It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
hmm tunggu kejutanya di chapter depan
please update annya..
bikin pnsarrraaannn + gregetttt
@taengoo
@okki
@viji3_be5t
@revel_AS
@kikyo
@yirly
@lulu_75
@rubi_wijaya
“ GEE!” teriak daniel ngeri.
Gee mengangkat wajahnya yang pucat, tampak jauh lebih terkejut daripada daniel. Matanya yang biasanya berat mengantuk kini melotot ketakutan. Tanpa peringatan dia menyambar kerah baju daniel dan menariknya masuk ke kamar mandi. Gee mendorong daniel ke tembok dan menahan lehernya dengan tangan kananya yang penuh plester.
“ gee lepasin! Kau! Apa-apaan sih!” segal daniel kehabisan nafas.
“ NGAPAIN LO KESINI?! LO BUNTUTIN GUE?!” Teriak gee dengan nada marah dan takut.
“ NGGAK!” Kata daniel keras setelah berhasil melepaskan diri dari cengkraman gee dan mendorongnya mundur. “ seharusnya aku yang tanya! Apa-apaan kau ini, kau mau bunuh diri?! Bego! Bunuh diri adalah perbuatan paling pengecut!” daniel menjadi sangat marah, hal paling dia benci adalah orang yang menyia-nyiakan nyawa.
Gee berdiri kaku agak gemetar, dia menatap daniel dengan pandangan kebencian terbaik yang bisa dia berikan.” Lo nggak usah sok tahu!” katanya dingin.” Apapun yang mau gue lakuin sama badan gue, bukan urusan lo!”
“ aku nggak akan pernah ngebiarin orang bunuh diri di depan mataku!” kata daniel keras kepala yang membuat mata gee melebar, namun dengan cepat menyipit dengki lagi.
“ emang gue siapa lo? Kenapa ngurusin banget hidup gue?”
“ karena kau temanku!”
Mendengar itu gee tertawa dingin .” gue tahu apa mau lo! Lo seperti puluhan orang lain yang deketin gue. Lo Cuma mau manfaatin gue kan? Lo mau deketin gue Cuma karena gue pinter kan?! Nggak lebih dari itu!” katanya sambil melotot mengerikan. Daniel melihat jelas sakit hati yang tertanam di mata itu.
“ aku nggak peduli sama hal itu.” Kata daniel yang entah kenapa menjadi lebih tenang. Mungkin karena rasa iba yang muncul di sudut hatinya saat melihat sosok gee yang bernafas liar didepanya.” Aku hanya ingin jadi temanmu, itu saja.”
Tampaknya gee tak menyangka akan begitu sulit berdebat dengan daniel.” Gue bakal kasih tahu lo sesuatu.” Katanya sambil berjalan dengan langkah terseret mendekati daniel.” Gue homo.”
“ apa?” kata daniel shock. Dari semua dugaan yang telah dia pikirkan tentang gee selama ini, fakta bahwa gee adalah seorang gay sama sekali tidak masuk ke dalam daftar. Namun sebelum dia sempat mencerna kata-kata gee barusan, dia sudah kembali didorong sampai menabrak tembok. Gee menahan kedua tangan daniel di atas kepalanya dan tanpa basa-basi dia langsung mencium daniel di bibirnya. Sebuah ciuman liar, dia memaksa lidahnya masuk ke mulut daniel yang tertutup rapat dan mengerang marah. Daniel berusaha melepaskan tanganya dari cengkraman gee yang tampaknya semakin liar. Setelah tangan kananya berhasil lolos, tanpa berpikir, dia menghantam pipi gee sekuat yang dia bisa.
Gee terpelanting sampai punggunya menabrak tembok dan jatuh di lantai keramik basah. Dia menyeka sudut bibirnya yang berdarah, namun anehnya dia tesenyum liar.
“ sudah gue duga.” Katanya penuh kemenangan, dia langsung berdiri dan menarik bajunya yang tergantung di pintu kamar mandi dan berjalan keluar tanpa mengatakan apapun lagi.
