It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Dua minggu kemudian berlalu. Aku selalu menghitung hari hingga masa skorsing Vincent berakhir dan aku bisa melihatnya bermain diatas panggung. Dan tak terasa, Battle Of The Bands akan diadakan dalam minggu ini saat dia kembali lagi ke sekolah. Olive sangat sibuk mengurus itu. Karena kesibukannya inilah, kami sangat jarang bisa bertemu. Tapi kapanpun kami bertemu (kami selalu berusaha), yang kami bicarakan hanya tentang hal hal terhangat.
Aku tak bisa menunjukkan Olive tentang pesan Vincent kemarin tentang Taylor. Aku mengatakannya tentang itu dengan versi yang telah kuedit tanpa memasukkan Taylor, karena Vincent juga mencemaskanku. Dan juga bagian Vincent yang akan melindungiku. Oh dan tentu saja kami bersyukur dia dan Alexis bisa kembali lagi ke Battle Of The Bands. Aku bisa melihat mata biru Olive bahagia saat kuceritakan kepadanya.
"Blimey Scotty!" Katanya. "Mungkin cowok ini benar benar menyukaimu!!"
"Jangan ngomong seperti itu..." Balasku. "Aku ngga ingin jadi 'ngarep' nantinya. Kan aku sudah cerita masalah Alexis yang mendatangiku.. dan dari semua yang dia katakan.. aku yakin kalau Vincent itu menyukai cewek, bukan nerdy sepertiku"
Olive melipat tangannya. Sekarang kami sedang berada di conservatory sambil meminum flavoured tea dan mendengarkan suara hujan dari jendela. "Kau tak tahu apa yang terjadi diantara mereka. Lagian sekarang mereka ngga pacaran kan? Dan lalu kenapa dia selama ini sangat cemburu padamu? Mungkin dia cuman menginginkan itu semua terjadi. Awalnya aku tak percaya Scotty, tapi semua buktinya mengarah padamu! Vincent menyayangimu! Itu fakta yang tak terbantahkan!"
Fakta yang Olive yakinkan bahwa Vincent menyukaiku membuat hatiku jadi.. ya.. entahlah. Dia selalu skeptis tentang kami berdua, jadi jika dia percaya kalau dia menyagangiku..., well mungkin itu benar. Soalnya dugaan Olive tak permah salah.
Opini tentang Vincent yang mungkin memiliki perasaan yang sama denganku membuatku merasa hangat dan melayang layang. Dalam sekejap, aku berubah dari anak penakut yang mengalami serangan panik di hall menjadi sosok baru yang sangat percaya diri. Aku berjalan dengan kepala tegak keatas, tak mempedulikan orang lain. Aku tak mengirim balasan yang aneh aneh lainnya selain 'Thanks' padanya waktu itu. Aku tahu aku bisa kapanpun berbicara padanya jika aku mau, dan itu sudah lebih dari cukup.
Awalnya, aku ingin tetap menyimpan semua percakapan kami di Facebook, tapi aku juga tak mau jadi tampak terlalu needy. Jadi kupikir aku akan tetap menyimpannya sampai dia kembali sekolah, hingga aku bisa berbicara dengannya face to face. Aku memutuskan untuk akan menjadi lebih pro-aktif saat dia kembali nanti. Dia telah memberikanku kode dan mungkin ini saatnya beraksi. Mungkin aku akan mengajaknya untuk hang-out nanti keluar, dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku mungkin selalu takut tadinya. Tapi sekarang adalah waktunya bagi aku yang baru.
Aku dan diriku yang baru lalu kembali ke sekolah tanpa harus mencemaskan Taylor Raven lagi. Aku sudah siap dengan apapun yang akan dia lakukan padaku. Aku sudah membayangkan dia akan memulai kenakalan yang baru setelah apa yang terjadi, however dia menjadi pendiam setelah insiden air kotor itu. Kapanpun kami berpapasan di koridor, dia menundukkan kepalanya dan berjalan melewatiku. Mungkin bisa dibilang dia menghindariku. Dia menjadi bahan tertawaan semua orang, tapi aku yakin itu tak akan bertahan lama. Saat dia kembali lagi kedalam lapangan tennis untuk laga selanjutnya, semua orang akan kembali menyayanginya. Dan kemudian tak akan diragukan lagi dia akan menjadi percaya diri lagi. Sekarang dia akan berpikir dua kali untuk mendekatiku karena dia tau Vincent berpihak padaku.
