It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
BAGIAN 4
Arsha datang tepat waktu. Aku pun sudah bersiap - siap tadi. Setelah pamitan pada ibu aku naik ke boncengan Arsha. Sepanjang jalan kita ngobrol. Cukup seru buat pemecah sepi. Kami pun sampai di lapangan futsal. Aku berjalan di belakang Arsha. Di dalam ada sekitar sepuluh orang lain yang sedang duduk dan ngobrol.
"Nah, dateng juga kalian"seru Tomi padaku.
"Gue nggak telat, kan?"balas Arsha.
"Yuk, kita mulai sekarang"ajak seorang cowok. Kita membagi diri jadi dua kelompok.
"Gue, Dio, Evan, Reza, Kiky sama Alfa jadi tim gue. Sisanya jadi tim lu, Tom"kata Arsha.
"Ya, udah. Go! Go! Go!"seru Tommi bersemangat.
Bola pertama digiring Tommi. Dio mencoba merebut bola, tapi Tommi dengan sigap mengoper bola pada Andi. Evan menyerbu Andi untuk merebut bola. Berhasil. Lalu Evan mengoper bola padaku. Aku pun menggiring bola. Beberapa kali tim Tommy mencoba merebut bola tapi aku sukses lolos dari mereka.
"Den, hadang si Alfa"seru Tommy keras. Denny mencoba merebut bola dariku. Aku sempat kewalahan menghadapinya.
"Fa, oper ke Arsha"seru Evan padaku. Arsha sudah berdiri disampingku. Ku oper bola padanya. Arsha menendang bola dan Goooll!!!
1 point untuk tim ku.
Permainan kali ini tim Tommy yang menang. 4 - 2. Aku duduk disamping Evan dan Arsha menawariku air dingin.
"Makasi"kataku. Aku minum air itu. Wih, seger banget. Aku ngobrol sebentar dengan Evan dan Dio. Lalu satu persatu semuanya berjalan ke belakang lapangan.
"Mereka kemana?"tanyaku pada Arsha
"Palingan mandi. Yuk, kita mandi juga"ajak Arsha padaku.
Deg!
Mandi?
"Tapi, aku, nggak ah"kataku menolak.
"Lho? Kenapa? Nggak usah malu. Lagian kita semua, kan cowok"kata Arsha ringan.
Justru karena kalian cowok, yang jadi masalahnya!
"Eh? Aku nggak bawa handuk soalnya"jawabku asal. Tapi masuk akal juga, kan alasanku?
"Pinjem aja handukku. Yuk, yang lainnya
udah pada kesana tuh"ajak Arsha sambil menarik tanganku.
"Mandi, mandi, mandi"senandung Arsha senang. Aku meneguk ludahku sendiri. Dalam hati aku berdebar sendiri. Aku nggak tolol untuk tahu apa yang bakal aku lihat disana. Suara guyuran air dan senda gurau orang -orang didalamnya membuatku merinding. Aku menahan nafas saat Arsha membuka pintu di depanku.
Ya, Tuhan, semoga aku nggak sampai kehilangan kendali!
kok kyak nya si tiang listrik was2 gitu ??
BAGIAN #5
Hal paling pertama kali yang aku rasakan adalah, aku nggak bisa menggambarkan apa yang terjadi sekarang. Bayangkan kamu adalah aku. Seorang cowok gay yang diundang belasan cowok untuk mandi bersama. Kamu tahu apa yang ada dipikiranku sekarang?
Gangbang, gangbang, gangbang
Mesum memang, tapi keadaan yang membuatku begitu.
"Lepas baju kamu, gih. Yang lain kayaknya bersenang - senang disana"kata Arsha yang-astaga! Tuhan kuatkan imanku-dengan polosnya hanya memakai celana dalam saja. Aku susah payah menelan ludah. Ganteng, berdada bidang, dan dari hasil penerawanganku, Arsha itu 'menonjol'. Aku sedikit kagok saat melepas bajuku-kalian pikir gampang apa berpikir rasional dalam keadaan kayak gini?-dan Arsha sekonyong - konyong melepas celana dalamnya dan berlari kecil menuju pemandian. Aku tak melihat 'juniornya' karna dia memunggungiku. Aku menghela nafas panjang. Sanggup nggak, ya aku nggak horny untuk lima belas menit ke depan?
Aku akhirnya berjalan masuk dan ikut bergabung untuk mandi. Aku merasa benar - benar kagok dan nggak nyaman. Aku bergabung dengan Dio dan Evan untuk berbagi shower.
"Kamu udah bawa sabun?"tanya Dio padaku.
"Aku nggak bawa"kataku.
"Nih, pake sabunku aja"tawar Evan padaku. Aku mengambil sabun yang Evan beri dan menggosoknya di badanku. Aku berusaha mandi dengan cepat, karena mustahil buatku menahan diri lebih lama lagi. Apalagi aku merasa sesuatu seperti mau keluar dari 'juniorku'. Aku mandi dengan cepat. Dan segera aku berjalan keluar. Aku sempat melirik 'junior' mereka dan dalam hati aku mengurutkan 'junior' siapa yang terbaik. Randy, Dimas, Evan dan-
Arsha
"Kamu mau kemana, Fa?"
