It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@uioop makasi,pantengin terus ya?
@lulu_75 iya, nih. Si Alfa anaknya emang doyan baper *degebukin Alfa*
BAGIAN #2
Aku menunggu Jimmy datang menjemputku. Diluar cuaca agak mendung, padahal tadi siang terang benderang. Aku menunggu di depan teras rumah. Iseng aku memainkan handphoneku dan mengecek kontakku. Tertulis dengan jelas nama Arsha disana. Aku tersenyum kecil melihat nama itu. Gimana kalo aku coba sms dia? Aku menggeleng pelan. Nggak. Jangan sms dia dulu. Belum. Tapi aku pengen sms dia? Siapa tahu nyambung, kan? Aku akhirnya mengalah pada diriku sendiri dan mengetik singkat.
-Hi, Sha-
Lalu kutekan tombol send. Beberapa menit menunggu tak juga dibalas.
Jimmy akhirnya datang. Dia memakai kemeja biru andalannya dan jeans belel kedodoran.
"Yuk, cabut"ajaknya padaku.
"Cabut rumput?"tanyaku polos.
"Haha.. garing, Fa"sahutnya sambil menarikku naik ke boncengan. Jimmy melajukan motornya dan iseng aku mengecek handphoneku siapa tahu Arsha membalas smsku. Ternyata nggak dibalas. Entah kenapa aku merasa perasaanku bergolak kencang.
serius lho waktu itu ILK tema nya jg friend zone, eh..jangan2 @o_komo ini Cak Lontong wakwakwak #mikiiir.
Gpp deh...lanjut.....
@lulu_75 @melkikusuma1 makasi supportnya. Lain kali aku coba lebih panjang lagi
BAGIAN #3
Aku dan Jimmy akhirnya sampe di NightLite. Tempat clubing dan hiburan malam yang lagi beken saat ini. Aku mengamati Jimmy yang masuk duluan. Lalu ada dua orang pria berbadan kekar yang meminta kartu identitas untuk masuk ke dalam club. Jimmy menunjukkan kartu berwarna putih gading yang diberikan Mario tempo hari lalu. Kedua orang pria itu sedikit menggeledah Jimmy dan membiarkannya masuk. Lalu giliranku hampir sama seperti Jimmy. Aku menunjukkan kartuku, tapi yang kurasa aneh adalah, salah seorang dari mereka entah sengaja atau tidak, kentara sekali mencoba meraba pantatku. Merasa risih, aku segera berlalu pergi masuk kedalam club.
"Gila, seenaknya aja satpam itu ngeraba - raba pantatku"sungutku kesal. Suara musik terdengar keras tapi asyik juga buat joget gila - gilaan.
"Hahaha, abis lu merangsang, sih"kata Jimmy jahil.
"Tau, ah" sungutku sebal.
Ngomong - ngomong si Mario mana, nih? Dari puluhan orang di NightLite, aku nggak melihat penampakan seorang cowok jangkung dengan wajah khas indo itu. Akhirnya setelah lima menit mencari, aku menemukan dia tengah duduk di bar dengan empat orang cowok lain yang tak asing lagi buatku. Rega, Andi, Dimas dan Alvin. Dengan cepat Jimmy menghampiri mereka dan aku agak sedikit tersentak saat pandangan mataku bersirobok dengan Alvin. Entah, kenapa, rasanya mata coklat itu hendak mengungkit kenangan yang sudah lama aku kubur dalam - dalam di mataku. Aku mengacuhkan perasaan itu dan mengucapkan selamat ulang tahun pada Mario.
"Happy Birthday, ya, Mar. Aku berdoa semoga kamu panjang umur"kataku ceria.
"Makasih, Fa"balas Mario agak keras.
"Kenapa cuma berdiri, Fa? Duduk sana di sampingnya Alvin"tawar Rega padaku. Aku melihat kearah Alvin sebentar sebelum melangkah gontai untuk duduk disampingnya.
"Apa kabar kamu?"tanya Alvin padaku berbisik.
"Baik"kataku pelan. Aku benar - benar merasa nggak nyaman. Entahlah. Aku melempar pandanganku dan mendapati Jimmy tengah menatapku dengan tatapan tak terduga.
Sekitar setengah jam, kami ngobrol ngalor - ngidul dan Mario memesankan kami minuman. Seorang bartender memberi kami masing - masing minuman yang berbeda. Dari semuanya, minumanku yang paling enak kayaknya. Aku nggak tahu apa nama minuman itu, tapi ada buah strawberry di dalamnya. Mungkin ini namanya cocktail? Tau ah.
