dan teman baiknya juga ingin membunuhku. Bisa kau beri aku saran?
"Ya, aku akan bicara dengannya nanti" kataku patuh. Perawat tersebut kemudian tersenyum puas lalu melihat Vincent dan Olive.
"Ok, guys. Teman kalian sudah baikan sekarang. Kalian bisa kembali lagi ke kelas. Aku akan membuatnya baikan nanti sebelum memulangkannya"
"Oh Scotty!" Teriak Olive sambil memelukku lagi. "Apa kau akan menelfon ibumu untuk menjemputmu? Atau kau ingin kuantarkan pulang setelah kelasku usai? Aku akan meng-cancel D.A.C hari ini dan mengantarkanmu"
Saat aku ingin merespon, sesuatu yang aneh terjadi. Vincent yang daritadi hanya diam tiba tiba langsung berjalan keluar UKS. Perawat yang tak sengaja ditabraknya dan saat ini memanggilnya tak ia hiraukan. Dia berlari menuruni tangga ke koridor. Barang barangku yang dari tadi dibawanya ia tinggalkan disudut ruangan. Kecuali... note dari Vincent. Apa dia melihatnya? Apa yang terjadi?
Olive tampak benar benar ketakutan. "Ada apa dengannya? Apa yang terjadi?"
Perawat kemudian dengan bingungnya menoleh padaku meminta penjelasan. Aku cuman bisa mengangkat tangan dan berkata, "a.. aku.. aku tidak tahu"
Vincent tampak sangat emosi saat dia lari tadi, aku tak bisa menjelaskannya dengan jelas. Dia cuman melihat keluar jendela selama beberapa saat, tak ada yang spesial di luar sana (kecuali kalau petugas kebersihan juga masuk hitungan), diluar hanya ada halaman, dan....
"Lapangan tennis..." gumamku setengah terkejut. Kupikir aku tau apa yang dikejar Vincent. Olive menatapku dengan bingung sedang aku bersiap untuk pingsan lagi.
Aku memaksa diriku bangkit dari kasur ke jendela. Itu dia. Taylor Raven. Baru saja keluar dari kelas dengan barang barangnya. Dia sedang berjalan kembali ke lapangan bersama teman temannya yang tak kukenal, tentu saja teman teman sepermainannya.
Olive berdiri disampingku didepan jendela. "Kenapa dengan lapangan tennis? Apa yang Vincent cari disana?"
Saat aku ingin menjawab pertanyaannya, sebuah teriakan terdengar dari luar jendela. Lapangan tennis sangat jauh dari UKS, tapi suaranya terdengar sangat jelas.
"OI.RAVEN!! RAVEN!!"
Kemudian, aku melihat Vincent berlari dengan cepatnya seperti cheetah ke arahnya. Aku bisa melihat note dari Taylor menyempil sedikit keluar dari saku belakang jeans nya. Aku mulai merasa perutku mual lagi.
Olive mendorong tubuhku sedikit untuk dapat melihat denga jelas. Sedang perawat itu kemudian juga berjalan dan mendorongku untuk melihat apa yang terjadi. Aku berdiri di tengab tengah dua orang wanita ini melihat ke lapangan dengan bodohnya. Olive membuka kaca jendela hingga kami bisa mendengar semua suara dari luar seperti kami sedang berada di pinggir lapangan.
Taylor berhenti dan menoleh pada Vincent yang sedang berlari kearahnya. Dia terlihat kesal melihat Vincent yang meneriakinya, seriously, seisi sekolah takut mendengarnya berteriak dan berlarian ke arahnya. Tapi Taylor sepertinya sama sekali tidak takut.
"Kau bicara padaku?" Teriaknya lewat pagar lapangan.
"Kau tahu pasti aku sedang bicara padamu!" Teriak Vincent balik. Dia kemudian langsung masuk kelapangan. Mr. Ecclesfield meneriakinya untuk keluar, tapi Vincent tak peduli dan langsung mencekik Taylor.