Nafas daniel memburu, tubuhnya berkeringat dan terasa lemas. Dia terduduk di tepi bak mandi yang airnya sudah menjadi agak kemerahan. Daniel mengacak rambutnya frustasi setelah menyadari apa yang sudah dia lakukan, dia tak tahu kenapa dia bisa jadi lepas kendali seperti itu. Seharusnya dia menyadari bahwa gee menciumnya hanya untuk mengusirnya.
Daniel terus kepikiran tentang gee sampai beberapa hari berikutnya, dia juga berusaha mencari gee di kelasnya namun tampaknya gee tak pernah masuk sekolah lagi sejak hari itu. Perasaan bersalah yang terasa berat masih menggantung di dadanya, walaupun gee yang pertama menciumnya. Bahkan tanpa sadar seringkali daniel menyentuh bibirnya yang bekas dicium gee, dia masih bisa merasakan getir darah yang bercampur rasa pahit manis. Namun yang paling menggugah rasa ingin tahu daniel adalah alasan mengapa gee menyayat tanganya sendiri, apa benar gee mau bunuh diri? Ternyata terlalu lama memikirkan tentang gee membuat daniel jadi sering tidak fokus sehingga tidak hanya sekali dia harus meminta orang yang sedang ngobrol denganya untuk mengulang pertanyaan mereka. Hal ini mulai membuat rini, salah satu teman kelasnya, jengkel setelah dia harus mengulang pertanyaanya untuk yang ketiga kalinya.
“ kamu dengerin nggak sih niel?” kata gadis cantik berhijab itu kesal.
“ sorry-sorry rin. Tadi kau ngomong apa?” tanya daniel dengan senyum minta maaf.
“ jadi dari tadi aku ngomong sampai berbusa kamu nggak dengerin?” kata rini yang matanya mulai melotot berbahaya.” Kapan kita mau ngerjain tugas sosiologi itu? Kamis depan lho dikumpulin.”
“ oh, ya” kata daniel setelah ingat tentang tugas panjang yang diberikan pak wiryo tentang ‘contoh-contoh kelainan psikologi’.” Aku sih kapan aja bisa asal jangan sabtu depan.”
“ senin gimana?” tanya rini yang lansung dijawab anggukan singkat daniel.” Bisa.” Rini merogoh tas nya dam mengeluarkan secarik kertas kecil yang langsung diserahkan sama daniel.” Ini daftar buku referensi yang kita butuhin, kamu pinjam semuanya dari perpus ya. Sekalian kamu baca-baca dulu dikit, ehm, banyak juga nggak apa-apa biar nanti senin tinggal nulisnya.” Katanya dengan senyum manis.
“ tunggu kenapa Cuma aku yang harus baca?” protes daniel setelah melihat daftar lima buah buku yang dari judulnya saja sudah tampak membosankan. Namun saat dia menoleh, rini sudah berada lima meter darinya, berlari sambil melambai ceria.
“ baca yang rajin ya daniel ganteng, love you!” teriak rini.
Mendekati hari sabtu, pikiran tentang gee untuk sementara tersapu dari kepala daniel yang sudah penuh dengan kecemasan, karena pada hari sabtu dia berniat untuk nembak andien. Daniel terbangun pada sabtu pagi karena jantungnya berdetak luar biasa keras, bahkan dia tak merasa secemas ini saat pengunguman hasil ujian nasionalnya tahun lalu. Walaupun dia sudah membuat banyak rencana dengan alfan sebelumnya tentang cara terbaik untuk menembak andien, daniel tak bisa menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang selalu saja muncul dikepalanya tentang bagaimana andien menolaknya.
Daniel sudah membuat rencana untuk bertemu dengan andien sepulang sekolah nanti, walaupun andien tampak agak bingung dia toh menyetujuinya. Hari itu tak satupun kata-kata dari gurunya yang masuk ke telinga daniel, dia berkali-kali melihat jam tanganya dan rasanya sudah mau muntah sejak tadi. Bel pulang sekolah berdering keras yang membuat daniel tersentak kaget. Dia memasukan buku-bukunya dengan asal ke dalam tas, tanganya gemetar dan dia sudah berkeringat dingin sejak tadi. Dia melihat jam tanganya untuk yang terakhir kali, sepuluh menit lagi dia harus bertemu dengan andien di belakang sekolah. Dia mengambil HP di saku celanyanya dan menelpon nomor andien.