"Yuk, bersulang buat ulang tahun, Mario"ajak Jimmy semangat. Semua menaikkan gelasnya dan menyatukan gelaanya. Tetapi karna posisiku yang paling ujung tanganku nggak nyampe.
"Fa, ayo, sulangin gelas kamu"ajak Rega padaku.
"Iya, tanganku nggak nyampe, nih"kataku sambil merentangkan tanganku.
"Masa nggak nyampe?"tanya Alvin padaku. Sebelum selesai aku menjawab, dia menarik pinggangku mendekat padanya, sehingga punggungku menempel di dadanya.
"Tuh, nyampe, kan? makanya jangan duduk kejauhan"katanya tepat di tengkukku.
Deg!
"Oke, semua. Cheers!!"seru kami semuanya. Aku lalu meminum minumanku cepat. Bahkan minumanku itu pun tak bisa menenangkan jantungku. Perlahan aku mulai merasakan efek sampingnya.
Soalnya mata ini lelah baca yg terlalu rengket jaraknya ... over all.. nice story .. lanjutt truss
Semalam aku merasa berciuman dengan seorang cowok. Aku nggak terlalu kenal siapa cowok itu. Entahlah, mungkin itu cuma mimpiku saja. Aku mengulat pelan di ranjangku yang empuk. Seseorang mengguncang bahuku dengan keras, hingga aku terlonjak. Aku menahan nafas karna nyaris saja, aku hampir mencium Jimmy yang membungkuk di depanku.
"Kamu bikin kaget aja. Ngapain kamu di kamarku pagi - pagi gini?"tanyaku sambil menjauhkan kepalaku, lalu duduk bersila di ranjang.
"Kamar nenek lu! Ini kamar gue tau! Cepet sana mandi, kita udah hampir telat, nih!"perintah Jimmy padaku. Aku memperhatikan sekeliling dan Jimmy benar. Ini kamarnya.
"Kok aku bisa ada kamar lu, sih?"tanyaku padanya.
"Kemarin itu lu mabuk"kata Jimmy singkat.
"Mabuk? Pasti gara - gara minuman itu"kataku mengingat - ingat minuman apa yang aku minun kemarin.
"Tapi gue nggak ngelakuin hal konyol kan pas mabuk?"tanyaku cepat. Soalnya, aku pernah melihat di youtube video orang yang lagi mabuk. Ada yang nyangkut di ember, nari - nari nggak jelas. Atau yang paling parah minum air jamban.
Yekkss...
"gak. Normal aja kok"sahut Jimmy ogah - ogahan. Aku menatap Jimmy was - was.
" Jangan bohong, Jim!"
"Gue nggak bohong"sahutnya menerawang. Pikiranku berputar - putar tentang aku minum air jamban-
"Gue pegang kata - kata lu, Jim! Kalo sampe gue ngerasa ada yang aneh, ato gue tiba - tiba mencret di kelas. Elo orang pertama yang gue gebukin"ancamku padanya.
"Terserah!"sahut Jimmy polos. Aku baru sadar kalo Jimmy cuma pake handuk di pinggang. Dilihat - lihat si Jimmy lumayan juga. Bahu lebar, dada bidang, lengan berotot-
"Woi, mata lu, woi!" Seru Jimmy keras.
"Emang mata gue kenapa?" Tanyaku sok polos.
"Mata lu jelalatan liat badan gue"balas Jimmy sambil bergidik. Melihat reaksinya ide jahil melintas di kepalaku.
"Memangnya kenapa kalo gue jelalatan liat badan lu?"tanyaku sambil melepas kaosku. Aku bangkit dari ranjang dan berjalan mendekati Jimmy.
"Siapa suruh punya badan menggoda gitu. Sebagai cowok 'normal'kan gue juga tergoda"balasku jahil. Tak lupa aku memasang seringai mesum yang sukses membuat Jimmy kelihatan aneh.
"Normal ndasmu peang! Cepetan mandi sana"perintahnya. Tapi aku mulai suka menjahilinya. Aku makin mendekat dan memeluk Jimmy spontan. Jimmy langsung berontak, hingga tanpa sadar handuknya terlepas. Dengan cepat mataku melirik kebawah secara spontan. Sayangnya aku kalah cepat. Jimmy sudah terlebih dulu memakai handuknya lagi. Aku segera kabur ke kamar mandi dan ku dengar Jimmy mengumpat di kamarnya. Aku tertawa di dalam hati. Pagi ini rasanya bakal menyenangkan.