It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@akina_kenji smua reader keinginannya ideal seperti itu, aku kan jg reader. jg baca crita dan ntn film orglain jg.
ak tau betul gmn perasaan penulis dan reader.
tp aku tipe penulis dan reader yg lbh ska cerita yg jujur, seakan nyata. bukan tipe cerita fiksi yg drama n rekayasa bgt dg byk kebetulan, hal mudah dan roman penuh cinta yg gmpg ditebak. penuh pegorbanan dan deru air mata. lalu bahagia atau sad ending dg sebuah perpisahan atau kematian. roman klasik...
aku lbh suka cerita yg mengalir kyk kehidupan asli, yg jauh dr emosi, khayalan pribadi.
hidup itu sulit dan berat. apalagi urusan cinta. penuh perjuangan dan ketidakadilan.
cerita yg seperti itu aku suka. pny nilai yg lbh baikdan lbh hidup!
#hwaaa jd curcol -___-" gomen!
kalo update lg nnti dimention lg.
@lulu_75 iya, nanti ada. ini genrenya scifi, romance, jd aku garap satu" dan kdg kombinasi misal mmg dibutuhkan.
cmn soal scifi, musuh", pertempuran, kemampuan mereka yg lain lg nanti diungkap, dll. gimana kabar manusia bumi, sgala mcm masih menanti didepan. blm saatnya keluar. aku bakal keluarin satu" dg baik dan gaakan niggalin satupun. ^^"
gpp, aku suka hal hal yang berbau curcol
"Letakkan saja dikursi tunggu!"
"Baik, Tuan!" Pelayan Pria berjas hitam itu pun segera meletakkan rangkain bunga dan sekeranjang buah-buahan tersebut.
Ia menggerakkan tangannya seakan menyuruh kedua pelayannya pergi.
Saat itu koridor rumah sakit tengah lenggang. Hanya ada kami berdua. Berdiri berhadapan untuk beberapa saat.
Sekarang aku tepat berada satu hasta didepannya.
Aku meremas dengan kasar jas mahalnya , "I should've said it before! You should've know what I wanted!"
Ia menepis tanganku dengan kasar, lalu mengusap-usap kerah jasnya. "Keep away your dirty hand from my cloat!"
Ia benar-benar pandai membuat singa hutan sepertiku bangun dari tidur.
Baaaakk!!
Aku meluncurkan tinjuku pelan ke rahangnya. Tentu, itu pun sudah membuatnya terpental dan terjatuh ke lantai.
Perlahan ia bangkit. Darah segar mengalir disudut bibirnya. Ia mengusapnya dan tertawa sinis. Perlahan bangkit dan merapikan setelannya.
"Bagaimana bisa berandalan sepertimu membahagiakannya?
Apa kau pernah bercermin sebentar saja? Kau tak pantas untuknya!"
Tanganku mengepal kuat, menahan diri untuk menghajarnya. "Tutup mulutmu! Kau pikir dia akan bahagia dengan uangmu?!"
Ia berjalan mendekat. Tatapannya seakan mengamatiku dari atas hingga bawah. "Kau pikir sekarang kau sudah menang karna ia memilih bersamamu? Kau pikir kau sudah memenangkan hatinya dan memilikinya sepenuhnya?"
Ia terkekeh. "Bahkan meskipun kau sudah menikahinya sekalipun, bukan berarti aku akan menyerah dan berhenti berusaha untuk mendapatkannya!
Menyerah pada kenyataan?
Haha... Aku bukan manusia ringkih seperti itu.
Lihat betapa menyedihkannya dirimu! Kau salah besar! Aku akan merampasnya dari tanganmu!"
Tubuhku bergetar hebat penuh amarah. Tanganku yang sedari tadi mengepal kuat mulai ku ayunkan.
"Ayo pukul! Ayo... Pukul aku! Apa yang kau tunggu?" ia tertawa geli dan malah mendekatkan wajahnya ke tinjuku yang baru saja ku hentikan.
Ia menatapku tajam, "Kalau kau memang seorang pria, seharusnya kau takkan takut bersaing secara sportif denganku.
Dan kalau memang kau percaya padanya, kau takkan repot-repot dan takut kalau aku berusah mendekatinya. Benar kan?"
