It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
lanjut... seneng bngt si Alfa telponan sma Arsya
lanjut... seneng bngt si Alfa telponan sma Arsya
@Aurora_69 *Alfa : udah kebiasan banget dia error kayak gitu *gampar
Makasi. Pantengin terus, ya?
siip deh
BAGIAN #3
Aku hampir saja lupa dengan kelasku sendiri. Jadi aku pamit pada Arsha karna mau balik ke kelas. Dia bilang makasih padaku karna udah bantuin dia piket. Dengan semangat 45 aku berjalan cepat menuju kelasku di bangunan paling utara di lantai dua. Aku lumayan ngos - ngosan juga buat naik ke lantai dua. Aku masuk ke kelas dan beruntung belum ada guru yang datang. Aku segera menuju bangkuku dan duduk disamping Jimmy yang menatapku pangling.
"Tumben telat"sindirnya padaku.
"Aku nggak telat, kok. Cuma lagi ada misi aja barusan"kataku sambil mengumpulkan nafasku. Kelihatan banget kalo aku itu jarang banget olahraga.
"Alah sok - sokkan aja lu. Misi apaan emangnya?"tanyanya tanpa minat.
"Misi proyek cinta gue"kataku semangat.
"Ohhh"Jimmy cuma menyahut singkat. "Terus gimana? Berhasil?"
"Belum tahu juga, sih"sahutku polos.
"Belum tahu? Jadi lu nggak yakin kalo usaha lu itu bakal berhasil?"
"Yakin, sih, yakin. Tapi, ya itu, prosesnya yang masih panjang"balasku padanya.
"Gue heran sama elo. Kenapa, sih lo mau ngambil cara serumit ini?"tanyanya padaku. Itu pertanyaan paling sering ditanyain Jimmy padaku kalo sudah menyangkut masalah percintaanku. Dibandingkan Ica, Jimmy itu lebih banyak menentang aku daripada setuju padaku.
"Gue juga nggak mau, Jim! Tapi kamu juga tahu kalo cinta 'orang kayak aku itu' emang rumit!"balasku dengan nada serius.
"Kenapa kamu nggak cari yang pasti - pasti aja, sih,-"
"Gelap, Jim. Nggak semua hal itu pasti di dunia ini. Kapan kamu benar - benar berpikir kamu dapet kepastian dari hidup kamu?"tanyaku balik. Dia diam. Begitu juga aku. Aku tahu kalau ucapanku itu mungkin sensitive baginya.
"Maaf"kataku pelan. Pak Wi masuk ke kelas dan aku tahu masing - masing dari kami menyimpan rahasia kami masing - masing.
"Gimana soal Randy?"akhirnya Jimmy bertanya. Aku bergeming. Enggan untuk menjawab.
Sejauh ini kehidupanku masih datar - datar aja. Belum ada kejadian - jadian yang heboh atau menggemparkan. Hubunganku sama Arsha makin membaik. Aku bahkan sudah biasa ke kantin bareng Arsha, kadang berdua atau bareng teman - temannya. Aku juga sudah konsultasi ke Ica dan Jimmy, soal rencana selanjutnya dan mereka bilang itu semua terserah padaku.
Aku belum berani main terang - terangan PDKT sama Arsha. Belum. Aku pengen mengulur waktuku sebentar. Entahlah, nggak tahu kenapa aku pengen banget untuk lebih tahu soal Arsha dan siapa dia sebenarnya.
"Kamu mau pesen apa?"tanya Arsha padaku. Kali ini kita makan di kantin cum berdua saja.
"Hmmm, apa, ya?"gumamku pelan."kalo kamu pesen apa, Sha?"tanyaku balik.
"Bakso. Kamu mau bakso juga?"tanyanya padaku.
"Boleh, deh. Pake telur, Sha"kataku pada Arsha.
"Telurnya berapa? Dua? Pake sosis, nggak?"tanyanya dengan wajah jahil. Aku sedikit kaget karna Arsha menjadikan 'sosis telur' sebagai lelucon. Pikiran mesumku langsung bereaksi mendengar leluconnya. Aku mencoba tertawa menimpali dia.
"Dasar ngaco"kataku sewot. Kenapa lelucon yang sama bisa di ungkapkan dua orang yang berbeda?
"Aku nggak ngaco, kok. Kamu aja yang terlalu serius"lalu dia memesankan pesenan kami.
Aku menyeruput es tehku. Arsha datang dengan dua buah mangkok di tangannya.
"Thanks"kataku. Lalu kita berdua makan sambil ngobrol dan bercanda.
"Lusa kamu ada acara, nggak?"tanya Arsha padaku.
"Nggak ada. Emang kenapa?"tanyaku balik.
"Temenin aku beli kado buat ulang tahun temenku, ya? Aku males kalo ke mall sendirian"katanya sambil menyeruput es tehnya. Aku mengunyah baksoku pelan. Kado ulang tahun?
