It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Yg itu bi~
Yg naik mobil nabrak~
Eh bukan, yg ngerengek minta motor~
Wkwkwkwkwk
Makasih bang ryo !
Jangan bosen2 cobain permen gulali joya ya !
Salam mamaw bang !
#ngembatlapak
#mumpungygpunyaUN
Makasih ya kak lulu udah sempetin baca cerita obi. Kak lulu mamaw !
Hahah, ini bang Obi next lagi ‘Permen Gulali Joya’-nya. Obi ingin abang merasakan manisnya gulali Joya sekali lagi. Miniseri yang sengaja Obi buat khusus untuk forum BF tercinta ini.
Yap, seperti biasa sebelum memulai mengikuti chapter miniseri ‘Permen Gulali Joya’, Obi ingin mengenakan tarif buat abang-abang semua (hahah..). Berapa tarifnya? Murah kok, liat rincian di bawah:
1. Baca cerita Obi, bayar dengan 1 ‘Like’ atau 1 ‘LOL’
2. Atau dalam beberapa kasus tertentu, abang bisa membayarnya dengan 1 ‘Kesal’
3. Kasih Obi 1 komentar (wajib).
Yap! Wajib berkomentar, Obi ingin mendengar suara dan tanggapan abang sama temen-temen semua (❀*´ `*). Itu aja deh, selamat mengikuti (❀*´ `*).
❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀❂❁❀✿❂❁❀
Chapter 6. Sepucuk Surat
...Janganlah memandang derajat dan materi dalam berteman, maka dia adalah teman yang baik...
Bangun pagi, menyiapkan kotak harta karun, mandi...
Sarapan (ada sisa makanan semalam, bahkan lebih!), berdoa, berangkat...
Jangan lapar, jangan menyerah, berjuanglah...
“Permen Gulali..., siapa mau beli..., ayo ayo..., permen gulali...”
Suara anak itu memecah deru kebisingan suasana perkotaan. Belakangan makin ramai saja Kota Madya ini. Hal itu benar adanya. Sebab, besok adalah hari dimana tahun baru Cina akan tiba. Hiasan-hiasan berbau oriental tergantung disana-sini. Semakin banyak. Spanduk panjang bertuliskan sesuatu bertema Imlek tergantung di depan emperen-emperan toko. Juga emperan depan toko Si Cina sial penjual kelontong itu! Banyak sekali macamnya. Tulisan ‘Sheng Yi Xing Long’, tulisan ‘Wan Shi Ru Yi’, dan tulisan Fu dipajang di setiap sudut emperan mall. Lampion-lampion apik bisa dijumpai barang satu langkah per satu langkah. Merah cerah dengan semburat kuning emas pada kaligrafi hokian itu. Ya! Malam ini adalah Chuxi─malam pergantian tahun. Semarak sekali. Ratusan orang─mungkin ribuan, berlalu-lalang. Sibuk sekali. Semuanya akan mempersiapkan malam pergantian tahun ini. Kenapa begitu yakin jika mereka akan melakukan hal tersebut? Ohh, itu pertanyaan retoris yang bahkan anak berusia dua belasan tahun bisa dengan mudah menjawabnya. Karena mereka─yang berlalu-lalang itu, kebanyakan adalah orang yang berwajah oriental. Cina-cina itu! Kental sekali garis tegas dan lancipnya. Rambutnya yang disisir rapi, kadang tegak. Hidungnya yang mancung. Bibirnya yang tipis. Berkulit putih─sampai urat-urat hijaunya kadang samar terlihat. Bermata sipit. Cina kan?