Ia memutar badan, mengambil bunga dan buah-buahan tadi, lalu dengan santai berjalan ke arahku. "Kalau kau memang pria dan tak takut bersaing denganku, minggirlah sekarang! Biarkan aku menemuinya!"
Amarahku yang telah meletup-letup sedari tadi, siap mengudara dan meledak, dengan terpaksa ku tahan.
"Brengsek! Dasar ular!" pekikku geram, sembari menatapnya tajam.
Ia tersenyum sinis dan bergeser ke kanan. Lalu berjalan dan masuk ke ruangan Alan.
"Aaarrggghh!" aku Menghantamkan tinjuku ke tembok.
Tapi, sepertinya menarik juga...
Kisah seekor Singa hutan buas dan seekor Ular gesit nan licik, yang bersaing memperebutkan seekor Kelinci manis.
Aku takkan pernah takut bersaing denganmu!
Show me your best! I'll gladly to beat you!
***
Sejak saat itu Miro sering datang menjenguk Alan. Mau tak mau aku, rela tak rela, aku terpaksa membiarkannya.
Setiap hari dia datang, hingga ruangan ini penuh dengan bunga dan buah-buahan.
Sebagian yg layu dan membusuk ku buang. Yang masih segar ku berikan ke pasien-pasien yang lain.
Aku mulai kesal, "Kalau kemari tak usah bawa apa-apa! Kau pikir ini lumbung desa, hah?"
Oscar yang sedang bahagia memakan sekeranjang anggur (Ia sangat suka anggur) tertawa terpingkal-pingkal setiap melihat kami bertengkar atau bersaing merebut perhatian Alan.
"Terserah padaku kan? Kecuali Alan yang memintanya." jawabnya enteng.
Aku semakin geram...
Alan menulis di R-Trix, gadged miliknya yang pernah diberikan Miro.
(Maaf, tapi berhentilah membawa bunga, buah atau coklat.)
Miro tersenyum manis, matanya ikut tersenyum. "Baiklah! Lalu, kau mau apa? Aku akan berikan apapun untukmu!"
Alan mulai menulis... Dari layar hologram R-Trix tertampil,
(Aku hanya mau berdua bersama Neil saat ini. Tak ingin apapun lagi selain itu.
Kau sebaiknya pulang, istirahatlah!
Kau tampak sangat letih.)
Hahaha... Aku hanya tertawa puas dan dengan senang hati membukakan pintu lebar-lebar.
Miro menatap Alan hangat dan berkata, "Aku tak apa, tak usah mengkhawatirkanku!
Tapi kalau kau sekarang ingin berdua bersamanya dan memintaku pulang, aku akan pulang.
Apapun akan ku berikan padamu... Apapun akan ku lakukan!"
Ia menatapku penuh dengan tatapan tak terima, lalu keluar.
Aku tertawa puas. "Haha... Hati-hati ya!"
Aku segera menghampiri Alan dan duduk ditepi ranjang. Menggenggam tangannya. Mengusap wajahnya lembut.
Aku menoleh, "Hei, kau juga keluar bodoh!"
"Huh! Pasangan suami istri baru ini benar-benar menyebalkan!
Diluar dingin tahu!" Oscar dengan malas keluar bersama sekeranjang anggur.
Alan menulis,
(Kau sudah makan? Jangan telat makan! Aku tak mau kalau kau juga sakit.)
"Tenang saja, Sayang!" Aku membelai kepalanya lembut.
Alan menulis,
(Apa sih yang sebenarnya terjadi diantara kalian? Kenapa Miro semakin mengejarku? Kenapa kau membiarkannya?)
Aku mengerutkan keningku. "Ceritanya panjang! Kau tak perlu tahu, pokoknya ini menyangkut harga diri seorang pria dewasa! Bocah umur 16 tahun sepertimu mana mungkin mengerti...
Sudah, jangan menanyakannya, aku tak suka!
Yang pasti aku takkan kalah darinya. Kau akan tetap disisiku dan jadi milikku.
Sudahlah, lebih baik membicarakan tentang kita sekarang."
Alan menulis,
(Dasar kekanak-kanakan!)
"Kenapa? Kau tak senang?"