Dan Alexis, aku tak pernah melihatnya lagi selama dua minggu kemudian. Mungkin dia tau kalau aku dan Olive lah yang mengurus semuanya agar mereka bisa kembali lagi ikut ke kompetisi, dan dia belum bisa menyiapkan dirinya untuk berterimakasih pada kami. Pernah sekali aku melihatnya, pagi itu dibawah pohon tempatnya dan Vincent biasa duduk, tentu saja aaat ini dia sendirian. Aku mencoba untuk mencuri perhatiannya dan mengajaknya bicara. Bagaimanapun juga dia adalah sahabat Vincent dan aku berusaha untuk berdamai dengannya. Dia malah mengacuhkanku dan langsung berpura pura membaca buku. Aku tak masalah menyapa duluan walau sepertinya dia tak akan menerimaku di dunianya. Sepertinya dia belum siap untuk menerima pertemananku dengan Vincent, tapi itu bukan masalahku. Dia harus menerimanya! Aku takkan mundur, apapun responnya.
Satu satunya yang mengkonfrontasiku dan Olive selama 2 minggu ini adalah pacarnya Taylor yang kayak kuda. Taylor tampak cuek dengan semua obrolan orang tentang insiden tersebut, tapi pacarnya malah berkoar koar. Dia sangat marah saat mendengar Vincent kembali mengikuti Battle Of The Bands, dia kemudian menyampaikan aspirasinya sekeras mungkin, dan sesering mungkin.
Dia tiba tiba duduk di meja makan siang kami sore itu di Cafetaria. Dia menatap Olive lekat lekat, hidungnya bahkan sampai mencolek sandwich yang dimakan Olive.
"Apa yang terjadi dengan kompetisi Battle Of The Bands!? Kenapa Vincent bisa berada di antara nama nama itu lagi!? Dia tukang bully dan preman di sekolah, dia sudah sangat kejam pada Taylorku sayang! Seharusnya dia sudah DIKELUARKAN! Aku mau dia didiskualifikasi SEGERA!"
Olive kemudian meletakkan sandwichnya dan menoleh pada Patricia. "Itu keputusan Mrs. Patrick. Kau keberatan? Bicarakanlah dengannya"
Patricia mengepalkan tinjunya. "OKE! Benar benar sangat tidak pantas bagi orang sepertinya mewakili Havensdale dalam hal apapun! Ini semua pasti ada hubungannya denganmu dan teman homomu di sebelah sana kan?!"
Dia menunjukku dengan kasar. Aku mengangkat sebelah alis ketika mendengar perkatannya. Well, kira kira seperti apa ya ekspresinya kalau tau pacarnya yang tersayang itu pernah meniduri 'teman homo' Olive ini?
"Jangan berani beraninya kau gunakan bahasa seperti itu di sekolah ini!" Gumam Olive. "Kau makhluk yang menjijikkan. Terima sajalah dan ENYAH!"
Patricia berdiri, dengan kemarahan yang tampak jelas. "Hal semacam ini takkan pernah terjadi jika akulah Head Girl nya! Aku akan membuat ini menjadi tugasku untuk menghukum siapapun yang pantas, tidak memberikannya penghargaan! Taylor mengalami trauma akibat apa yang brengsek itu lakukan padanya! Skorsing dua minggu saja tidak cukup!"
Olive tersenyum sarkas. "Oh, come on. Dia itu big boy disini. Dia pasti bisa menerimanya"
"Aku memboikot acara ini!" Pekik Patricia. "Dan aku akan mengajak semua temanku untuk melakukan hal yang sama! Kau tahu aku punya banyak teman kan? Dan saat aku selesai, kau pasti akan menyesal! Rasanya pasti nggak akan bagus kalau di Riwayat Hidupmu nanti tertulis 'gagal menjalankan acara', huh? Kau mau?"
Dengan seluruh kepercayaan diriku, aku kemudian bersuara. "Oh, Olive. Kira kira berapa yah tiket yang sudah terjual? Aku lupa nih"
"Oh,cuman beberapa ratus" Olive tersenyum. "Faktanya, semua tiketnya SUDAH HABIS! Patricia pasti akan sangat membantu kalau nanti ngga datang. Soalnya disana kan banyak sekali yang datang..."