Entahlah. Ini perayaan mereka. Tapi anak berusia dua belasan tahun itu cukup menikmatinya. Paling tidak, siang ini sama seperti dua hari belakangan. Ada seorang pemborong yang membeli 10 tusuk permen gulalinya sekaligus. Bukan. Bukan pembeli yang sama seperti dua harian kemarin. Mereka─pemborong-pemborong itu, selalu berganti wajah. Selalu berbeda. Jadi tidak mungkin jika ini adalah suatu hal yang disengaja. Ya! Mulai tadi anak berusia dua belasan tahun itu sebenarnya sudah mulai curiga. Kenapa tiga harian ini selalu ada pemborong yang membeli permen gulali nya dalam jumlah yang besar. Nominal sama. Sepuluh tusuk. Selalu begitu. Tapi sudahlah. Anggap saja ini buah kebaikan dari ‘Dewa’ mereka. Mereka yang akan merayakan tahun baru nanti malam.
Dan lihatlah Bocil. Dia sangat sibuk menjajakan asongannya. Ahh, tidak! Itu hanya kedoknya saja. Amati rona wajahnya. Kalian akan mendapati senyuman sumringah mengembang bak bunga aster yang mekar di pagi hari. Sedari pagi ia sibuk mondar-mandir berjalan di samping si Cina kaya. Kalian tahu ‘kan apa yang ia ‘lakukan’? Itu jawaban kenapa senyuman bocah itu makin melebar. Entah sudah berapa dompet tebal yang ia dapatkan siang itu. Apa itu merupakan salah satu kebaikan dari ‘Dewa’ mereka untuk Bocil? Anak berusia dua belasan tahun itu─Joya, tidak akan menganggapnya begitu.
Joya menyandarkan punggungnya di sebuah tiang megah penyangga Mall. Tempat istirahat barunya. Tidak mau lagi duduk-duduk di depan emperan toko kelontong Cina sial itu. Toko yang kini makin penuh dengan hiasan-hiasan ala Tionghoa. Ada spanduk Gong Xi Fa Chai bergantung disana. Siapa yang mau kena sepak laksana anjing gelandangan yang kotor? Joya sudah tidak mau lagi! Ia meletakkan kota ajaibnya. Melempar pandangan kesana-sini. Menikmati indahnya hiasan-hiasan yang serba merah. Bosan melihat Bocil yang masih mondar-mandir. Sesekali Bocil menaikkan alisnya. Itu pertanda kalau dia sudah mendapatkan ‘hasil’. Mungkin banyak.
Ada satu patung yang menarik perhatian Joya─anak berusia dua belasan tahun itu. Sebuah patung monyet yang di finishing dengan cat berwarna emas. Apik sekali kelihatannya. Tahun ini adalah tahun monyet api rupanya. Dan sejauh matanya memandang, warna merah dan kuning mendominasi emperan mall-mall ini. Wajar saja. Bagi mereka─kaum-kaum oriental itu, warna merah atau warna hong adalah warna utama pilihan mereka. Itu adalah pilihan warna yang sudah diamalkan secara turun-temurun. Bagi mereka, warna hong memiliki makna tersendiri. Warna itu menggambarkan keadaan yang terang dan ceria. Menjadi lambang kegembiraan dan menjanjikan sinar kecerahan dalam kehidupan. Makna antusiasme, semangat dan keberuntungan melekat disana. Sedangkan warna kuning melambangkan kesetiaan, kesungguhan dan kesucian. Konon katanya Kaisar Feodal dari nenek moyang kaum oriental itu gemar sekali mengenakan jubah naga yang berwarna kuning emas. Menjadikan warna kuning itu sebagai simbol kekuasaan, kekaisaran serta kedaulatan.
Hei! Tahukah kalian kenapa lampion-lampion yang bergantung-gantung apik itu menggunakan dua warna tersebut? Konon katanya pendar cahaya dari lampion memiliki makna filosofis tersendiri. Nyala merah lampion menjadi simbol pengharapan bahwa di tahun yang akan datang diwarnai dengan keberuntungan, rezeki, dan kebahagiaan. Legenda klasik juga menggambarkan lampion sebagai pengusir kekuatan jahat angkara murka yang disimbolkan dengan hewan raksasa bernama Nian. Memasang lampion di tiap rumah juga dipercaya menghindarkan penghuninya dari ancaman kejahatan. Aneh bukan? Entahlah. Itu yang mereka percayai.
“Hei! Kau melamun lagi!”