Alan menulis,
(Kau pikir aku nyaman diperebutkan dua orang pria? Satu saja kadang aku masih merasa geli.)
Aku menghela nafas, "Kau kan masih denial, jadi wajar kalau kadang masih ada rasa geli dan aneh bila bersama pria. Tapi kan kau milikku sekarang."
Alan menulis,
(Kau kan tahu sebelumnya kalau aku tak pernah jatuh cinta. Tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Sekalinya pacaran malah bersama pria aneh sepertimu!)
aku menarik hidungnya gemas, "Dasar bocah!"
Aku berusaha menahan tawa, "Dengar-dengar, kalau sering bercumbu dan menghabiskan waktu berdua nanti akan cepat terbiasa. Dan kau takkan merasa geli lagi pada pria. Aku kan kekasihmu sekarang, masa' kau tega kalau terkadang masih merasa geli padaku!"
Alan menjambak rambutku kencang,
(Dasar pria mesum! Kau pikir aku sepolos dan sebodoh itu, hah? Aku tahu rencana busukmu!)
Aku mengaduh kesakitan, lalu menepis tangannya, "Habisnya kau tak pernah membiarkanku berlama-lama memeluk atau menciummu.
Apalagi meminta yang lain!"
Alan menulis,
(Kau harusnya bersyukur masih bisa mendapatkannya, walau cuma sebentar.
Meminta yang lain bagaimana? Apa maksudmu, hah? Kau mau kalau aku mengakhiri hubungan aneh ini?
Jangan macam-macam!)
Aku mencubit pipinya kesal, "Kau ini! Aku kan hanya bercanda, bodoh! Dasar bocah! Labil dan terlalu perasa!"
Namun ia malah tertunduk. Terdiam, seakan memikirkan sesuatu.
Biasanya kalau aku mengatainya bocah, ia akan langsung marah-marah atau memukulku.
Ia tiba-tiba menulis,
(Kapan aku boleh pulang? Aku sudah sangat bosan disini.)
"Kata dokter, lusa sudah boleh pulang. Tapi kau masih harus menjalani terapi setiap dua minggu." terangku, sembari membenarkan selimutnya.
Ia menghela nafas berat,
(Apa aku takkan bisa bicara lagi seterusnya?)
Aku mengecup punggung tangannya lembut.
(Jangan mencoba menutupi sesuatu, aku bisa baca pikiranmu!
Ayo beritahu aku, apa aku takkan bisa bicara lagi seterusnya?!)
Matanya mulai berkaca-kaca. Ada pendar kegelisahan dan ketakutan disana.
Aku beranjak dari dudukku dan membaringkan tubuhku disampingnya. Menempatkan kepalanya didadaku dan mendekapnya erat.
"Kita akan melewati semua ini bersama-sama, okay?
Aku akan selalu disisimu!"
Aku menggenggam tangannya erat. Tak lama kemudian terdengar suara isakannya pelan. Menyayat hatiku perlahan-lahan.
"Ssstttt..." aku mengusap air matanya.
"Berhentilah menangis! Kau jelek kalau menangis.
Aku merindukan senyuman manismu... Sudah lama aku tak melihatnya."
Alan menulis,
(Aku hanya pria bisu sekarang. Aku tak pantas untukmu! Kau terlalu baik untukku!
Kenapa kau masih saja mencintaiku? Kenapa kau masih ada disini sekarang? Memelukku, menggenggam tanganku...)
Aku beranjak, membuatnya ikut terduduk. Aku membuatnya berbalik dan duduk dipangkuanku.
Aku mengusap air matanya, menatapnya tajam. "Itu tak benar! Aku akan selalu mencintaimu bagaimana pun kau! Siapapun kau!
Kalau perlu, aku juga akan merusak pita suaraku agar kau merasa lebih baik. Dan kita akan lebih banyak saling merasakan cinta kita daripada mengucapkannya saja.
Bukankah yang terpenting adalah kita tetap saling mengetahui dan merasakan debaran, perasaan yang kita rasakan?"
Ia malah terisak hebat. Memukul-mukul dadaku, lalu tertunduk lemas dalam dekapanku.
"Sssttt..." aku mendekapnya erat. Mengusap-usap punggungnya. Tangisnya semakin menjadi-jadi.