“ halo kak, nanti jadi kan?” tanya daniel gugup.
“ jadi kok, aku tungguin disana ya.” Balas andien dari seberang.
“ o..ok kak aku kesana.” Daniel menutup teleponya dan langsung berlari menyusuri koridor, melawan arus anak-anak yang pulang sekolah. Jantungnya sudah berdegup kencang dari tadi dan sepertinya akan meloncat keluar dari mulutnya.
Andien duduk di bangku panjang dibelakang sekolah sambil memainkan HP nya, dia mendongak saat menyadari daniel berdiri di depanya dan langsung memasang senyum manisnya.
“ hay, niel. Katanya mau ngomongin sesuatu, kelihatanya serius amat.” Kata andien sambil mengamati wajah daniel yang sudah berkeringat pucat.” Kamu sakit ya niel? Kok pucet gitu?”
“ ehm, nggak kok kak..itu....” kata daniel gugup sambil menggaruk belakang kepalanya yang sama sekali tidak gatal.” Kakakmaunggakjadipacaraku?!” kata-kata itu meluncur cepat dari mulutnya sebelum daniel sempat menahanya, membuat wajahnya jadi semerah buah bit.
“ er...sorry niel, tadi ngomong apa? Sorry aku nggak denger.” Kata andien bingung.
Daniel menggigit bibir bawahnya, ini berbeda jauh dengan rencana yang sudah dia susun dengan alfan. Tapi apa boleh buat, dia sudah terlanjur ngomong saking gugupnya. Dia menghela nafas panjang sebelum menatap andien dan bicara dengan suara pelan.” Kakak mau nggak jadi pacar aku?”
Andien tampak terkejut dan salah tingkah. Daniel berdiri cemas, siap-siap mendengar jawaban terburuk dari andien, namun saat daniel memberanikan diri melihat andien dia sangat terkejut karena tersenyum manis.
“ aku mau kok niel.” Jawab andien halus, membuat daniel langsung melongo.
“ kakak serius?” kata daniel nyaris tak percaya karena dia sudah hampir yakin bahwa dia akan ditolak.
“ serius lah masa berjanda.” Kata andien yang lansung melanjutkan dengan tegas.” Tapi nggak ada ‘kakak-kakak an’ lagi ya. Dan ini juga serius.”
Entah apakah daniel tak pernah menyadari bahwa andien begitu cantik, atau andien memang belum pernah tampak secantik ini. Daniel tersenyum lebar dan langsung memeluk andien yang tampak agak kaget tapi langsung ikut tersenyum juga.
Tampaknya tak ada satupun hal didunia ini yang bisa merusak kebahagiaan daniel kali ini, bahkan tingkah laku aneh gee pun juga tidak. Daniel dan andien berkeliling dikota semarang sampai sore, mereka mencoba beberapa cafe, nonton, sampai berjalan-jalan disekitar kota lama. Sepanjang perjalanan daniel terus menggengam tangan andien seakan takut kehilanganya, bahkan pandangan aneh orang-orang disekitar mereka sama sekali tak menggangunya. Daniel mengantar andien sampai depan gerbang rumahnya pada pukul tujuh malam, menolak ajakan andien untuk mampir dulu karena tak enak dengan orang tuanya dan langsung melesat pulang. Sepertinya besok dia harus mentraktir alfan, walaupun kenyataanya tak satupun saran alfan yang berguna saat acara penembakanya. Bahkan daniel heran sendiri, ternyata nembak andien tak sesulit seperti yang dibayangkan.
