It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kenapa si chandranya ga di ajak ngomong langsung... Ini malah d buntutin ditu.. Hahaha..
Di tunggu lanjutannya..
"Pulangmu kok telat banget Vinn," tegur mama saat aku baru menutup pintu, "udah makan belum??"
Mama sedang asyik menonton TV.
"Belum makan. Masak apa tadi?"
Sepatu yang baru aku lepas, aku letakkan di rak sepatu.
"Mas...kok penyok sih mobilnya?!" tiba-tiba pak No masuk dan bertanya tanpa melihat situasi.
Aku menepuk dahiku pelan.
Mama langsung menatapku kaget. Sedangkan pak No langsung ngacir keluar. Sialan.
"Tadi ada anak SMP yang nabrak mobilku," Mama meletakkan remote TV, "nggak parah kok ma."
"Kalau sampai papamu tahu...?"
Aku nyengir.
"Kena marah pastinya ma."
Aku mencomot satu kue kering yang ada di atas meja.
"Sana ganti baju terus makan."
Sesuai yang dititahkan. Aku langsung menuju kamarku. Melepas semua seragamku dan menggantinya dengan pakaian santai.
Hp...Hp...
Aku mengutak atik hp ku sambil tengkurap di kasur. Foto rumah Chandra ada disana. Jelas. Tidak buram. Aku tahu rumahnya. Ini menyenangkan...
Hahahaha...
Aku berguling-guling di atas kasur. Tertawa seperti orang gila.
Aku sudah tahu kelasnya dan juga rumahnya dalam sehari. Itu keren.
Bayangan Chandra yang menatap langit kembali mengusikku. Matanya sangat indah. Hitam yang pekat. Wajahnya...dia ganteng. Keren.
Bagaimana caranya supaya aku dekat sama dia? Pasti aneh yang awalnya tidak pernah bertegur sapa tahu-tahu mengajak ngobrol.
Hmm...
Aku mengutak-atik google. Mencari cara PDKT secara natural.
Link pertama lebih baik aku hindari. Disana ditulis kalau cowok bajingan dan brengsek lebih natural saat PDKT. Tapi jelas aku bukan cowok bajingan. Aku cowok baik-baik. Cowok rumahan.
Hmm...
Link ke dua...
Disini dijelaskan lebih rinci. Yang jelas aku harus memakainya. Mencobanya. Aku tidak perlu buru-buru. Jangan sampai Chandra risih sama aku.
Aku harus mempraktekkannya di sekolah. Cara di perpus ini patut untuk dicoba. Semoga saja Chandra suka ke perpus.
Degdeg...
Degdegdeg...
Degdegdegdegdegdeg....
Yaampun...aku deg-degan.
Aku kembali terlentang.
Atau...aku pura-pura menabraknya? Tapi itu sedikit norak. Gimana kalau dia marah sama aku? Atau dia sakit gara-gara aku tabrak? Atau dia ngira aku resek? Hmmm....
Ya udah pakai cara mbah google aja. Kenalan di perpus. Kayaknya memang harus di perpus.
"KAAAAAAKKK VIIIIIIIINNN...DISURUH MAKAN SAMA MAMAAAAAAAAA...."
Gita berlari ke arahku lalu menarik-narik bajuku.
"Iya bentar Gita. Kakak masih capek."
"MAAAAAAA...KAAAAK VIIINNN NGGAK MAU MAKAAAAAAANNN...KATANYA CAPEEEEEEEKKK....."
"VIIINN AYO MAKAN DULUUU!!" Mama ikut berteriak di bawah sana.
Aku langsung mencium kening Gita.
Hiiihh...ini anak. Suka banget sih teriak-teriak. Gimana kalau tenggorokannya sampai sakit?!
Setelah mengeces hpku, aku menggendong Gita menuju ke lantai bawah.
"Iya aku makaaan..."
~ Whoami Pov ~
Mksh komenx..komen lg ya..aq ska baca2 komen yg membaca ceritaq...jd semangat tersndri... ^^
Hahaha...
Mas @pokemon peringkatnya udah 'moderator',, itu apa ya maksudnya..??? Hehehe
Rendi menyalakan rokoknya. Ini sudah rokok yang ke dua selama kami di kantin ini.
"Belum istirahat juga ya??" desis Rendi, "lain kali nggak usah ngajak aku. Aku pengen main bola sama anak-anak yang lain begoooo...!!!"
Aku mengaduk-aduk nasi bungkusku yang belum aku makan sama sekali. Alasannya? Nggak enak.
"Mau gimana lagi. Nggak mungkin aku kesini sendirian."
"Aku bisa nemenin kamu ke sini saat jam istirahat nanti."
"Nggak bisa. Aku grogi. Lagian kalau kamu sudah main bola, pasti tembus sampai jam istirahat."
Olahragaku di jam ke tiga dan ke empat, yang dipisahkan oleh jam istirahat.
Karena aku tidak tahu Chandra suka ke perpus atau tidak, aku nekat mau mengajaknya ngobrol di sini. Lupakan masalah perpus. Aku merasa itu tidak akan berhasil.