"Hei, berhentilah menangis! Kau akan membuatku tampak seperti penjahat yang sedang melukai bocah manis sekarang...
Mungkin akan ada Suster dan Security yang akan menangkapku sebentar lagi."
Ia tertawa singkat, sembari sesekali masih tersedu-sedu. Mengusap air matanya.
"Arrgghh! Bajuku basah kan sekarang!
Terkena air mata dan ingusmu. Jorok!"
Ia memukul-mukul lenganku dengan kesal.
Aku menangkap tangannya, memeganginya, lalu mendaratkan bibirku diatas bibir merahnya yang tipis dan lembut.
Melumatnya hingga habis. Sesekali menggigitnya gemas.
Namun tiba-tiba ada seseorang yang berteriak-teriak, lalu membuka pintu dengan keras.
"Ne-Neil...!!"
Aku pun tak memperdulikannya dan tetap melumat bibir Alan. Namun Alan mulai berusaha melepaskannya.
"Kau benar-benar mengganggu kami saja! Kau mau mati ya!" pekikku geram.
"A... Aa-Ada Lyra diluar!" seru Oscar gagap.
"Hah, Lyra?!"
Seketika itu aku langsung beranjak...
Seorang gadis oriental yang telah lama tak ku lihat tengah berdiri diambang pintu.
Ia tampak sehat dan baik-baik saja. Rambutnya diikat rapi ke belakang.
Ia mengenakan tanktop hitam, jaket kulit hitam dan jeans ketat berwarna senada.
Ia langsung memeluk aku dan Oscar bersamaan. "Oh My God! Aku senang kalian baik-baik saja!"
Aku mengacak-ngacak rambutnya, "Kemana saja kau selama ini?"
Ia melepas jaketnya dan melemparnya ke sofa, "Panjang ceritanya, nanti saja!
Aku sangat lapar sekarang... Oscar, belikan makanan dong!"
Oscar pun segera berlalu.
Lyra berjalan menghampiri Alan dan langsung memeluknya.
"Hei, kau sudah baikan kan sekarang? Cepat sembuh!"
Alan hanya mengangguk, sembari tersenyum simpul. Ia tampak sangat senang.
"Kau menemukan kami dari membaca masa lalu?"
Ia mengangguk mantap, "Dari mana lagi? Hmm... Aku tahu semuanya!
Aku juga turut prihatin dan tak menyangka kalau Shin bisa setega itu padanya.
Memang dia sudah lama sangat menyukaimu, tapi tak seharusnya dia berbuat seperti itu."
Aku menghela nafas, "Yah, lupakan saja! Jangan bahas itu... Hanya membuatku kesal saja dan ingin membunuhnya!"
Lyra tertawa singkat. Lalu ia menatap kami berdua bergantian, "Hei, by the way selamat atas hubungan kalian!" serunya heboh. Ia merangkulku dan Alan, sembari melonjak-lonjak girang.
"Oooh! So sweet... Akhirnya kau menemukan seseorang yang bisa membuatmu berhenti terus menatap masa lalu!"
Aku mengernyit sebal, "Hentikan! Kau berlebihan!"
"Memang benar kok!" ia berlalu, kemudian menyandarkan tubuh rampingnya disofa.
Tak lama kemudian Oscar tiba, membawakan sekantung makanan berisi dua bungkus burger, frenchfries, dan segelas softdrink ukuran large.
Lyra segera memakannya dengan lahap. Ia tampak sangat kelaparan. Sedangkan kami hanya terheran-heran memperhatikannya.
"Kau tahu, di Sky Train tak menjual makanan! Benar-benar menyebalkan! Hanya ada paket meal yang sungguh tak mengenyangkan!"
Oscar duduk disebelah Lyra, "Memangnya kau selama ini kemana?"
Lyra mempercepat kunyahannya dan segera menelannya, "Di Filpero. Sekitar 400 km dari sini."
"Saat aku telah berhasil melarikan diri, aku segera meninggalkan Asphyrel.
Aku sempat membaca keberadaan kalian, tapi aku memutuskan akan menemui kalian setelah keadaan mulai membaik." terangnya, lalu menyedot sebotol softdrink hingga habis.
"Aku tinggal sendirian disana, disebuah flat sewaan. Mencari pekerjaan, mencari uang untuk kebutuhanku.