Sebenarnya daniel berencana mengajak andien jalan-jalan pada hari minggunya, namun ternyata andien tidak bisa karena ada acara keluarga. Makanya daniel menghabiskan pagi nya dengan berbaring di tempat favoritnya, bangku taman panjang di kebun belakang rumahnya, sambil membaca salah satu buku yang diminta rini untuk dipinjamnya dari perpustakaan. Ini jelas bukan cara yang disukai daniel untuk menghabiskan paginya, tapi apa boleh buat, kalau dia tak mencicil tugasnya dia yang akan keteteran pada akhirnya. Ternyata buku berjudul ‘ Penyimpangan – Penyimpangan Psikologis Yang Umum’ yang sedang dibaca daniel benar-benar membosankan. Dia sudah membaca hampir dua bab dan sama sekali tak memahami apapun, tentu saja, bagaimana mungkin dia diharapkan mengerti apa itu cleptomania, masokis, pika, atau nama-nama lainya yang menurutnya sangat sulit diingat.
Saat itu kakaknya datang membawa sebuah keranjang kosong dari anyaman bambu dan pisau kecil.
“ tumben pagi-pagi baca buku. Udah tobat ya?” tanya melinda heran sembari memotongi batang-batang sawi dan memasukanya ke dalam keranjang.
“ bawel!” kata daniel tanpa mengangkat wajahnya dari buku. Tapi tunggu dulu, kak melinda kan mahasiswi, mungkin dia tahu apa yang terjadi sama gee yang sampai saat ini masih membuat daniel bingung.” Kak dijurusan komunikasi ada mata kuliah psikologi gak?”
“ adalah. Kenapa? Tumben tanya-tanya begituan.”
“ ehm...kalau ada orang yang suka nyayat-nyayat tangannya sendiri, kira-kira dia kenapa ya kak?” tanya daniel nekat, siapa tahu kak melinda bisa menjawabnya jadi daniel tak perlu pusing-pusing lagi.
“ kok pertanyaanya ngeri begitu. Emang siapa yang suka nyayat tanganya sendiri?”
“ engak, Cuma tugas sekolah.” Bohong daniel yang menurutnya adalah alasan terbaik saat ini.
“ yee, ngomong aja kalau mau dibantuin bikin PR.” Kata melinda setengah jengkel.” dari yang kutahu ya, banyak sih alasanya. Tapi yang paling umum biasanya itu dialami para pecandu narkoba, kau tau, saat mereka mengalami sakau dan tidak bisa mendapatkan narkobanya, mereka biasanya menyayat tanganya sendiri untuk meminum darahnya.” Kata melinda mengakhiri penjelasan suram itu.
“ gee pecandu narkoba?!” kata daniel ngeri tanpa sadar.
“ siapa?” tanya melinda yang sedang fokus dengan sawinya sehingga tidak mendengarkan daniel.
“ tidak, bukan siapa-siapa.” Kata daniel cepat-cepat.
Gee pecandu narkoba?! Sepertinya hal itu sangat tidak mungkin! Pikir daniel. Tapi walaupun daniel berpikir begitu, kenyataanya penampilan fisik gee yang kacau dan terlihat pucat akan membuat siapa saja langsung percaya kalau ada yang bilang gee itu pecandu narkoba. Daniel menggigiti jarinya, dia harus ketemu gee, kalau memang gee pecandu narkoba dia harus membantunya agar sembuh. Daniel telah memutuskan bahwa apapun yang gee katakan, daniel akan tetap berusaha jadi temanya. Hal itu telah daniel putuskan semenjak dia menyadari bahwa ciuman gee waktu itu bukanlah ciuman kemarahan, tapi kesedihan. Daniel meraih bukunya dan membaca lagi, lebih agar dia terlihat melakukan sesuatu karena sejak tadi melinda masih memandangnya heran.
Ternyata mencari gee tidaklah semudah yang daniel pikirkan. Dia sudah menduga kalau gee tak akan berangkat sekolah hari senin nya, walaupun dia sedikit berharap. Sebenarnya dia berniat untuk mencari gee ke rumahnya, yang alamatnya sudah didapat daniel dengan bantuan dari andien, walaupun andien tampak heran saat daniel menanyakan alamat gee. Namun sialnya daniel lupa bahwa hari senin ini dia sudah janji dengan rini untuk mengerjakan tugas sosiologi mereka. Maka daniel terpaksa menunda rencananya untuk mencari gee. Ternyata mengerjakan tugas mereka jauh lebih melelahkan, daniel memijat tanganya yang pegal setelah mengetik dua jam tanpa henti di sebuah warnet.