"Mau keluar. Aku udah selesai"kataku mencoba menahan mataku untuk tidak jelalatan.
"Kok cepet banget?"
"Airnya dingin. Aku nggak tahan"jawabku bohong. Sebenarnya aku nggak tahan lama - lama disitu.
"Oh, iya. Handukku ada di dalam tas"kata Arsha padaku.
"Iya. Makasi"kataku lalu segera keluar darisana.
Aku melihat seseorang berdiri disampingku.
"Kamu udah mau pulang?"tanyanya padaku.
"Iya. Tinggal nunggu Arsha aja"kataku sambil mengusap rambutku yang basah. Randy pun selesai memakai bajunya.
"Pinjem handukmu sebentar, Fa"katanya padaku. Aku memberinya handukku, tapi dia menarikku lalu mendorong punggungku pelan ke tembok. Lalu sedetik kemudian tak ada jarak diantara kita berdua.
Sekitar jam 6 sore aku sampai di rumah. Setelah mengucapkan terimakasih, aku masuk ke dalam kamarku. Aku bergegas masuk ke dalam. Menutup pintuku. Aku bersandar di pintu sambil menenangkan jantungku yang berdetak tak karuan. Aku menatap pergelangan tanganku yang memerah. Sekeras apapun aku menolak hal itu, bibirku terlanjur mengkhianatiku.
Bagian #2
"Mandi bareng?"seru Ica dan Jimmy keras. Mereka memang wajar bereaksi seperti itu. Aku bahkan sudah menduga kalau mereka pasti bereaksi seperti itu.
"Kamu nggak ngelakuin apa - apa, kan disana?"tanya Jimmy padaku. Aku menggeleng pelan.
"Kalau pun ngelakuin apa - apa juga nggak masalah kok"kata Ica sok mendukungku.
"Apaan, sih lo, Ca"cebik Jimmy.
"Nggak maksud apa - apa, sih. Tapi, hey, biarin aja Alfa sedikit seneng - seneng"balas Ica.
"Seneng - seneng apaan kayak gitu"ejek Jimmy. Ica memandang Jimmy jengkel.
"Kalo lu lagi gagal PDKT jangan libatin kita - kita dong"balas Ica cuek.
"Siapa yang gagal PDKT? Lu kali yang nyoba PDKT di sekolah gue"
"Kok jadi nuduh gue? kalo pun gue PDKT sama cowok di sekolah lu, sah - sah aja dong buat gue"balas Ica sengit. Aku memperhatikan pertengkaran mereka dalam diam. Rencananya aku mau cerita semua kejadian yang aku alami sedetail - detailnya. Tapi, ngeliat mereka berdua berantem gitu membuatku jadi malas sendiri.
"Enak aja bilang sah sendiri"kata Jimmy.
"Emang salah, ya? Kalo lu mau, lu bisa PDKT sama cewek - cewek di sekolah gue. Bahkan sampe guru - gurunya juga boleh. Sah - sah aja buat lu"balas Ica sengit.
"Terserah lo deh"kata Jimmy mengaku kalah. Aku tersenyum dalam hati. Aku jadi ingat soal hubungan persahabatan kami. Benar dugaanku. Jimmy ternyata tertarik pada Ica. Tapi kayaknya Ica kurang tanggap sama Jimmy kayaknya. Dan, pertengkaran mereka ini mungkin karna Jimmy cemburu melihat Ica PDKT dengan cowok lain.
Ah, bisa jadi!
Aku tersenyum sendiri membayangkan kedua sahabatku itu menjadi pasangan kekasih.
"Kamu kenapa senyum - senyum sendiri?"tanya Jimmy padaku.
"Pasti ngebayangin 'anu' kan lu? Hayo, ngaku?!"goda Ica padaku.
"Nggak, kok. Aku nggak mikirin itu"sahutku cepat.
"Ayo, Fa. Ceritain ke kita detailnya. Gue penasaran banget, nih"tanya Ica padaku.
"Dasar tante girang"sindir Jimmy.
"Berisik, ah, om 'kecil"
"Gue besar tau"balas Jimmy cepat.
"Masa? Coba sini gue liat"tantang Ica.
"Ih, merinding gue"
"Alah, bilang aja lu takut. Udah, Fa lanjutin cerita lu. Yang detail, Fa"kata Ica antusias. Aku pun mulai bercerita dari awal. Tidak semua aku ceritakan. Kurasa yang satu 'itu' hanya untuk konsumsi pribadi. Ica pun mendengarkan tak kalah serius. Sementara Jimmy hanyut dalam game di laptop Ica. Aku sendiri merasa geli melihat Ica yang blakblakan dan nggak munafik untuk urusan begini. Kalo sudah begini, aku dan Ica udah pasti langsung sehati.
Turut mengundang @lulu_75 @yadi212 @melkikusuma1 @didot_adidot @Aurora_69 @viji3_be5t
apa kebablasan ya ??
Mention gw bro.
@melkikusuma1 bener, tuh. Aku aja belum pernah kayak gitu *curcol
@lulu_75 wow kenapa mas?