Setelah keadaan mulai membaik dan punya cukup uang, aku akan menemui kalian.
And here I'am now!" sambungnya.
Alan menulis,
(Aku senang kau baik-baik saja! Aku sangat mencemaskan dan merindukanmu!)
Lyra beranjak, lalu mengacak-acak rambut Alan gemas, "Hey me too, Sweety!"
Oscar berdehem, berusaha mencuri perhatian kami, "Hei, karna kita sudah berkumpul sekarang, bagaimana kalau setelah Alan sembuh kita akan makan-makan! Merayakan hari berkumpulnya kita!" ia tampak sangat bersemangat.
"Ide bagus!" seru Lyra, lalu ber Hi-5 ria dengan Oscar.
Alan mengangkat kedua tangannya penuh semangat ke udara, lalu ber Hi-5 ria dengan mereka berdua.
Kemudian mereka bertiga mengangkat tangan hendak ber Hi-5 dengan ku. Tapi aku menolaknya.
"Tak usah! Karna ada yang lebih mengasyikkan daripada ber Hi-5 sekarang." Aku pun segera merangkul dan mengecup bibir Alan paksa. Ia tampak sangat terkejut dan sontak menjambak-jambak rambutku. Namun aku tak memperdulikannya. Aku tetap memegangi dagunya dan melumat bibirnya dengan paksa.
Anak-anak yang lain menyorakiku dan mengataiku sombong. Mentang-mentang sekarang sudah ada Alan.
Kemudian mereka memukuli punggungku sebal.
"Aaaw! Sakit tahu!" dengusku kesal, dijambaki oleh Alan dan dipukuli oleh mereka.
Mereka bertiga malah tertawa lebar.
By the way, aku sangat bahagia sekarang. Melihat Alan mulai ceria lagi. Untuk beberapa saat, aku hanya memperhatikannya.
Seakan dunia bergerak melambat dan aku terus menatapnya. Menikmati senyuman indah yang tercetak sempurna diwajahnya.
Aku sudah lama merindukan senyum manis itu.
Ya, aku ingin selalu membuatnya tertawa.
Aku ingin selalu melihat senyum manisnya.
***
"Sebenarnya ada hal lain yang ingin ku bicarakan. Ini sangat penting!" ujar Lyra tiba-tiba. Kami pun mulai menatapnya serius.
Ia menelan ludah. Menatap kami bergantian, lalu mulai bercerita, "Beberapa minggu yang lalu rumah flat-ku dikepung tentara Alle.
Entah darimana mereka menemukan keberadaanku.
Aku segera melarikan diri dan pindah ke Filpero. Sebelumnya aku di Reisis."
"Dan dua hari sebelum aku berangkat kemari, aku mendapat gambaran masa depan bahwa mereka akan mengepung kalian, dan berhasil menangkap kalian semua.
Aku ingin memperingatkan kalian...
Kita harus segera meninggalkan Ellafreis! Kalau bisa malam ini juga!" sambungnya.
Aku begitu kaget, lalu menatap Alan yang tampak sangat gelisah dan ketakutan.
"Tapi, Alan kondisinya masih lemah!"
Lyra menatapku tajam, "Kita benar-benar tak punya banyak waktu sekarang! Saat ini juga mereka sedang menuju kemari."
Setelah aku selesai mengurus semua biaya perawatan dan prosedur medis, kami pun segera mengemasi barang-barang.
Aku menggendong Alan, dan kami segera meninggalkan rumah sakit tersebut.
Aku takkan membiarkan mereka memisahkan kami lagi.
Menangkap kami dan menyakiti orang-orang yang ku sayangi.
Terutama Alan, aku takkan membiarkan mereka menyentuhnya barang secuil saja.
Aku akan melindunginya dengan semua yang ku bisa!
Aku takkan membiarkan siapapun merenggutnya dariku...
***
@irfandi_rahman @greent @gabriel_valiant @monster_swifties @lovelyozan @hendra_bastian @daser @vanilla_icecream @readhy_pda @sully_on @akina_kenji
Amankan!!!
Aku nggak suka sikap miro yang mau ngerebut alan dari neil padahalkan udah jelas mereka pacaran (udah pacarankan? Kan?)