Suara Bocil memecahkan lamunan Joya. Ia meletakkan dagangan asongannya.
“Hahah! Rupanya kau! Bocil! Bagaimana? Dapat banyak?” Joya bertanya sambil tertawa.
“Sialan kau! Hei! Aku ada sesuatu buat kau, Joya,” kata Bocil.
“Apa itu? Roti lezat seperti kemarin?” Joya ingin tau.
“Hahah, bukan! Bukan itu! Ini!” Bocil mengulurkan secarik kertas. Ahh! Itu amplop! Sebuah surat!
“Surat? Untukku? Dari siapa?” Joya menerima surat tersebut.
“Entah, seorang anak Cina mendatangiku tadi disana. Dia memintaku untuk memberikan surat ini kepadamu. Ia membayarku untuk ini,” Bocil melambai-lambaikan selembaran uang sebesar lima puluh ribu rupiah.
“Kau..., kau dibayar? Atau kau memintanya?” tanya Joya tidak percaya.
“Errghh..., aku dibayar, demi Tuhan. Anak itu sendiri yang memberikanku uang ini. Ini menjadi keberuntunganku, tidak boleh aku tolak,” Bocil meyakinkan Joya.
Sebuah surat! Seorang anak Cina? Siapa? ‘Anak berwajah lucu’ itu? Mungkinkah?
Joya membuka amplop itu perlahan. Wangi sekali aroma amplop tersebut. Memang benar, ada sepucuk surat disana. Joya membukanya. Secarik kertas itu.
“Hei! Apa anak yang memberikan surat ini adalah kawanmu?” Bocil bertanya.
Joya tidak menjawab pertanyaan yang diajukan Bocil untuknya. Ia sudah terlanjur penasaran.
....
Untuk Sahabatku,
Joya~
Halo sahabatku!
Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih atas kebaikanmu karena telah menemukan dan mengembalikan dompet ku. Entah apa yang harus aku lakukan jika kau tidak menemukan dompetku. Hei! Apa kau tau? Aku sering sekali melihat engkau berjalan melewati gang depan rumahku setiap pagi. Tepat pukul delapan lebih tujuh menit, kau selalu melewati jalan gang depan rumahku. Selalu diwaktu yang tepat. Ahh, tidak juga. Kadang kau terlambat barang dua-tiga menit. Ya! Aku menghitungnya. Kau pasti heran kenapa aku melakukan itu, bukan? Hahah! Entahlah! Aku hanya tertarik denganmu. Aku ingin mengenalmu lebih dekat. Tapi aku terlalu malu untuk menyapamu ketika kau melewati gang depan rumahku.
Sebenarnya ketika kau berhenti lama di depan rumahku (entah apa yang kau lakukan, kau duduk di seberang jalan sambil mengamati rumahku, menorehkan sesuatu, apa kau sedang menggambar rumahku?), aku ingin menghampiri dan menyapamu. Tapi karena terlalu malu, aku hanya bisa menyapamu lewat senyuman saja. Hahah! Kau membuatku terlihat seperti orang bodoh karena kau tidak membalas sapaanku kemarin. Saat itu aku berpikiran kalau kau tidak mau berteman denganku. Tapi di esok harinya, kau malah datang dengan membawakan dompetku. Aku berpikiran lain tentang kau. Kau anak yang baik. Aku semakin tertarik dan ingin tahu lebih jauh lagi tentang kau, Joya. Itulah mengapa aku selalu berdiri menantimu di depan teras rumahku hanya untuk melihat kau melewati gang depan rumahku.