“ pegel ya?” tanya rini yang duduk disampingnya dengan senyum lebar.
“ pegel lah, dua jam aku ngetik terus. Gantian dong.” Kata daniel sedikit kesal karena sejak tadi rini sama sekali tidak membantu.
“ hehehe nanggung dikit lagi lah...” katanya tanpa rasa bersalah.
Dampak baik dari tugas mengetik materi berjam-jam adalah akhirnya daniel mengerti apa yang dia baca kemarin, walaupun daniel tidak terlalu bersyukur atas hal itu. Dia bertemu dengan andien didepan ruang osis saat dia ingin mengumpulkan tugas sosiologi esok harinya. Dia tampak cantik dengan rambitnya yang dikepang panjang hari ini.
“ hay yank, lagi ngapain?” tanya andien.
“ ini lagi abis ngumpulin tugas.” Jawab daniel sambil tersenyum lebar.” nanti malam jalan yuk yank, ada film yang pengen kutonton.”
“ aduh sorry yang kalau nanti malem aku nggak bisa, mau belajar kelompok, sorry banget.”
“ yaudah deh nggak apa-apa, lain kali aja.” Kata daniel berusaha terdengar biasa walaupun dia terlihat kecewa.
“ yaudah aku balik ke kelas dulu ya. Bye, love you.” Kata andien sambil berlalu.
Karena hari ini daniel tidak ada acara dia memutuskan untuk pergi ke rumah gee sepulang sekolah, kalau menurut alamat yang diberikan oleh andien sih, rumahnya tak terlalu jauh dari sekolah. Saat daniel melewati koridor ke kelasnya dia mendengar seorang cewe kelas tiga sedang ngobrol seru dengan temanya di bawah tangga.
“ yang bener? Juara satu? Padahal wakil olimpiade fisika yang tahun lalu kan anak kelas tiga, itupun nggak dapet juara. Masa anak kelas satu bisa dapet juara sih?” kata salah seorang dari mereka dengan nada tak percaya.
“ beneran.” Kata temenya berusaha meyakinkan.” Aku denger sendiri dari bu ari, katanya dia jenius.”
“ tunggu siapa tadi kau bilang namanya?”
“ gee ramadian, itu lho yang kemarin ngasih sambutan waktu penutupan MOS.”
“ anak aneh itu....”
Jadi gee menang olimpiade fisika, hebat juga dia, pikir daniel. Lalu daniel teringat tentang kata-kata gee yang bilang bahwa orang-orang mendekatinya hanya untuk memanfaatkanya, sekarang daniel bisa membayangkanya.
Ternyata mencari rumah gee tak sesulit yang daniel kira. Rumahnya ada di sebuah kampung kecil yang memang tak terlalu jauh dari sekolah. Rumah daniel bisa dibilang cukup bagus juka dibandingkan dengan rumah-rumah disekitarnya. Daniel sudah berdiri di depan tembok batu rumah gee hampir setengah jam, sudah puluhan kali dia memencet bel tapi tak ada yang keluar, hingga akhirnya dia memutuskan untuk istirahat sebentar di sebuah warung makan kecil dekat situ.
“ temenya gee ya mas?” tanya si ibu penjaga warung sambil menyodorkan segelas teh panas mengepul pada daniel.
“ iya bi, tapi kayaknya nggak ada orang deh.”
“ kalau gee mah, jam segini jarang ada dirumah mas.”
“ terus keluarganya kemana bi?” tanya daniel yang dijawab si ibu penjaga warung dengan senyum sedih.
“ mas belum tahu ya? Keluarganya gee semuanya meninggal dalam kecelakaan mobil beberapa tahun lalu, Cuma gee yang selamat.” Hati daniel mencelos, dia tak menyangka akan mendengar sesuatu seperti ini.
“ terus yang biayain gee sekolah siapa bi?” tanya daniel bersemangat, akhirnya dia bisa tahu tentang kehidupan gee. Mendengar bahwa gee sekarang tinggal sendirian membuat daniel semakin ingin menjadi temanya.