Nafasku hampir tercekat saat bel tanda istirahat berbunyi.
"Ree...Ren!! Ayo buruan minummu. Kita kembali ke kelas."
"Huhh???" Rendi menatapku dengan kening berkerut, "bukannya kam...."
"Aku nggak siap. Aku nggak siap. Aku deg-degan. Aku nggak siap."
Lihat tanganku mulai gemetar dan jariku terasa dingin.
Aku menelan ludah. Rendi masih menatapku.
"Biasa aja. Nggak usah grogi. Kan sama-sama cowok. Ngobrol santai aja."
"Misalnya??? Udahlah Ren lupain acara pdktku. Aku bener-bener nggak siap."
Kantin mulai penuh dengan anak-anak. Semakin lama jantungku berdetak tak menentu. Semakin lama semakin sesak dan itu membuatku sangat gugup. Aku takut. Aku bingung. Aku nggak siap.
Deg...
Dia datang. Serius?? Aduuh...
Aku pura-pura makan. Tidak...aku benar-benar makan nasi yang tidak enak itu. Rendi terkekeh melihatku yang mati kutu. Dari sudut mataku, aku bisa melihat Chandra sedang antri untuk membeli nasi bungkus. Setelah itu dia benar-benar berjalan ke arahku. Sebenarnya aku duduk hampir di pojok. Dan menyisakan sedikit ruang untuknya di dekat dinding. Itu aku sengaja agar tidak ada yang menempati kursi itu.
Aku masih mencoba menelan dengan susah payah nasi beserta lauk pauknya yang hambar saat dia melewatiku. Dengan cueknya dia duduk di sampingku. Nafasku semakin tak beraturan.
Aku mencoba menghela nafas panjang tanpa suara. Hahahaha...
Brengsek... aku gugup.
Di bawah sana Rendi menendang-nendang kakiku. Aku melototinya. Dia terlihat menahan tawa. Dia menyebalkan.
Rendi memberi sinyal padaku untuk menyapa Chandra dengan gerakan bola matanya. Aku kembali menghela nafas.
Bibirku terbuka tapi tertutup lagi. Aku benar-benar belum siap. Kembali bibirku terbuka.
"Ambilin aqua dong," kataku pelan.
Chandra menghentikan makannya lalu menatapku.
Degdegdeg...
"Aqua..." kataku lagi tak kalah pelan dengan yang pertama.
Degdegdegdegdegdeg...
Benar. Iris matanya hitam pekat dan bulatannya sedikit lebih besar dari orang kebanyakan. Dia pakai softlens atau itu asli? Tapi kenapa juga dia pakai softlens kalau dia sendiri sudah pakai kacamata? Aku yakin itu asli. Yang manapun itu, matanya bagus. Bulu matanya panjang walaupun tidak lentik. Hanya lurus ke depan. Aku suka. Tatapannya tajam. Aku suka. Hidungnya mancung. Aku suka. Bibirnya merah merona. Aku suka.
Aku kembali gugup saat Rendi menendang kakiku di bawah sana. Aqua yang aku minta sudah ada di dekat nasi bungkusku. Aku akhirnya kembali memaksa menelan nasi bungkus itu.
Rendi : goblok!!!
Rendi : ngapain mnta di ambilin aqua
Rendi : tnya apa kek
Rendi : pura2 tnya tmn yg km kenal di kls dia atau apa kek
Rendi : dasar tekek
Aku menghela nafas saat membaca bbm dari Rendi. Anak itu memegang keningnya.
Me : emngx gampang apa??
Me : itu aja udah bkin aq was2
Rendi : gobok ttp aja goblok
Me : aq bngng
Me : tkt
Rendi : apa sih yg km tktin?? Cm tnya hal yg ringan aja kan. G lngsng nembah
Rendi : *nebak
Aku mendengar Rendi mendengus.
Rendi : *nembak
Rendi : goblok!!!
Rendi : km goblok tw g
Rendi : brengsek
Aku melotot ke Rendi.
Kok bisa dia yang sewot?!
"Yuk balik!" tiba-tiba Rendi berdiri.
Mau tidak mau aku mengikutinya. Aku melirik Chandra sebelum benar-benat pergi. Dia masih menikmati nasi bungkusnya. Keberadaanku seperti tak ada artinya. Yah...mau bagaimana lagi...siapa aku ini...
Sebelum pergi aku menyambar aqua pemberiannya tadi. Membayar?? Hutang dulu. Kantin sedang ramai. Malas berjubel. Toh cuma 500 perak.
"Gilaaaaa....kamu cuma ngajak bolos buat minta diambilin aqua??? Serius lu ndro???" aku nyengir, "aku sampai nggak bisa main bola cuma gara-gara aqua???"
"Iya-iya sorry. Susah tau ngobrol sama dia. Aku sama dia itu nggak pernah ngobrol sebelumnya. Gila aja tiba-tiba jadi sksd. Nanti dia mikir yang aneh-aneh lagi tentang aku."
Rendi menghentikan langkahnya.