"kado buat temen cewek kamu?"tanyaku dengan nada sarkastik. Aku cepat - cepat mengalihkan wajahku. Apa - apaan, sih reaksiku itu?
"Nggak. Dia teman cowokku, kok"kata Arsha dengan nada rendah. Sumpah, jawaban Arsha benar - benar bikin aku merasa bersalah. Aku ini kenapa, sih? Aku akhirnya memandang dia dan berusaha sebisa mungkin bersikap sewajarnya.
"Ooh.. emang rencananya kamu mau beli apa?"tanyaku akhirnya.
"Aku pernah janji mau beliin dia jam tangan. Tapi aku nggak pinter milih jam tangan yang bagus"katanya terkekeh. Untuk sejenak aku bisa merasa lega. Entahlah perasaan apa yang kurasakan tadi. Mungkin itu cuma perasaan tidak terimaku semata. Atau rasa iri karna ingin diperhatikan juga sama Arsha?
"Nanti aku bantu kamu, deh. Asal dapet jatah konsumsi aja lho, entar"kataku jahil. Arsha tertawa kecil.
"Nggak masalah! Masalah konsumsi bisa diatur"katanya riang. Aku cuma tersenyum simpul. Tanpa kamu traktir pun aku ikhlas nganterin kamu!
Setelah selesai makan, aku dan Arsha memutuskan buat balik ke kelas. Dia bilang mau jemput aku di rumah. Hah, rasanya seneng banget! Aku masih menatap langkah kaki Arsha yang panjang menyusuri halaman. Lalu tiba - tiba tubuhku melemas. Darahku tercekat di tenggorokan. Rasanya semua rasa senangku menguap begitu saja.
Aku melihat Arsha.
Sedang memeluk seorang cewek!
Ditunggu kripik dan masukannya
Masih penasaran....lanjuttt
Eh jangan2 itu kado buat cowoknya si arsha deh
Cewek yh d peluk arsha siapa y?wihhh makin penasaran aj
Updatenya kurang panjang neh @o_komo
Maksh y udah d lanjut ceritanya
BAGIAN #2
Semua pelajaran hari ini terasa terbuang percuma. Aku sama sekali nggak bisa konsen walau cuma sesaat. Pikiranku terlalu sibuk melayang - layang memikirkan segala kemungkinan tentang hubungan Arsha dan cewek itu. Beberapa kali Jimmy menanyaiku apa yang terjadi padaku. Aku cuma menjawab seadanya. Nggak mau berterus terang padanya. Nggak sekarang.
"Terserah kamu. Tapi aku nggak mau kamu kenapa - napa"katanya khawatir. Aku cuma tersenyum getir.
Pelajaran terakhir telah selesai dan semua murid di kelasku berbondong - bondong keluar kelas. Aku mencangklong tasku di bahu. Sambil berjalan keluar kelas aku mencoba menjaga akal sehatku. Apa sih maksudnya Arsha pelukan sama cewek itu? Apa jangan - jangan cewek itu pacarnya? Nggak mungkin! Kalo cewek itu pacarnya pasti aku tahu! Tapi gimana kalo dia emang sudah punya pacar? Sah - sah aja, kan buat dia pelukan?
Aku menggeleng cepat!
Pikiran ngaco! Bisa aja cewek itu cuma temannya doang. Tapi, masa sih teman bisa saling pelukan gitu? Mana di depan umum lagi? Memikirkan segala kemungkinan yang ada membuat kepalaku pening sendiri. Tanpa sadar saat tengah berjalan aku menabrak seseorang. Aku sempat terhuyung dan kulihat siapa yang menabrakku.
"Jimmy? Asem lu!"hardikku pada Jimmy yang berdiri di depanku dengan tatapan tajam.
"Salah kamu sendiri jalan sambil bengong"sindirnya.
"Aku nggak bengong, kok"sahutku padanya. Dia menatapku penuh selidik.
"Terus apa?"katanya. Aku tahu itu bukan sebuah pertanyaan. Aku nggak menyahut.
"Aku lihat ada yang berubah dari kamu. Cerita padaku"katanya. Kami saling berpandangan. Aku tetap tak menjawab.
"Pasti ini semua soal Arsha?"tanyanya. Aku bergeming dan mengangguk cepat.
"Udah aku tebak"gumamnya. Lalu dia menelpon seseorang.
"Ca, lu dimana?"kata Jimmy di telpon. Aku memperhatikan baik - baik apa yang mereka bicarakan. Ekspresi wajah Jimmy berubah cerah.
"Ada yang perlu konsultasi, nih"kata Jimmy sambil melirik kearahku.
"Oke, ya? Gue kesana. Bye"telpon dimatikan dan Jimmy tersenyum padaku.
"Kita ke rumah Ica sekarang" perintahnya sambil menarik tanganku. Aku cuma menurut pada genggaman tangan Jimmy yang hangat.