“ pamanya. Dari yang saya denger ya mas, gee pernah diajak tinggal bareng disana, tapi gee nya nggak mau.”
Daniel bisa mendapat banyak informasi tentang kehidupan gee dari si ibu penjaga warung. Cukup banyak untuk membuatnya semakin merasa iba pada gee. Daniel menunggu di sana sampai sore tapi gee sama sekali tidak datang sehingga dia memutuskan untuk pulang.
Sudah hampir seminggu berlalu dan daniel masih belum juga bisa bertemu dengan gee. Selain itu hubunganya dengan andien juga mulai terasa hambar, walaupun andien selalu menaggilnya yank saat mereka bertemu atau sedang ngobrol via HP, namun andien hampir tak pernah bisa saat daniel mengajaknya jalan. Mungkin andien sibuk dengan tugasnya sebagai anggota osis dan daniel berusaha memahami hal itu. Pagi itu daniel datang ke sekolah lebih awal daripada biasanya, sehingga dia tidak heran kalau sekolah masih sangat sepi. Saat dia sedang berbelok hendak ke kelasnya, dia mendengar sesuatu yang jatuh dikejauhan diikuti suara erangan tertahan. Mata daniel melebar, dia langsung berlari ke tempat suara itu berasal karena dia hampir bisa menduga apa yang sedang terjadi. Dia sampai di salah satu sudut belakang sekolah saat dia melihat ketakutan terbesarnya jadi kenyataan .
Gee tersandar di dinding, lebam dan berlumuran darah, sementara kerah bajunya ditarik kasar oleh revan yang sudah tampak kesetanan. Dia hendak melayangkan tinju lain pada gee yang sudah tak berdaya, tapi daniel berhasil menahanya dari belakang. Membuat revan tersentak kaget dan langsung melemparkan gee ke tembok, gee masih tampak sadar, dia memandang daniel dengan tatapan takut bercampur marah. Tapi tak semarah tatapan yang diberikan daniel pada revan.
“ ngapain lo kesini?!” sergah revan kasar ada nada cemas dalam suaranya.
Daniel tidak menjawab, dia berjalan mendekati revan dengan tangan yang mengepal gemetar dan tanpa basa-basi langsung meninju pipi kiri revan keras sampai dia mundur ke tembok. Gee melotot kaget.
“ pergi! Kalau nggak gua bakal laporin lo ke kepala sekolah! Dan gue pastiin lo dikeluarin!” kata daniel dengan suara yang bergetar marah, dia sudah tak bisa berfikir jernih lagi.
“ lo pikir gue takut sama anceman lo hah?!” teriak sevan tak mau kalah.
Daniel merogoh saku celananya dan mengeluarkan HP samsung nya.” Gue udah rekam apa yang lo lakuin sama gee, dan kalo lo nggak mau rekaman ini sampai ke tangan kepala sekolah, cepat pergi dari sini!”
Tampaknya revan tak memiliki niatan untuk menyerah, tapi dia memandang HP di tangan revan dengan khawatir.” Tunggu lo nanti!” kata revan kasar sambil berbalik pergi. Daniel menoleh pada gee tubuhnya sudah gemetar menahan marah.
“ ngapain lagi sih lo?!” teriak gee kasar.” Apa yang bisa gue lakuin buat bikin lo pergi dari gue!”
“ nggak ada.” Jawab daniel tenang.” Dan aku minta kau segera hentikan ini gee, sadarlah! Dia tak akan pernah menyukaimu.”
“ apa maksud lo?” tanya gee heran, sepertinya marahnya terlupakan.
“ kau pernah bilang padaku. Jika aku mengetahui kau yang sebenarnya aku akan jijik padamu, sekarang kuberitahu kau, aku sudah tahu tentang dirimu yang sebenarnya dan aku yakinkan aku tak akan pernah jijik padamu.”
“ memangnya apa yang lo tahu soal gue?!” kata gee dengan tawa kasar menghina.
“ kau menyukai revan kan?” kata daniel yang langsung membuat mata gee melebar. Dia menghela nafas dalam sebelum melanjutkan, melihat sosok gee yang kacau dengan iba.” Dan kau seorang masokis.”