"Kau pikir kau sangat tak tersentuh, huh?" Bentak Vincent padanya. "Kau cuman tukang bully yang tak tau kapan untum diam!"
Semua orang ketakutan. Begitu juga dengan Mr. Ecclesfield. Taylor, kemudian tertawa didepan wajah Vincent.
"Aku tak tahu ini tentang apa. Tapi kau menghancurkan permainanku. Enyahlah!"
Vincent kemudian menarik kerah baju Taylor. "Kau tahu ini semua tentang apa. Sebaiknya kau hentikan ini kalau kau masih ingin hidup!"
Taylor tampak agak ketakutan, tapi dia berusaha menyembunyikannya. "Mari kuingatkan dulu kau, ayahku yang membantu pembangunan sekolah ini. Jika kau berani menyentuhku, kupastikan kau beserta sampah lainnya akan langsung dikeluarkan dari sekolah ini..."
Aku tak perlu melihat seringai puas di wajah Taylor. Yang dimaksudnya dengan sampah pasti aku. Satu langkah keliru dan dia pasti akan membuat kami semua menyesalinya. Kuharap Vincent mau meninggalkannya saja.
Disampingku, Olive menutup mulutnya. "OH MY GOD!! Apa yang sedang dia lakukan!"
Sekarang Vincent menyeret Taylor keluar lapangan dengan mencengkram kerah belakang bajunya. Mr. Ecclesfield meneriaki mereka untuk berhentk bertengkar, sedang beberapa teman-temannya mencoba untuk melerai meski takut, tapi Vincent mendorong mereka dan menyeret Taylor keluar dari lapangan.
"Kau suka merendahkan orang orang, huh?" Teriak Vincent kini. "Mungkin sekarang saatnya giliranmu!"
Dia melempar Taylor ke atas rumput hijau, membiarkannya mengaduh. Taylor tampak ketakutan. Dia mencoba melarikan diri, tapi Vincent menahannya dengan kaki. Taylor mungkin kuat dan berbadan atletis, tapi Vincent jauh lebih tinggi dan jauh lebih kuat darinya.
"Satu satunya sampah disini adalah kau" lanjut Vincent. "Look, kalau kau sekali lagi berani menganggu orang orang yang ku sayangi, AKAN KUBUAT KAU MENYESALINYA!!"
Itu terjadi begitu saja, sebuah kain pel dan ember di tepi lapangan yang ditinggalkan oleh petugas kebersihan . Benda benda itu selalu ditinggalkan disana sehari harinya dan yang terjadi selanjutnya lebih mengejutkan. Vincent mengambil ember ini, lalu menyiram Taylor dengan air kumuh yang ada didalamnya, membuatnya basah dari kepala sampai kaki.
Mr. Ecclesfield kemudian datang. "MR. HUNTER. KANTOR KEPALA SEKOLAH. SEKARANG!!"
Vincent tak mengatakan apapun. Dia kemudian menendang ember yang sudah kosong itu kearah Taylor yang membuat Mr. Ecclesfield semakin marah.
Taylor masih tampak terkejut diatas tanah. Air kumuh menetes jatuh dari rambutnya. Teman temannya lalu datang menghampiri, tanpa sedikitpun berani memeriksa lukanya.
Di UKS, Olive dan perawat itu menatapku dengan horror. "Scotty, apa apaan itu!?"
Aku tak tahu harus mengatakan apa pada mereka.
"Aku merasa tak sehat... sebaiknya aku kembali tidur......"
Aslinya itu note dari Taylor
But I'll still read this one. It's interesting to see others' perspective.
taylor pasti dibebaskan dari hukumannya.
yeaah sekali kali taylor memang perlu dibalas. gw pikir malah vincent tau kejadian sebenarnya dan mau dibeberin saat itu juga waktu dia bilang ini mungkin giliranmu. gak taunya cuma disiram. bahaya nih buat scooty
berharap vincent mulai saat itu jd ngelindungin scooty. tp susah juga karena selalu ada alexis