It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
udah lama ga update kan
"Tutup," kata Chandra lirih.
Rumah makan langgananku tutup. Tertutup.
Aku menatap Chandra yang juga melihatku.
"Terus mau makan dimana? Tutup."
Aku nggak punya ide. Sejak awal aku hanya memikirkan tempat ini. Rumah makan ini bukan restaurant terkenal dan mahal. Hanya sebuah rumah makan biasa yang ada dipinggir jalan. Tapi rasanya berkelas. Tempat ini sudah menjadi langganan keluargaku kalau si bibi lagi malas masak. Yang datang juga lebih banyak orang-orang dari kalangan menengah ke atas. Dari gaya dan pakaiannya saja aku sudah tahu. Sesuatu...harga satu porsi ditempat ini sama seperti harga di restaurant bintang lima. Maklum juru masaknya bukan abal-abal. Rasanya juga bisa di uji.
"Itu...gimana ya...aku cuma tahu makanan enak ya disini."
Bisa saja aku ajak dia ke restaurant yang enak. Cuma jaraknya terlalu jauh. Aku ragu mau mengajaknya menempuh jalan memutar-mutar. Nanti dia keburu lapar.
Aduuuhh...dalam kondisi ini aku ingin Rendi ada disini dan membantuku.
Aahh...sial...
"Makan mie ayam aja gimana?"
"Hee??"
Chandra terlihat sedang menunjuk sesuatu. Penjual mie ayam di pinggir jalan.
"Tapi...aku nggak yakin enak sih."
"Pasti enak. Mie ayam di mana aja selalu enak kok."
Chandra langsung turun dan berjalan menuju mie ayam itu tanpa menunggu responku.
Aku kok ragu ya. Mie ayam di tempat seperti ini.
...
...
...
Haaaaahhhhhh....ya sudah lah.
Aku mengikuti Chandra dengan mengendarai mobilku pelan. Jaraknya dekat kok. Setelah aku memarkir mobil, aku menyusul Chandra yang sudah duduk.
Ramai. Benar-benar ramai. Kami harus berbagi meja dengan dua pasangan yang lain.
"Mas mie ayamnya dua. Minumnya es jeruk satu...." Chandra menatapku.
"Ah...aaa sama. Es jeruk juga."
"Es jeruknya dua," lanjutnya lagi.
Chandra nampak terbiasa makan di tempat seperti ini. Beda denganku. Aku belum pernah makan di pinggir jalan. Kalau mau mie ayam, aku bisa beli di depot atau rumah makan langgananku. Lagian...ada got di belakang rombong ini. Baunya nggak enak. Dan lagi...air putihnya diambil dari jerigen. Jerigen bekas apa itu? Itu jerigen baru atau bukan? Lalu sambalnya. Kenapa sambalnya di campur air? Jadi sambalnya encer.
Mie dan es jeruk kami sudah dihidangkan di atas meja.
Cepat sekali. Ini sudah matang apa belum? Kecapnya kenapa mencurigakan. Bukan merk terkenal. Bukan kecap bangau atau kecap sawi, merk yang mencurigakan. Warnanya juga.
"Ssrruuupppp...."
Chandra mulai memakannya. Dari cara makannya sih kelihatan enak.
"Kenapa? Nggak suka?" tanya Chandra yang tahu aku hanya terpaku pada mieku yang belum aku sentuh.
"Ah...iya. Aku makan."
Setelah menuang sambal dan kecap aku mulai menyantap mie ayamku.
...
...
...
"Gimana??"
"!!!"
Aku kaget. Chandra menatapku. Apa dia tadi memperhatikan ekspresi wajahku?
Duuhhh...
"E...enak."
Rasanya memang enak. Sambalnya juga pedas padahal cuma ambil sedikit.
...
Wajahku memanas saat melihat Chandra tersenyum.
'Srruuppp...srrruuuppp...ssrruuuupppp...."
Nyam...nyam...nyam...
Tenang!! Tenang!! Tenang!!!