Kau pasti bertanya-tanya kenapa setiap pagi aku berada disana. Kau bertanya kenapa aku tidak bersekolah seperti anak-anak pada umumnya, bukan? Kau tahu? Kau lebih beruntung dibandingkan dengan ku. Setiap pagi kau bisa melihat indahnya dunia luar. Setiap pagi kau bisa melihat apa yang tidak bisa aku lihat. Kau bisa merasakan hangatnya sinar mentari. Kau bisa merasakan semuanya. Tapi tidak denganku. Kau tahu kenapa? Karena tubuhku ini sangat mudah sekali lelah. Aku mengalami kerusakan ginjal sejak umur 3 tahun. Ginjal sebelah kananku sudah tidak lagi berfungsi. Itulah yang membuat aku tidak bisa melihat indahnya dunia luar. Karena aku mudah sekali lelah. Orang tuaku─papa dan mama ku, tidak mengizinkanku untuk keluar pagar rumah. Mereka terlalu khawatir dengan kondisiku. Mereka tidak ingin terjadi apa-apa denganku.
Tapi apa kau menyadari kalau belakangan aku mengikutimu? Ya! Aku melakukannya secara diam-diam. Tanpa sepengetahuanmu. Tanpa sepengetahuan mereka─papa mamaku. Aku mengikutimu kemana engkau setiap pagi melangkahkan kakimu. Akhirnya dari sana aku mengetahui kalau kau berdagang. Itu sebabnya mengapa kau selalu berangkat pagi melalui gang depan rumahku, bukan? Hahah! Kau akan menertawakanku. Aku yakin itu. Bahkan aku sempat kehilangan dompetku. Aku lalai waktu itu. Mungkin aku menjatuhkan dompetku dalam perjalanan pulang (Tapi diluar dugaan, kaulah yang menemukan dompetku. Aku semakin yakin kalau ini adalah takdir awal pertemanan kita, bukan?).
Hei! Apa kau tahu kalau aku sangat menyukai permen gulalimu? Aku mempunyai banyak di rumahku. Aku menyuruh pembantuku untuk membeli banyak permen gulali yang kau jual. Aku menyukai permen gulalimu yang berbentuk ‘ayam jago’. Itu menjadi permen favoritku. Permen termanis yang pernah aku rasakan. Aku sangat menyukainya.Ohh! Aku tidak bisa terus-menerus meminta pembantuku untuk keluar membelikan aku permen gulalimu. Mereka sangat sibuk. Aku juga tidak bisa keluar rumah karena kondisiku yang payah. Apa kau bisa mengantarkan permen gulalimu ke rumahku? Kau melewatinya setiap hari kan? Sehari sepuluh tusuk? Apa kau mau melakukannya? Aku harap kau mau melakukannya. Aku akan membayar lebih dari harga yang kau berikan. Asalkan kau dengan senang hati mengantarkannya─permen-permen lezat itu.
Ahh sial! Aku lupa untuk mengenalkan diriku! Tapi aku rasa kau sudah mengetahui namaku. Kau membacanya melalui kartu-kartu yang ada di dompetku, bukan? Hahah! Aku yakin begitu. Kalau tidak, bagaimana mungkin kau bisa mengembalikan dompetku tanpa tau siapa pemiliknya. Kau melihat fotoku, bukan? Hei, aku bermarga ‘Zhang’. Tapi itu tidak penting. Kau bisa memanggilku sesuai dengan nama lokal pemberian papa. Ya benar! Aku keturunan Cina. Tapi aku harap kau mau berteman denganku. Itu tidak menjadi masalah bagimu kan? Karena aku Cina? Ahh, lupakan itu! Oh ya, Aku berumur lima belas tahun di tahun ini. Mungkin itu setara dengan kelas 9 jika aku mengikuti jenjang pendidikan di sekolah menengah pertama. Ahh, ada banyak hal tentangku yang ingin aku ceritakan kepadamu. Aku lelah menulis. Akan lebih bagus jika aku bisa memberitahukanmu secara langsung. Hei! Aku rasa itu ide yang bagus! Maukan kau datang ke rumahku? Aku janji akan menceritakan banyak hal tentangku. Hahah! Kau mau kan?
Besok pagi, akan ada pesta besar di rumahku. Aku sangat berharap kau datang. Aku akan menjadikanmu tamu spesialku. Hei! Apa kau memiliki pakaian yang pantas? Kalau tidak lupakan saja. Itu tidak masalah buatku. Dengan kau mau datang saja itu sudah lebih dari cukup buatku. Aku akan sangat senang. Aku berjanji akan mengajakmu bermain kembang api bersama. Aku mempunyai banyak di rumahku. Kau boleh mengajak teman atau saudaramu. Aku tidak keberatan sama sekali.