Patricia kemudian mengerang frustasi dan melangkah keluar Cafetaria dengan kesalnya.
"DADAAAHHH PATRICIAA!" teriak Olive padanya.
"BYEE BYEEE!!!" Tambahku. Kami berdua lalu berdiri dan melambaikan tangan padanya. Dia semakin kesal dan kembali mengerang.
----
Saat minggu kompetisi itu datang, aku benar benar excited sampai rasanya jadi susah mengontrol diriku sendiri. Aku tak sabar ingin melihat dan mendengar Vincent bernyanyi secara langsung dan akhirnya bisa bicara langsung dengannya setelah apa yang terjadi. Aku tak pernah menyukai band sebelumnya. Faktanya, aku juga tak pernah pergi ke acara seperti ini. Ini seperti, aku yang baru.
Di sekolah, aku tak henti hentinya melihat hallway. Aku tau dia akan kembali sekolah. Tapi susah untuk menemuinya karena perbedaan jam kami. Sebagian diriku memilih untuk tak bertemu dengannya sekarang sampai bisa menemukan waktu yang sempurna saat kompetisi. However, aku sudah hampir setengah minggu aku tak melihatnya dibawah pohon itu. Akhirnya kini aku melihatnya. Dia sedang memainkan gitarnya disana seperti biasanya, sedangkan aku seharusnya berada di kelas seperti biasanya. Aku kemudian berjalan menghampirinya.
"So.. si troublemaker sudah kembali" kataku dengan senyuman.
Dia mendongak, agak terkejut dengan kedatanganku. Lalu memberikanku senyuman yang bisa melelehkan hati. "Hey Specs, aku bertanya tanya kapan kau muncul"
Aku tertawa. "Bagaimana rasanya bisa kembali lagi?"
"Oh God, aku rindu semua tugasku" balasnya. "Kuharap aku tak menghancurkan ulanganku"
Sekarang aku merasa buruk. "Maaf..."
Vincent bergumam. "Jangan minta maaf. Tak ada yang perlu kau minta maafkan. Itu semua salahku"
Aku benar benar ingin duduk disampingnya sekarang, tapi aku tak bisa. Tidak jika aku ingin menghancurkan ulanganku. "Aku tak bisa mengobrol sekarang, aku hanya ingin mengatakan 'Hi'. Sampai jumpa hari Jum'at!"
Vincent kemudian memetik gitarnya. "Bagus! Pasti akan keren. Kau harus mengatakan padaku bagaimana set kami, kau harus jujur!"
"Aku sudah janjikan akan melakukannya?" Kataku teringat janji yang sama saat percakapan kami terakhir kali.
Vincent lalu melepaskan gitarnya dan kemudian merogoh tasnya. "Tunggu, kucatat dulu nomormu. Kau bisa mengirimku SMS setelah show nya agar kita bisa bertemu"
Dia mengatakannya dengan sangat kasual tapi kata kata yang meloncat keluar dari mulutnya itu membuat ku merasa seperti kembang api yang akhirnya sukses meledak. Dia mau.... nomorku?! Apa ini bercanda!?
"O.. OK" Gugupku. Aku meraih ponselnya dan kemudian dia memasukkan namaku kedalam contact listnya.
"Biar kuSMS dulu agar kau tahu nomorku" katanya sambil memencet tombol tombol lagi.
Tak berapa lama ponselku berdering dan aku langsung memencet pesan dari Vincent.
'Cepat ke kelas sebelum aku suruh'
Mulutku jadi shock sendiri. Vincent kemudian memberikan senyumnya.
"Pergilah Specs,jangan jadi nakal. Aku mulai jadi pengaruh buruk bagimu"
Wajahku memanas saat berjalan kembali ke kelas, tawa Vincent menggelegar dibelakangku layaknya melodi lain yang indah.
i do love it.......
i do love it.......
@lulu_75 yaaay Scotty! You are AWESOME!
@putrafebri25 hmm hmm.. kalau gue bilang sekarang entar malah ga seru lagi. Intinya sih.. Scotty naksir Vincent
@Zhar12 yaoloh gue dipanggil mbah. masih 17 tahun cyiiin
@lucifer5245 have you read the original one?
@harya_kei ouh yeaaaah