"Jelas susah kalau kamu pikir dia sama kayak cewek. Dia itu cowok Vinn. Sok sksd juga nggak masalah kali. Dia juga pasti biasa aja."
Aku tahu. Tapi tetap saja susah.
"Udah ah...aku mau nyusul pelajaran olahraga setelah istirahat. Kamu ikut nggak??"
"Nggak deh. Aku bingung nanti mau alasan apa."
"Yaelah...alasan aja tadi kamu sakit."
"Nggak deh. Aku bolos penuh aja."
"Yaudah."
~ Whoami Pov ~
Hallo...yg udah baca..makasih. iya mmng critanya blm jelas. Pov satu yg jelas bukan vinn. Selanjutnya pakai sudut pandang vinn trz kok.
Eh...tinggalin jejak ya hehehe...
Ngingetin masa sma dulu..
Jam pulang sekolah aku dan Rendi punya rencana mau nongkrong di mall. Lagian rumahku kosong. Papa belum pulang, mama sama Gita katanya kergi ke rumah saudara. Di rumah cuma ada bibi sama pak No. Kalau aku pulang sekarang pasti sepi.
"Ke mall ngapain??" tanyaku.
Jarang sekali Rendi nongkrong di mall. Palingan ke starbucks atau cafe.
"Sekalian mau cari baju," sahut Rendi sambil mengutak atik hp.
Aku menyeringai.
Ini anak pasti mau ketemuan sama si tante. Sebenarnya aku ingin tanya sama dia bagaimana rasanya jalan sama tante-tante, bagaimana rasanya jalan sama wanita yang sudah punya anak yang usianya lebih tua dari dia setahun atau bagaimana rasanya jadi selingkuhan wanita yang sudah bersuami. Tapi itu hanya jadi pertanyaan yang tak pernah terjawab karena memang aku tidak pernah bertanya. Aku menghargai privasinya. Dia juga sama. Dia sama sekali tidak kepo tentang aku. Dia tidak bertanya bagaimana aku jadi gay, atau siapa aja mantanku atau apa aku pernah tertarik sama dia. Yah...biarpun aku akan menjawabnya kalau dia bertanya, tapi dia tidak pernah bertanya. Dan satu hal...biarpun Rendi punya tubuh bagus dan wajah menjual, aku tidak pernah tertarik sama dia. Sejak awal aku menganggapnya teman. Dan baru kali ini dia sedikit kepo sama Chandra. Mungkin baru kali ini dia melihatku tertarik sama cowok. Kalau biasanya aku suka sama orang-orang dibatas angan seperti artis atau model, kini aku benar-benar suka sama cowok yang dekat denganku. Aku tidak pernah memberinya nasehat tentang gaya hidupnya atau tentang dia yang berhuhungan dengan tante-tante. Aku tidak berhak. Aku juga tidak sempurna. Aku lebih parah. Aku tidak bisa menasehatinya. Aku tidak mungkin menasehatinya. Dia juga sama. Dia tidak pernah menasehatiku untuk ini itu. Dia tidak pernah menasehatiku untuk masalah pribadi. Kami sebenarnya sama. Kami mirip. Dan kami tahu itu. Jadi kami hanya bisa diam.
"Chandra," langkahku langsung berhenti saat melihat cowok yang sedang memperhatikan sesuatu.
"Heh...itu Chandra!!!" Rendi langsung menarik tanganku.
"Iya tahu," bisikku.
"Ayo sana!! Kamu samperin!!"
"Huuhh???!!"
Tiba-tiba saja Rendi mendorongku. Spontan aku menahan tubuhku lalu berjalan mundur. Rendi kembali mendorong tubuhku, aku kembali berjalan mundur. Sekali lagi Rendi mendorongku dan aku langsung berjalan mundur.
"Ck!!! Bego banget sih."
Tiba-tiba Rendi mendorong tubuhku dengan keras. Aku sampai tidak bisa menahan laju kakiku...
Brruuuuugghh....
Prruukk....
Aku menabrak Chandra. Hpnya sampai jatuh berputar-putar di lantai.
Bagaimana ini...sial...
Soo...sssoooo...
"Sorry," kataku sebelum melangkahkan kakiku.
Rendi langsung menyusulku.
"Heh!! Gila ya kamu?! Hp nya jatuh. Tapi kamu cuma bilang sorry??"
"..."
"Vinn!!"
"Aku harus gimana?? Ngambilin hpnya?? Ya...ya...harusnya emang gitu sih tapi aku nggak bisa."
Aku melihat telapak tanganku yang sedikit gemetar.
"Aku grogi berat," desisku.
Rendi menghela nafas panjang.
"Dasar....."
Semoga hpnya tidak rusak. Apa dia akan membenciku karena itu? Masa dia membenciku karena hal kecil. Tapi bisa juga sih.
Aduh...
Aduuuuhhh....
Gimana ini???
~ Whoami Pov ~
Makasih yg udah baca. Gmn critaq ini?? Apa sudah kyk anak SMA yg cinta2an?? Hahahah mklum aku udah lama lulus. Jd hrs mengingat ngingat zaman2 SMA dl haha.
Btw. Tinggalin jejak ya