Haaahh...
Aku lelah sekali menulis surat ini. Pegal sekali tanganku menggenggam pena hitam ini. Tapi apa kau tau? Aku menulisnya sambil tersenyum. Ini semua berkat kau, Joya. Tapi mau tidak mau, aku harus menyudahi tulisanku ini. Sudah terlampau panjang buatku. Hahah! Mungkin ini adalah surat terpanjang yang pernah aku tulis! Dan entah bagaimana caranya nanti, kau akan membaca suratku ini.
Kau dengar! Aku sangat ingin kita berteman denganmu. Aku sangat tertarik kepadamu. Aku yakin kita bisa menjadi teman baik. Lupakan jika aku berketurunan Cina. Dan kau harus ingat! Kau harus mau datang ke pestaku besok. Akan ada banyak makanan dan minuman disana. Kau juga harus membawakan aku 10 tusuk permen lezatmu itu. Aku akan membayarnya lebih. Aku berjanji. Salam damai sahabatku.
...
Joya melipat surat itu dan memasukkanya kembali ke dalam amplop yang wangi itu. Entahlah, mungkin parfum mahal bermerk disemprotkan pada amplop ini oleh ‘anak berwajah lucu’ itu. Ya! ‘Anak berwajah lucu’ itulah yang menulis surat ini. Joya yakin sekali. Ia tidak menyangka bahwa anak itu akan mengiriminya sebuah surat. Terlebih lagi anak itu ingin menjadi temannya. Ia tertarik akan Joya. Dan bahkan ia mengundang Joya untuk hadir dalam acara pesta esok hari yang akan diadakan di rumahnya─rumah ’anak berwajah lucu’ itu.
Bagaimana dengan Joya? Apa ia akan sudi datang ke rumah megah itu? Apa ia mau berteman dengan anak Cina itu? Entahlah! Joya sendiri kini tengah bingung. Apa ia layak berteman dengan si anak kaya itu? Setelah membaca isi surat tadi, Joya mengetahui jika ‘anak berwajah lucu’ itu benar-benar berbeda. Ia anak yang baik. Kalau tidak, buat apa ia repot-repot menuliskan surat ini untuknya? Ahh! Mendiang Ibunya pernah berkata bahwa─...Janganlah memandang derajat dan materi dalam berteman, maka dia adalah teman yang baik....
“Ya, surat ini datang dari kawanku,”
Joya menjawab pertanyaan Bocil yang rupa-rupanya sedang asyik menghitung ‘hasil’ kerjanya. Ia benar-benar mendapatkan banyak siang itu. Mungkin Dewa Pencopet sedang berbaik hati kepadanya. Berkah sambutan awal tahun monyet api untuk Bocil. [Bersambung]
❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀
p.s “Jangan lupa tarif sama komentarnya yah bang (❀ *´ `*)”
Hahah Errghh... abang @akumisteri1 (❁ *´ `*)
Hahah iya bang @amostalee (❁ *´ `*)
Hoaaaa abang @LostFaro!! Kan kan, bawa bawa itu kan, mobil Obi bumpernya udah bener yo~ (❁ *´ `*) . Pliss jangan ngingetin Obi sama motornya Kenneth (╥﹏╥")
Hoo baik abang @akina_kenji (❁ *´ `*). Nanti Obi akan coba operk-oprek lagi (❁ *´ `*). Mohon bimbingannya yah abang (❁ *´ `*)
Hoaaaa abang @LostFaro!! Kan kan, bawa bawa itu kan, mobil Obi bumpernya udah bener yo~ (❁ *´ `*) . Pliss jangan ngingetin Obi sama motornya Kenneth (╥﹏╥")[/quote]
Hahahahaha... Gak jadi anak gaul deh gak naek motor kaya kenneth.